Anda adalah pencipta kisah anda sendiri, lalu kisah apa yang anda kisahkan pada diri anda sendiri? Jika memang demikian lantas dengan cara apa kita bisa menceritakan hidup kita pada diri sendiri? Ini adalah sepenggal kutipan dari penulis buku Secret of the POWER yang menginspirasi penulis untuk menulis tentang diary.Â
Dulu, salah satu cara mengabadikan pengalaman dan kisah hidupnya adalah dengan cara menuliskannya dalam buku harian. Di zaman now, masih relevankah seseorang punya buku Diary. Bukankah orang-orang pada zaman ini buat cukup buat strory atau status  di media sosialnya. Yah, memang itu adalah salah satu cara juga bagaimana mengekspresikan hidupnya sendiri.
Saya pernah mendengar sharing dari sahabat, suatu saat buku diary dia dibaca oleh temannya. Sungguh memang membuat kesal dan bahkan malu bila buku harian kita dibaca oleh oranglain. Sejak saat itu dia tidak mau lagi menuliskan pengalamanya di Buku Diary. Dia jera. Memang Diary termasuk aset pribadi yang sangat rahasia. Sebenarnya tak boleh ada orang yang membaca diary orang lain tanpa seizin pemilik. Pada halaman pertama Diary sebenarnya lebih bagus dituliskan suatu tulisa berupa larangan untuk membaca Diary orang itu. Contohnya, "Dilarang membaca Diary ini tanpa izin dari pemilik"
Walau demikian, menulis Diary atau jurnal harian memiliki banyak manfaat bagi perkembangan dan kematangan hidup seseorang. Menuliskan pengalaman hidup dengan jemari anda sendiri akan membimbing anda pada pengenalan hidup secara mendalam, menjadi sarana efektif untuk membina karakter diri sendiri, dan semakin mengenal pergulatan anda dengan Tuhan Anda sendiri.Â
- dapat mengingat pengalaman di saat sedih dan bahagia dalam hidup
- dapat menggali pengalaman di masa yang alampau yang relevan untuk mengenal situasi hidup saat ini dan tahap demi tahap melihat 'benang merah' dan campur tangan Allah dalam hidup.
- dapat mendengar inner guide anda sendiri dan mendengarkan suara hati
- dapat membedakan apakah tindakan yang anda lakukan itu baik atau buruk
- dapat berkomunikasi dengan Tuhan
- merangsang daya imajinasi
- dapat menjadi sarana BIMBINGAN atau BINA DIRI menuju pribadi yang bertintegritas dan berkualitas.
Menuliskan pengalaman di buku harian tidak membutuhkan syarat dan ketentuan seperti pada tulisan-tulisan resmi. Setiap orang dapat secara spontan menuliskan pengalamannya, perasaannya, emosinya dengan leluasa pada sebuah buku atau sejenisnya. Tidak perlu memperhatikan ejaan atau tata bahasa baku. Tulisan dalam Diary bisa berupa surat, puisi, lagu, gambar atau simbol. Entah dalam bentuk apapun itu, yang pasti adalah itulah yang mewakili perasaan anda saat itu. Â
Puisi dibawah ini  berjudul 'Kisah Satu Jiwa' merupakan contoh isi Diary yang menunjukkan bagaimana pergulatan dan perjuangan penulis  untuk memahami arti dari sebuah kepercayaan. Dia melukiskan perasaanya dengan kata-kata puitis yang juga menggambarkan hubungannya dengan Tuhannya.  terlihat jelas bagaiamana dia merasa kecewa dengan orang-orang yang dekat padanya. Dia berpikir bahwa manusia itu selamanya baik, ternyata tidak.Â
Pengalaman yang diekpresikan dalam tulisan sebenarnya menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan alam bawah sadar kita, dimana tertimbun dan berlapis-lapis pengalaman hidup. Kita bisa lebih masuk pada diri kita sendiri dan berdialog dengan diri kita sendiri. Dengan demikian kita dapat mengerti makna  dari setiap peristiwa hidup kita. Yuk, simak contoh isi diary berikut ini:
 Kisah Suatu JiwaÂ
Kubuka kembali kisah hidupku...
Kususuri sudah jalan yang telah Kau tunjukkan...
Telah kucoba untuk menyangkal pikiran dunia
Namun sungguh tak mudah,
telah kukatakan pada-Mu segala hal yang telah mengusik hatiku,
telah kucoba berbagai cara agar aku bisa segera pulih dari luka ini.
Lalu lalang macam perasaan telah kuselami,
kekuatiran, sesal, kekecewaan, kesedihan, bahagia ada beberapa.
yeah, Â memang ada saat-saat dimana saya menaruh percaya kepada orang lain,
 melihat orang lain itu hanya dari sisi baiknya saja.
Akhirnya ... hanya membuatku kecewa,Â
Aku lupa bahwa dia juga tidak sempurna. Tentu Engkau tahu semua itu,Â
dalam pandangan-Mu tak ada yang terluput.
saat situasi ini begitu menorehkan suatu perasaan di sanubari,
Engkau mengajarku suatu hal,
"milikilah iman, ikutilah suara hati membawamu..
Aku telah berjuang, tertawa, dan menangis melewati hari-hariku
telah kulakukan tugasku dengan segala upaya dan kerapuhan...
terkadang aku berpikir, 'mungkinkah aku tealh salah berdoa pada-Mu?'
Aku yang telah meminta anugerah Kesabaran, kekuatan, kasih, dan kebahagiaan kepadaMu..
tetapi saat ujian kesabaran itu datang, ohh Tuhan rasaya aku tak sanggup!
tak semua mampu aku pahami dan mengerti !
Aku bahkan lari ke gunung, marah kepada orang-orang mati!
Aku mempertanyakan semua perasaanku...Â
namun kutahu semua ada maknanya untuk perkembangan rohaniku.Â
akhirnya aku mengerti bahwa Mengikuti jalan-Mu
menuntut pengorbanan dan cinta yang besar...
akhirnya aku berterimakasih pada pengalamanku ini, takkan pernah kulupa...
terimakasih telah mewarnai hidupku, sebuah benang merah menjuntai...
jadi pengingat dimasa mendatang..
Terimakasih sang Pemilik Hidupku...
Sungguh tampak bahwa pada akhir tulisannya (puisi) Â pemilik diary akhirnya menemukan makna dari sebuah pengalaman. Dia semakin mengenal siapa dirinya, bagaimana dia memandang orang lain, dan bagaimana konsep dia tentang Tuhan. Tampak juga bagaimana kualitas dirinya dan integral dirinya sendiri.Â
Semoga Bermanfaat untuk anda, terlebih para pemula menuliskan Diary.Â
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H