Mohon tunggu...
Maryati
Maryati Mohon Tunggu... Lainnya - Selalu optimis dan menebar kebaikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ibu dari 4 orang anak, sebagai sinden dan pemandu "Upacara Adat Sunda" di Kepri. Pernah menjadi guru les/privat di rumah sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jodohku Bukan Orang Kaya namun Satu Suku

28 Januari 2021   01:14 Diperbarui: 28 Januari 2021   07:41 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akupun habis kontrak tepat tanggal 27-09-1999 langsung pulang ke Bandung naik pesawat Garuda lagi. Dia pun menyusul bulan November. Akhirnya kami langsung menikah tanpa tunangan pada tanggal 30-01-2000. Setelah tiga hari menikah suamiku bercerita tentang masa lalu padaku. Dia adalah orang yang aku omeli di tahun 1997 sewaktu dia jualan boneka. Suamiku juga membenarkan perkataanku tentang harga jilbab itu modalnya 12.000 dari Bandungnya. Aku hanya tersenyum mendengar ceeitanya dan mengatakan padanya"Pantesan kalau begitu aku memang merasa bahwa  kita pernah jumpa sebelumnya  sewaktu Aa bertamu pertama kali ke Dormitory."

Umur pernikahan kami baru tiga bulan, tapi kami bertekad untuk memulai hidup yang serba baru, pekerjaan mulai mencari yang baru,  rumah kontrakan yang baru, teman-teman baru dan tetangga baru. Merantau adalah solusinya, walau tanpa pekerjaan. Kami hanya membawa uang untuk makan sebulan. 

Tidak termasuk untuk bayar kos-kosan. Minta bantuan pun pada siapa karena tidak satu pun saudara di rantau. Teman kerjaku tidak ada yang diberi tahu bahwa aku ke Batam lagi. Kedua orang tua pun tidak di beri tahu kalau kami dua-duanya menganggur. Apalagi suamiku ternyata seorang pengangguran.

Sengaja memang aku tidak menanyakan kepada calon suamiku sebelum menikah, tentang hal duniawi. Karena takutnya batal pernikahan. Lagian aku cuma minta dua permintaan yaitu satu suku dan satu agama. Jadi aku harus konsisten atas permintaanku itu. Dan pastinya bakalan di beri restu kalau oleh orang tuaku, kalau calon suamimu orang miskin.

Tapi dengan niat yang tulus, walau perkawinan hanya dengan modal cinta dan keimanan,  alhamdulillah rumah tangga kami berjalan dengan lancar dan damai. Walau harus melalui jalan yang terjal dahulu di awal pernikahan. Kini kami dikaruniai dua pasang anak dan suamiku sekarang sudah menjabat  sebagai pemimpin perusahaan bahan bakar, tidak lagi pengangguran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun