Oleh : Marzuki Umar
Langkah demi langkah kau ukirÂ
Pada panasnya aspal dan kerikil tajam
Tatapan matamu membidik parit kusam
Tumpukan sampah jadi santapan
Sinar mentari energi kehidupan
Harapan kau topang pada langit
Awan putih kau jadikan payung berjalan
Kucuran keringat andalan penyejuk jiwa
Bau menyengat kian tak terasa
Gigitan semut herbal bernyawa
Hujan gerimis tak kan jadi rintangan
Panas terik semboyan kemenangan
Jumlah limbah renungan kebahagiaan
Harga plastik patokan pendidikan
Penampung limbah kian jadi sasaran
Semilir angin mengunggah rasa
Penatnya pikiran kau anggap pelanggan
Hangatnya badan kau semat pada
 pakaian lusuh
Parang tumpul kau gelar teman setia
Tegur sapa membuatmu lapang dada
Hingar bingar suara menjadikanmuÂ
riang gembira
Ragamu berpeluh tak kan jadi kendala
Jari-jemarimu mengekang panorama
Semburan debu itu sudah hal biasa
Semak belukar jadi pelangi bola mata
Sarang jangkrik perlahan kau buka
Besi karatan modal berniaga
Sobekan kardus bagaikan tempat bermanja
Tali plastik hiasan pengukuh tata cara
Karung goni adakala tak penuhi syarat
Garda sampah diangkut petugas kotaÂ
Rona pemulung berubah dalam sekejap
Harapan rezki ditempel pada tembok pilu
Uluran tangan dinanti pada pemilik harta
Mentari menua beda warna
Harapan keluarga kian pecah
Wajah pemulung dalam bayangan
Bila di masjid menoleh ketentraman
Bila nyasar tak adakah petunjuk jalan?Â
Bireuen, 28 December 2023
Â