Sekarang ini internet bisa memberikan berbagai kemudahan pada kita. Dimulai dari media cetak ,penyiaran, film maupun rekaman, hamya dengan mengklik dn semuanya bisa kita terima tanpa adanya hambatan. Kita bisa menerima semua jenis media dimanapun kita inginkan, dengan menggunakan teknologi mutakhir yang kita miliki untuk menghubungkannya dengan internet. Internet merupakan gabungan dari sekian banyak jaringan komputer yang mengirim dan menerima data dari seluruh dunia. Dan kini, jika ingin mendapatkan berita dengan mudah kita hanya tinggal membuka portal berita online yang sudah ada. Secara tidak langsung, dalam teknologi ini telah lahir jurnalisme online, dan apa sih jurnalisme online itu sebenarnya? Apakah tulisan di blog juga bisa menjadi sebuah jurnalisme online?
Jurnalisme Online
Yang terlintas di benak kita ketika mendengar istilah jurnalisme online adalah situs-situs berita lokal maupun internasional seperti: CNN.com, MSN.com, detik.com, kompas.com dan lainnya. Yang hampir semuanya adalah situs-situs web.
Dalam Internet, web merupakan venue yang memungkinkan penyelenggara jurnalisme online untuk menyediakan isi dengan features yang sangat kaya dengan cara paling gampang. Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada venue lain yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan jurnalisme online di Internet.
Jurnalisme online menjadi berbeda dengan jurnalisme tradisional yang sudah dikenal sebelumnya (cetak, radio, TV) bukan semata-mata karena dia mengambil venue yang berbeda; melainkan karena jurnalisme ini dilangsungkan di atas sebuah media baru yang mempunyai karakteristik yang berbeda -baik dalam format, isi, maupun mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna/ pembacanya.
Bahkan bagi beberapa individu yang bukan seorang jurnalis pun bisa ikut ambil bagian dan berperan serta dengan menjadi citizen journalism dengan memiliki blog. Melalui blog, kita secara langsung bisa menginformasikan sesuatu, bahkan informasi yang tidak direncanakan oleh wartawan dari jurnalistik online.
Paul Bradshaw membagi 5 prinsip dasar dalam jurnalisme online yaitu : B-A-S-I-C
1. B =Brevity = Ringkas
bersumber dari Jakob Nielsen: http://bit.ly/G4auC , audience kini membaca 25 % lebih pelan dan kurang dari 28 % isi berita. Ini berarti media online harus berbasis pada tulisan dengan model “1 ide/paragraf”. Atau dengan kata lain penyampaian bahasa dalam media online harus singkat, padat dan jelas.
2. A => Adaptability = Penyesuaian diri terhadap teknologi
Kunci dari skill baru seorang online journalist adalah pada adaptability. Di era online ini media generasi II (broadcast; TV & Radio) pasti memiliki website tersendiri. Dan web site tersebut harus beradaptasi dengan teknologi seperti :
* (Hyper)Text
* Audio
* Video
* Still images
* Audio slideshows
* Flash interactivity
* Database-driven elements
* Blogs
* Microblogging/Text/email alerts (Twitter)
* Community elements - forums, wikis, social networking, polls, surveys
Ini bukan berarti bahwa seorang online journalist harus menguasai semua teknologi itu, melainkan lebih pada efektifitas penggunaan sebuah videoblog, foto atau audio pada tempatnya. Akhirnya, seiring perkembangan teknologi web 2.0 seorang online journalist harus memiliki skill sebagai berikut :
- Skill penulisan berita : aktualitas & kedalaman
- Mereka harus memiliki koleksi RSS Feed, untuk memantau sebuah isu.
- Mereka harus mengerti skill dasar video, audio dan foto.
- Mereka harus paham software editing.
- Mereka harus sering bermain dengan generasi web 2.0 : Blog, Flickr, Facebook, youtube.
3. S => Scannability = Mudah dicerna
Kini audience pun lebih berorientasi pada isi pesan. Merekalah yanhg mencari isi pesan berita pada sebuah web site. Jika mereka menemukan isi pesan mereka akan terus membacanya. Jika mereka tidak menemukan yang mereka cari, mereka akan langsung menutupnya dan pergi ke website lain.
