Pasca musibah Tsunami Banten & Lampung yang di sebabkan Erupsi Gunung Anak Krakatau, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban meninggal dunia meningkat menjadi 429 orang. Jumlah itu meliputi korban di 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus. Selain korban meninggal, tercatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang. BNPB juga mencatat, ada 16.802 orang yang mengungsi di sejumlah daerah. Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah seiring dengan proses evakuasi yang masih terus dilakukan.
Sampai saat ini letusan Gunung Anak Krakatau masih berlangsung, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan lembaganya tengah membuat peta zona rawan dan aman Gunung Anak Krakatau terkait tumpukan material hasil erupsi. Hal tersebut untuk mengidentifikasikan mana daerah  yang merah atau putih. Dari sisi erupsi ia mengatakan hal itu tidak menyebabkan tsunami. Namun dari hasil letusan yang melontarkan material gunung dan sebagian jatuh di lereng, terjadi penumpukan sejak erupsi Juni lalu.
Lewat citra satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), diketahui ada tubuh gunung yang ambrol seluas 64 hektare. Lokasinya di sisi selatan hingga barat daya gunung. Ada kemungkinan tumpukan material hasil erupsi berada di titik lain bagian gunung. Mekanisme longsoran itu disebutnya seperti kejadian longsor di darat.Â
Selain itu, getaran tubuh gunung ketika erupsi ikut menjadi penyebab longsor. Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menegaskan, status Gunung Anak Krakatau hingga saat ini adalah waspada atau level 2. Status tersebut berdasarkan yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Sutopo menerangkan, tipe Gunung Anak Krakatau adalah strombolian. Artinya, gunung tersebut melontarkan lava pijar dan abu vulkanik secara terus menerus.Â
Dengan tipe tersebut, PVMBG telah menetapakan, sepanjang 2 kilometer dari puncak kawah dinyatakan sebagai zona berbahaya. Sehingga tidak boleh ada aktivitas manusia. Erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut tidak mengganggu pelayaran kapal di Selat Sunda maupun jalur penerbangan di atas Selat Sunda.Â
Menurut Sutopo, Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam fase "pertumbuhan". Gunung ini terus bertambah tinggi 4-6 meter setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut termasuk juga dibuktikan dengan erupsi.
Pemerintah melalui telah BMKG memasang sensor untuk memantau getaran yang dipicu aktivitas tektonik Anak Gunung Krakatau. Sebanyak 6 sensor dipasang mengelilingi Gunung Anak Krakatau 6 sensor, 3 di Sumatera dan 3 di Jawa. Â Sensor-sensor itu sesuai penjelasan BMKG nantinya akan mencatat setiap getaran yang terjadi di Gunung Anak Krakatau.Â
Dengan adanya sensor itu, BMKG bisa mendeteksi lokasi dari mana getaran tersebut berasal. Kalau bukan dikarenakan aktivitas di Krakatau itu berarti aman- aman saja, tapi kalau itu di Krakatau akan dilakukan antispasi oleh BMKG. Jika sensor tersebut mencatat adanya getaran yang berkuatan lebih dari magnitudo 3,4 maka BMKG akan memberikan peringatan dini.
Masyarakat yang berdekatan dengan lokasi sumber gempa diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal-hal yang berkenaan dengan kejadian gempa agar tetap mengikuti arahan BPBD dan Informasi BMKG. Semua masyarakat diharapkan waspada berita hoax dan terus update informasi dari sumber yang terpecaya.
Saat ini Pemerintahan Jokowi telah berupaya bergerak cepat menangani bencana tsunami tersebut. Jokowi telah memerintahkan lintas sektoral untuk turun dan memulihkan kondisi pasca bencana. Presiden juga telah terjun langsung ke lapangan melihat bagaimana kondisi secara real. Fakta terbaru upaya pemerintah dalam pemulihan kondisi pasca bencana adalah recovery kelistrikan.Â
Di wilayah Pandeglang PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berhasil menyalakan seluruh gardu yang sebelumnya padam. Hal yang sama juga berhasil dilakukan lampung. Dari 22 gardu padam, 20 gardu sudah berhasil dinyalakan. Hambatan proses recovery kelistrikan yakni akses jalan yang masih dalam proses pembersihan pihak Pekerjaan Umum (PU) serta cuaca buruk.Â
Di Pandeglang, sebanyak 310 personel gabungan yang diterjunkan untuk upaya perbaikan infrastruktur kelistrikan dari UID Banten, UID Jakarta, UID Jabar. Tim gabungan ini telah berhasil menyalakan 238 gardu distribusi dari total yang padam yakni 248 gardu distribusi. Selain itu untuk menormalkan sementara empat gardu distribusi lainnya, PLN menyalakan genset.Â
Di Lampung, sebanyak 40 personel gabungan yang datang dari ULP Kalianda, ULP Sidomulyo, ULP Sutami serta UP3 Tanjung Karang. Seluruh tim disebar untuk melakukan recovery dan menyalakan 22 titik tiang distribusi. Dengan total capaian hari ini, artinya PLN berhasil menormalkan seluruh gardu distribusi yang sebelumnya padam untuk wilayah Pandeglang dan Lampung.
Upaya recovery kelistrikan dan pengiriman bantuan sembako juga dilakukan di daerah-daerah terisolir seperti di Pulau Sabesi, Lampung dan desa sumur Kecamatan Pandeglang. Serta tak ketinggalan PLN juga memberikan penerangan untuk 22 posko pengungsiang yang berada di Pandeglang. Kita sama -- sama berharap bahwa pemulihan Banten & Lampung pasca bencana berjalan cepat & lancar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H