Di akhir tahun 2018, Indonesia kembali berduka di saat masyarakat akan memasuki liburan Natal dan Tahun Baru. Setelah sebelumnya Palu Donggala. Musibah Tsunami kembali melanda saudara -- saudara kita di Banten & Lampung. Saat ini, tercatat 267 orang meninggal dunia, 1.143 orang luka-luka, 38 orang hilang, 473 unit rumah rusak, 350 unit perahu dan kapal rusak, 60 unit warung dan toko rusak, 84 mobil rusak dan 49 sepeda motor rusak. Jumlah pengungsi yang semula 11.453 orang, saat ini berkurang menjadi 5.361 orang karena sebagian telah kembali ke rumah atau tempat keluarga masing -- masing.Â
BMKG mencermati peristiwa tsunami di Pantai Barat Provinsi Banten. Terjadinya tsunami Banten  dan Lampung bukan karena guncangan gempa bumi yang dahsyat. Namun ada faktor lain. Yang pertama, tsunami yang terjadi di Selat Sunda adalah imbas dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, hal ini masih didalami.Â
Karena getaran tremor Gunung Anak Krakatau tertinggi yang selama ini terjadi sejak bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami. Yang kedua, sebagian material yang keluar dari Gunung Anak Krakatau jatuh di sekitar tubuh gunung api. Material ini bersifat lepas dan sudah turun saat letusan terjadi.Â
Material yang keluar berupa lava, bebatuan dan asap panas langsung menuju laut. Material-material dalam jumlah besar ini kemungkinan besar menyebabkan terjadinya gelombang laut. Faktor ketiga Erupsi Gunung Anak Krakatau sebenarnya sudah terjadi sejak Oktober 2018. Namun kali ini erupsi tersebut bisa menyebabkan tsunami di Banten dan Lampung Selatan.Â
Sebab, erupsi kali ini Gunung Anak Krakatau memuntahkan material yang sangat besar. Kemudian, material itu masuk ke dalam laut. Faktor keempat, Informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), saat Gunung Anak Krakatau erupsi, material yang dimuntahkan besar dan mengalami longsor hingga mendorong air laut. Dorongan air laut imbas longsoran material ini menggunakan energi yang cukup besar.Â
Untuk merontokkan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut diperlukan energi cukup besar. Karena kejadian inilah, tsunami tidak terdeksi oleh seismograph di pos pengamatan gunung api.
Pemerintah dalam hal ini pun bergerak cepat menanggapi musibah tersebut. Presiden Joko Widodo telah memerintahkan sejumlah menteri dan pimpinan lembaga meninjau langsung wilayah terdampak bencana tsunami di Banten dan Lampung. Dan meminta kementerian dan lembaga terkait untuk melaporkan perkembangan mengenai korban dan kondisi kerusakan materi kepada dirinya secara berkala.Â
Jokowi berharap kementerian serta lembaga terkait bekerja cepat dan sigap di dalam mengembalikan kondisi area terdampak bencana seperti sedia kala. Sekarang ini pun presiden Joko Widodo telah bertolak ke Provinsi Banten meninjau penanganan pascabencana tsunami di Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang.Â
Dalam kunjungan kali ini, Jokowi didampingi sejumlah menteri. Antara lain Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Gubernur Banten Wahidin Halim, Kapolri Jenderal Tito Karnavian serta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.Â
Berdasarkan keterangan Biro Pers Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/12/2018), melalui Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja Bogor, Jawa Barat, Jokowi beserta rombongan lepas landas menuju Kabupaten Pandeglang, menggunakan Helikopter EC725 Caracal milik TNI AU, pada pukul 09.00 WIB.Â
Setibanya di Kabupaten Pandeglang, Presiden langsung meninjau beberapa lokasi yang terdampak bencana tsunami. Dalam peninjauan ini, Presiden ingin memastikan bahwa penanganan dampak bencana tsunami dapat diselesaikan dengan cepat dan baik, terutama evakuasi korban dan adanya bantuan pelayanan kesehatan.
Tentunya kita semua berharap bahwa semoga saudara -- saudara kita di Banten & Lampung semakin kuat dan terus berada dalam lindungannya. Dan daerah yang dilanda musibah kembali bangkit dan pulih kembali. Untuk masyarakat Indonesia terus waspada dan berhati -- hati dengan potensi cuaca ekstrem dan potensi gelombang tinggi di beberapa perairan di Indonesia seperti yang di rilis oleh BMKG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H