2 kata pertama sangatlah krusial dalam hal ini. Jakob Nielsen pernah berkata :
“Given that users often read only a couple of words from each text element, you should reduce duplication of salient keywords.
4. I => Interactivity = Sangat Interaktif
Interactivity bukan video, atau ‘multimedia’. Melainkan faktor yang memberikan kesempatan pada audience untuk melakukan kontrol penuh.
Ada sebuah konsep yang mengidentifikasikan 2 dimensi terhadap interacticity tersebut.
Dimensi pertama adalah waktu dan ruang, dimensi kedua input dan output.
5. C => Community & Conversation = Konsep Web 2.0
Konsep Web 2.0 = Media Online adalah penjaring komunitas. Make the community and the money will follow you.
Pada prinsip kedua mengenai penyesuain diri terhadap teknologi, blog menjadi salah satu bagian yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk melakukan jurnalisme online . Bagi individu yang bukan seorang jurnalis bisa ikut ambil bagian dan berperan serta dengan menjadi citizen journalism dengan memiliki blog. Melalui blog, kita secara langsung bisa menginformasikan sesuatu, bahkan informasi yang tidak direncanakan oleh wartawan dari jurnalisme online.
Pada dasarnya, tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang didefinisikan seputar aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita. Citizen journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu.Hanya saja, kalau dalam pemaknaan jurnalisme,yang melakukan aktivitas tersebut adalah wartawan, kini publik juga bisa ikut serta melakukan hal-hal yang biasa dilakukan wartawan di lembaga media.
Lewat tulisannya dalam Online Journalism Review(2003) Lasca membagi media untuk citizen journalism (jurnalisme warga negara) dalam beberapa bentuk.
1. Partisipasi audien, seperti komentar-komentar pengguna yang dilampirkan untuk mengomentari kisah berita, blog pribadi, foto atau vidio gambar yang ditangkapo dari kamera HP, atau berita lokal yang ditulis oleh penghuni sebuah komunitas.
2. Berita independent dan informasi yang ditulis dalam website
3. Partisipasi diberita situs. Berita komentar-komentar pembaca atas sebuah berita yang disiarkan oleh media tertentu. Beberapa koran seperti media Indonesia, koran tempo membuka space komentar dari pembaca tentang sebuah berita yang disajikan
4. Tulisan ringan dalam milis dan e-mail
5. Situs pemancar (vidio situs pemancar)
“Tidak ada aturan menulis dengan baik, yang penting menulis, semua hal ditulis. Pokoknya tekun, belajar terus menulis, menulis, dan menulis,” ungkap Try Haryono, editor Harian Kompas
Citizen Journalis atau jurnalis warga dapat menutupi kelemahan-kelemahan media cetak dan elektronik yang memiliki kemampuan terbatas. Nyatanya, suatu bangsa akan maju apabila banyak membaca dan menulis. Karena perkembangan suatu bangsa tersebut lebih banyak dikenal melalui tulisan yang tentu mencatat kearifan lokal.
Dalam hal ini, masyarakat bisa menginformasikan hal yang dianngap mereka penting untuk diketahui oleh orang banyak, berpendapat mengenail suatu hal dfan menggambarkan ekspresi akan apa yang dialami. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan masyarakat sekarang tidak terpaku dengan media konvensional yang ada. Terlebih dengan adanya citizen journalism yang salah satunya adalah blog, masyarakat bisa mendaptkan informasi. Dan pada akhirnya, blog bisa menjadirujukan untuk informasi alternatif.
Sumber : http://www.persakademika.com/citizen-journalism-trend-menulis-masa-kini.html
Nurudin, Jurnalisme Masa Kini,Jakarta, Rajagrafindo Persada;2009, hlm,217
Biagi Shirley, “Media Impact, Ninth Edition”, USA,Wadsworth Cengage Learning;2010, hlm 186
http://www.anneahira.com/jurnalistik-online.htm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H