Masyarakat 'Literatus'
Seseorang sering menceritakan sesuatu entah itu benar atau tidak dan bahkan berbagai peristiwa yang dialaminya. Cerita tersebut dapat dipercaya dan dapat juga tidak dipercaya. Cerita tersebut biasanya terletak pada konteksnya ketika sipemberi cerita menyampaikan ceritanya dan orang yang mendengar atau mendapatkan cerita tersebut.Â
Maka setiap orang dan siapapun dapat menceritakan apa saja yang ada dalam pikirannya dan bagaimana mengungkapkan atau menyajikan cerita tersebut. Ketika seseorang mendengar cerita tersebut terdapat beberapa argumen yang sering terbersit. Misalnya, ah...masa seperti itu?Â
Apakah demikian? Darimana sumber cerita itu? (bagi orang yang berpikir kritis) atau bahkan tak jarang kita melontarkan pernyataan, ah...ceritamu besar sekali!. Semua yang di dengar, semua yang di lihat, semua yang dirasakan dan dialami, dan semua yang tak terlihat sekalipun merupakan sumber belajar.
Bagaimana literasi masyarakat? Pertanyaan ini patut disikapi dengan jawaban yang dapat diterima dan dimaknai. Literasi bukan membaca. Literasi adalah kemampuan menulis dan membaca, namun bukan itusaja melainkan kemampuan melakukan dan memahami bidang apapun dengan smart thinking. Untuk memahami dan meningkatkan literasi dapat menjadi sebuah pengetahuan seseorang. Untuk memperoleh pengetahuan itu dapat diperoleh setidaknya dari tiga tempat, yaitu pertama dari pengalaman pribadi kita sendiri.Â
Apa yang kita alami dalam proses kehidupan, terkadang manis dan terkadang pahit bahkan dengan segala kerikil-kerikil tajam yang terjadi setiap saat. Pengalaman pribadi ini ibarat sudah masuk dalam kubangan dan tidak akan mau kembali lagi kekubangan yang sama. Kedua, melalui tuturan orang lain artinya bahwa seseorang yang pernah mengalami sesuatu dan ketika peristiwa tersebut diceritakan ulang (dipresentasikan) dan setiap yang mendengar akan menjadikan pula sebagai pengalamannya dari apa yang di dengar tersebut, maka jadilah pendengar yang baik.Â
Karena melalui mendengarpun kita memperoleh pengetahuan yang baru. Berdasarkan informasi ini, dapat menambah referensi bahkan pengetahuan kita. Ketiga, melalui proses membaca. Membaca apa saja. Bisa dari buku, koran, majalah, tabloit, artikel, jurnal, buku digital dan internet dan media informasi lainnya terlebih di era digital yang sangat terbuka ini. baca, baca, baca, baca.....dan terus membaca sampai akhir hayat bahkan sampai kita menjadi jasad dan tak bisa berbuat apa-apa lagi.Â
jadi, jangan pernah berhenti membaca karena melalui membaca pengetahuan kitapun akan semakin bertambah. Kita dituntut pula untuk mampu memfilter setiap informasi, apakah benar atau tidak benar apa yang kita dengan dan kita baca tersebut (hoaks begitu bertebaran juga di era digital ini).
Apa itu literasi? Case, Masyarakat Nias memiliki budaya, adat, tradisi dan yang sudah menjadi kebiasaan. Kegiatan tersebut ketika masyarakat (desa) memetik daun ubi di ladang untuk pakan ternak. Kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan dari kanak-kanak sampai orang tua. Kegiatan ini bahkan dilakukan secara terus menerus bahkan turun temurun. Mereka melakukannya tanpa diajari, tanpa latihan khusus bahkan tenpa pendidikan.Â
Namun semua itu bisa terjadi begitu saja. Sayangnya, kegiatan ini dianggap hal biasa oleh masyarakat desa. Ketika masyarakat kota melihat dan mencoba melakukannya ternyata terlihat sulit dan melelahkan. Musium juga merupakan bagian dari literasi masyarakat. Kampung adat dalam masyarakat Nias Selatan merupakann musium hidup yang menunjukkan peradaban suatu suku bangsa, yaitu suku Nias dan yang terus diliterasi agar generasi saat ini dapat memahami budayanya dengan segala kearifan lokalnya. https://www.atlantis-press.com/proceedings/imcete-19/125935507 dan tersedia di 10.1088/1742-6596/1179/1/012066.
Jadi dapat dimaknai bahwa literasi adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam melakukan, berbuat, mendesain, memeragakan, mengkonstruk, sampai pada membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Literasi bisa berupa literasi baca-tulis, literasi sains, literasi numerasi dan statistikal, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya, literasi kewargaan dan bela negara, literasi bahasa dan literasi etika karena ada etika sosial, etika berlalu-lintas, etika bermasyarakat, etika politik, dan etika akademik.Â
Dan ketika kita melakukan, berbuat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tersebut berarti kita sudah turut dan sama-sama belajar. Benar sebagaimana bahasa latin, yaitu Literatus yang artinya adalah orang yang belajar. Ayok terus belajar. Come on, don't stop learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H