Mohon tunggu...
Siti Maryam
Siti Maryam Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana IAI Nasional Laa Roiba

Guru Madrasah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Ala Mendikdasmen, Relevankah di Era Digital?

19 Januari 2025   12:23 Diperbarui: 19 Januari 2025   12:41 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti meluncurkan gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat pada Jum'at, 27 Desember 2024. Gerakan ini akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak hingga SMA. Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dimaksud adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat dan bergizi, bermasyarakat, dan tidur cepat.

Bila ada pertanyaan, masihkah gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan Mendikdasmen relevan di era digital saat ini? Jawabannya tentu saja iya. Justru gagasan ini menjadi semakin relevan di era digital saat anak-anak dan perangkat digital semakin sulit dipisahkan bahkan dalam beberapa kasus menyebabkan kecanduan. Berselancar di media sosial, bermain game online, dan menonton video di berbagai platform bisa membuat anak betah berjam-jam asyik dengan gadgetnya.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada Agustus 2024, dari 186 pelajar SMA di Tuban, 94 orang atau 50% termasuk kategori penggunaan gadget tinggi, dengan hampir seluruhnya yaitu 180 orang atau 97% mengalami perubahan perilaku negatif. Perilaku negatif yang dimaksud di antaranya lebih individualis dan suka menyendiri, antisosial, sulit berkonsentrasi, menyelesaikan masalah dengan emosi, kurang rasa empati, dan lain-lain.

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diperkenalkan Mendikasmen mungkin terkesan sesuatu yang sederhana, tetapi hal tersebut bisa menjadi sesuatu yang mendorong penguatan karakter pelajar yang semakin lama semakin dipertanyakan. Banyaknya kasus perundungan, kekerasan, sikap tidak hormat pada orang tua dan guru, dan tindakan asusila yang dilakukan pelajar menyebabkan pendidikan dianggap belum mampu menjalankan fungsinya.

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini kalau kita perhatikan sangat erat kaitannya dengan kemampuan mengatur waktu dan kedisiplinan menjalankannya secara terus menerus dalam keseharian. Kebiasaan bangun pagi membuat anak bisa banyak melakukan aktifitas di pagi hari, mulai dari melaksanakan shalat subuh tepat waktu, mengulang pelajaran, berolahraga, sarapan pagi, hingga bekerjasama dengan anggota keluarga lain melakukan aktifitas bersih-bersih rumah. Bandingkan dengan anak yang bangun kesiangan, dia akan terlambat bahkan tidak sempat melakukan ibadah, sarapan, dan hal lainnya. Karena terburu-buru, suasana hati juga akan kurang baik sehingga di sekolah tidak bisa berkonsentrasi dan gangguan kecemasan, malas berinteraksi, dan lain-lain.

Pendidikan holistik yang menjadi dasar pengembangan pembelajaran di sekolah sebetulnya sudah sangat ideal. Pendidikan holistik bisa kita fahami sebagai pendekatan pendidikan yang menekankan pengembangan menyeluruh dari individu, tidak hanya aspek kognitif atau intelektualnya tetapi juga mencakup aspek emosional, spiritual, sosial, dan fisik. Esensinya adalah pendidikan berupaya menciptakan manusia yang seimbang, harmonis, dan mampu menghadapi tantangan kehidupan ke depan secara bijaksana. Pengembangan aspek intelektual, emosional, spiritual, sosial dan fisik bisa dibangun dengan menjalani 7 kebiasaan Anak Hebat secara konsisten.

Beberapa penelitian dalam bidang kesehatan, psikologi, dan neuroscience menyimpulkan bahwa istirahat yang berkualitas dengan jam tidur yang cukup yaitu tidur cepat dan bangun pagi berperan penting dalam meningkatkan fungsi otak secara optimal, termasuk aspek kecerdasan. Pada saat tidur terjadi proses konsolidasi memori mengenai apa yang telah dipelajari siang hari. Memori yang baik memungkinkan anak belajar lebih efektif serta mampu memahami hal-hal yang lebih kompleks.

Kebiasaan melaksanakan ibadah tentu sangat bermakna. Ibadah tidak hanya sekadar menjalankan kewajiban beragama tetapi juga membentuk kecerdasan emosional. Kebiasaan disiplin melaksanakan ibadah akan dapat membantu pelajar mengatasi permasalahan yang dihadapi, baik masalah akademik, sosial, maupun dirinya secara personal dengan lebih baik. Hubungan yang baik dengan Sang Pencipta membawa kesadaran bahwa tujuan belajar bukan semata nilai akademik sehingga mengesampingkan kejujuran, melainkan meningkatkan value diri sehingga bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya sebagai manusia. Kebiasaan ibadah seperti shalat berjama'ah dan kegiatan keagamaan bersama juga mendukung kemampuan anak membangun hubungan sosial yang positif.

Kebiasaan sarapan pagi saat ini mulai banyak ditinggalkan anak karena berbagai faktor, bangun kesiangan hingga tidak cukup waktu atau orang tua yang tidak menyiapkan. Sarapan pagi apalagi yang sehat dan bergizi membawa banyak dampak yang baik. Selain penyediaan sumber energi yang cukup untuk beraktifitas, berdasarkan penelitian, anak yang terbiasa sarapan juga memiliki performa yang lebih baik secara akademik. Tidak sarapan juga membuat gula darah rendah sehingga memicu perasaan marah atau kurang motivasi sepanjang hari.

Pada usia remaja yang termasuk masa pertumbuhan, olahraga membantu perkembangan tulang dan otot. Olahraga tidak hanya memberi dampak fisik tapi juga memberi pengaruh pada kesehatan mental karena olahraga mampu memberikan energi positif sehingga bisa mengurangi stres dan mencegah depresi. Selain itu, fisik yang sehat juga meningkatkan kepercayaan diri. Bagi pelajar, olahraga bisa menjadi alternatif aktifitas yang positif sehingga mengurangi pelajar pada kecenderungan pelajar pada perilaku negatif atau kenakalan remaja.

Membangun kebiasaan bermasyarakat juga tidak kalah pentingnya. Pengaruh gadget yang membuat anak lebih suka menarik diri dari lingkungan sosialnya karena nyaman dengan dunianya membuat kebiasaan ini penting untuk diterapkan. Bermasyarakat membuat anak belajar nilai-nilai, keterampilan, dan pengalaman yang mungkin tidak diperoleh dari pendidikan formal. Interaksi dengan banyak orang juga mengajarkan anak untuk menghargai keragaman dan perbedaan serta memperluas wawasan. Bermasyarakat juga mengingatkan anak bahwa dirinya adalah bagian dari anggota masyarakat sehingga setiap perbuatan atau tindakan yang dilakukan harus bisa dipertanggungjawabkan. Anak yang aktif bermasyarakat juga akan lebih memahami dinamika sosial yang ada, sehingga mereka lebih siap menghadapinya ketika di usia dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun