Mohon tunggu...
Maryati
Maryati Mohon Tunggu... Lainnya - Selalu optimis dan menebar kebaikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ibu dari 4 orang anak, sebagai sinden dan pemandu "Upacara Adat Sunda" di Kepri. Pernah menjadi guru les/privat di rumah sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jodohku Bukan Orang Kaya namun Satu Suku

28 Januari 2021   01:14 Diperbarui: 28 Januari 2021   07:41 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Akhirnya aku sempat menunggu dua pekan, tapi dia tidak kunjung datang. Aku masih tetap berdo'a supaya dapat jodoh pilihanku sendiri. Karena waktu habis kontrak tinggal 6 bulan lagi. Si tukang jilbab belum juga datang, padahal aku penasaran banget gantengnya seperti apa. Sebab waktu jumpa di Masjid itu, cahaya lampunya tidak terlalu terang jadi muka dia tidak begitu jelas.

Yang ditunggu si tukang jilbab tapi yang datang malam minggu malah tukang katering.   Katering bagian Adminnya. Aku mencoba menemuinya beberapa kali mana tahu itu jodohku, sambil  menguji kesabarannya. Ternyata dia sedikit tingkat kesabarannya, saat dia datang aku tidak mau menemuinya lagi. Akhirnya dia mundur dan tidak lagi mendekatiku.

Pucuk dicinta ulampun tiba, datanglah si tukang jilbab.

"Tok tok tok,  Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam" siapa ya ?

Saya yang pernah di telepon itu, yang jual jilbab.

Oh, iya silakan duduk.
Akhirnya dia duduk di kursi yang berada di teras luar. Akhirnya kami mengobrol, dan aku sambil mengingat wajah dia yang sebelumnya  pernah bertemu. Aku mengingatnya dengan ada tanda di jidat  sama tahi lalat di atas bibir dan bulu matanya yang lentik. Tapi aku benar-benar lupa.

Waktu berlalu begitu saja,  empat bulan lagi habis kontrak kerjaku. Aku jatuh sakit, dan sekujur tubuhku rasanya hancur tapi aku tidak mau di rawat di RS. Si penjual jilbab pun tidak juga main ke rumah lagi. Di saat lagi parah-parahnya rasa sakitku. Tiba-tiba di luar ada yang ketul pintu, dia pun menanyakanku. Tapi aku tidak mau menerima dia kalau hanya untuk mempermainkan perasaanku.

Akhirnya aku menyuruh teman-temanku supaya dia pergi dari rumahku. Seperti apa yang aku lakukan ke tukang Catering itu. Namun orang ini sungguh berbeda. Dari pagi di usir hingga larut malam menjelang siang, dia hanya duduk terdiam sambil membaca koran diluar. Sesekali dia pamitannya untuk Shalat dzuhur, Ashar, dan magrib, lalu datang lagi dan duduk lagi di kursi teras.
 
Akhirnya aku yang luluh dan merasa bahwa dia adalah jodohku yang dikirim untukku. Kutemui dia setelah Shalat Isya sambil tergopoh-gopoh jalanku karena masih sakit. Setelah  10 menit kami mengobrol, tiba-tiba dia menawarkan jasa padaku untuk memijit tulang belakang dan tulang kaki. Namun aku menolaknya karena tidak biasa dipijit dan merasa risik. Tapi dia ngotot ingin menolongku sambil berkata" Anggap saja aku ini kakakmu."

Akhirnya aku mau setelah di bujuk teman-teman biar lekas sembuh . Di sela pijitan itu aku teriak-teriak kesakitan dan hanya ditertawai oleh kawan-kawan sekamarku. Malah setelah melakukan pijatan terhadapku, si tukang jilbab itu mengatakan suka padaku. Aku hanya terdiam.

Alhamdulillah keesokan harinya, seluruh rasa sakitku sudah hilang. Dan akupun kembali bekerja lagi selama 2 bulan karena satu bulannya lagi sisa cuti yang harus di rumahkan sebelum habis kontrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun