Mohon tunggu...
Maryanih
Maryanih Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Magister Pendidikan - Universitas Pamulang

Seorang Ibu, Istri, Anak, Pendidik dan Tenaga Pendidik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PKBM di Era Internet of Things: Mengoptimalkan Jaringan dan Teknologi Telekomunikasi untuk Pembelajaran Fleksibel

29 Oktober 2024   16:04 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:08 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) telah memainkan peran penting dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang sulit menjangkau pendidikan formal. Di era Internet of Things (IoT), PKBM memiliki kesempatan untuk memperluas akses pendidikan melalui teknologi yang dapat menciptakan pembelajaran yang lebih fleksibel dan mudah diakses. IoT, yang menghubungkan berbagai perangkat melalui internet sehingga dapat berkomunikasi dan bertukar data, berpotensi membawa perubahan besar dalam pendidikan non-formal. Dengan IoT, PKBM dapat memberikan pembelajaran yang tidak hanya berbasis ruang fisik, tetapi juga virtual, memungkinkan siswa belajar dari mana saja, kapan saja. Integrasi IoT memungkinkan PKBM menyediakan materi pembelajaran digital, mempercepat akses terhadap informasi, dan mengoptimalkan komunikasi antara pengajar dan peserta didik.

IoT menghadirkan berbagai manfaat bagi PKBM, salah satunya adalah akses belajar yang lebih fleksibel melalui perangkat pintar seperti smartphone, tablet, dan laptop yang dapat terhubung ke internet. Peserta didik dapat mengikuti kelas secara daring, mengakses bahan ajar digital, hingga menerima evaluasi secara langsung. Di sisi lain, IoT memungkinkan tenaga pendidik untuk memantau progres belajar peserta didik secara real-time. Dengan adanya perangkat sensor atau aplikasi pembelajaran yang dapat merekam aktivitas belajar, pengajar dapat mengetahui tingkat pemahaman peserta didik secara langsung dan menyesuaikan metode pengajaran yang paling efektif. Dengan demikian, PKBM dapat mengoptimalkan strategi pembelajaran yang lebih personal dan terarah.

Namun, tantangan dalam penerapan IoT di PKBM masih sangat besar, terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang masih terbatas infrastruktur internet dan telekomunikasinya. Banyak PKBM yang berada di wilayah tersebut belum memiliki akses internet yang memadai, sehingga sulit mengimplementasikan pembelajaran berbasis IoT. Selain itu, masih terdapat kesenjangan literasi digital, baik di kalangan peserta didik maupun tenaga pengajar. Beberapa tenaga pendidik di PKBM masih belum familiar dengan perangkat digital dan teknologi IoT, sehingga perlu adanya pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi ini secara efektif. Selain itu, biaya perangkat pintar dan koneksi internet yang stabil sering menjadi kendala dalam penerapan IoT, yang memerlukan dukungan kebijakan dan anggaran dari pemerintah atau pihak swasta.

Di sisi lain, keberhasilan penerapan IoT dalam pendidikan non-formal dapat dilihat dari beberapa negara yang telah memanfaatkan teknologi ini secara optimal. Di India, misalnya, terdapat program pendidikan berbasis IoT di daerah pedesaan yang bernama "EkStep", sebuah platform pembelajaran yang menyediakan akses pendidikan secara digital melalui ponsel pintar. Program ini memungkinkan peserta didik mengakses materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, meskipun berada di daerah terpencil dengan infrastruktur pendidikan yang terbatas. Melalui perangkat IoT yang terhubung dengan jaringan internet, para peserta didik di India dapat mengakses bahan ajar, latihan soal, hingga video pembelajaran yang interaktif. Ini memungkinkan mereka belajar secara mandiri, kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan prinsip pembelajaran fleksibel.

Indonesia juga memiliki inisiatif serupa dengan program "Ruang Guru" yang telah memperkenalkan platform pembelajaran berbasis digital bagi peserta didik. Platform ini memungkinkan siswa mengikuti pembelajaran daring dengan mudah, dan meskipun masih terfokus pada pendidikan formal, konsepnya dapat diadaptasi ke PKBM. Jika PKBM di Indonesia mengadopsi model seperti ini dan mengintegrasikan teknologi IoT, maka layanan pendidikan non-formal dapat ditingkatkan secara signifikan. Dengan jaringan dan teknologi telekomunikasi yang kuat, PKBM dapat menyediakan program pembelajaran berbasis IoT yang memungkinkan masyarakat belajar dari jarak jauh dan meningkatkan partisipasi pendidikan di daerah yang sebelumnya sulit dijangkau.

Integrasi IoT dalam PKBM juga dapat membuka peluang baru dalam pengembangan keterampilan vokasional atau pelatihan kerja berbasis kebutuhan lokal. Melalui IoT, PKBM dapat menyediakan simulasi keterampilan atau materi pelatihan praktis yang dapat diakses dari perangkat pintar. Peserta didik yang mengikuti program keterampilan dapat melakukan latihan atau belajar keterampilan baru melalui video tutorial, aplikasi simulasi, atau bahkan virtual reality (VR) yang bisa diakses dari ponsel pintar. Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih fleksibel tetapi juga relevan dengan kebutuhan dunia kerja yang kini semakin digital. IoT memungkinkan pelatihan keterampilan berbasis praktik di PKBM sehingga masyarakat tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang dapat langsung diterapkan.

Keberhasilan implementasi IoT dalam pendidikan non-formal juga membutuhkan dukungan kebijakan yang memadai. Pemerintah dapat berperan penting dalam menyediakan akses internet yang terjangkau di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah-daerah yang masih tertinggal. Selain itu, program pelatihan dan literasi digital harus ditingkatkan agar seluruh tenaga pendidik di PKBM memiliki keterampilan dalam menggunakan perangkat IoT. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk menyediakan perangkat pintar dengan harga terjangkau, sehingga teknologi IoT dapat lebih mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan adanya dukungan ini, PKBM akan memiliki infrastruktur yang memadai untuk menerapkan IoT secara efektif dalam program pembelajarannya.

Secara keseluruhan, IoT memiliki potensi besar untuk mengubah pendidikan non-formal di PKBM, membuatnya lebih fleksibel, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di era digital. Melalui jaringan dan teknologi telekomunikasi yang memadai, PKBM dapat menyediakan program pembelajaran yang dapat diakses dari jarak jauh, memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau. Dengan pengembangan infrastruktur, peningkatan literasi digital, dan dukungan kebijakan yang kuat, penerapan IoT di PKBM dapat menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan non-formal di Indonesia, memberikan kesempatan belajar yang lebih luas, dan memperkuat keterampilan masyarakat untuk masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun