Sekalipun seseorang peserta didik bermasalahan di ruang publik tentu akan kembali ke sekolah yang disebut sebagai ruang pembentukan karakter. Inipun tentu tidak mutlak untuk tujuan pembentukan karakter melainkan untuk 'segera' mendapatkan ijazahnya.
Maka pembentuk akhir dari karakter itu sebenarnya adalah lingkungan, yaitu ketika mereka yang sudah mendapatkan ijazah dengan segala kemampuan knowladge itu bahkan berusaha untuk lebih baik dengan lainnya sampai saling berkompetisi untuk mendapatkan jabatan dan juga keuntungan yang sebesar-besarnya.Â
Alih-alih menghalalkan segala cara. Hal ini juga turut membentuk karakter ambisius. Bahkan seseorang yang secara administrasi (raport) memperoleh nilai paling baik diantara temannya yang lain, namun karena saking proud-nya dengan dirinya maka muncul ambisi-ambisi lain.Â
Semua ini karena tuntutan lingkungan. Hal ini sebagaimana adagium 'semua karena kepentingan' artinya lingkungan seseorang turut memengaruhi idealismenya. Dengan harapan ideologi negara ini juga tidak mudah berubah hanya krena kepentingan. Jadi, pertanyaanya kemudian "apakah fungsi dan pentingnya sekolah itu? Sehingga pada akhirnya output sekolah itu tidak lagi sebagaimana fungsi dan tujuan kelembagaannya. Inipun masih kita pertanyakan. Dirgahayu RI-79. Pendidikan kita kemana arahnya? Mari kita renungkan. @mss.