Mohon tunggu...
Maryam Fany
Maryam Fany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca buku dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Childfree dalam Perspektif Islam

6 Desember 2023   11:49 Diperbarui: 6 Desember 2023   11:58 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

CHILDFREE DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Beberapa waktu belakangan ini, Childfree menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Pada dasarnya istilah Childfree masih terbilang asing di telinga masyarakat Indonesia sehingga kata ini belum memiliki bentuk kata yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang baku. Secara bahasa Childfree diartikan sebagai bebas-anak. Namun sebagai istilah masyarakat menyebutkan Childfree dengan sebutan pernikahan tanpa anak. Dalam artikel yang ditulis oleh Susan Stobert dan Anna Kemeny disebutkan bahwa Childfree adalah sebutan bagi sekelompok orang yang memiliki suatu keinginan yang kuat untuk tidak memiliki anak berdasarkan pilihannya sendiri. Kelompok ini memilih kata Childfree dibandingkan dengan Childless karena kata Childless lebih bermakna kehilangan sesuatu yang diinginkan sedangkan Childfree adalah pilihan hidup untuk tidak memiliki keturunan yang dikehendaki.

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang memilih untuk tidak memiliki anak. Beberapa diantaranya adalah.


1.Faktor Ekonomi
Bagi mereka yang memilih Childfree, kematangan finanasial menjadi faktor yang sangat penting ketika ingin memiliki anak. Sehingga ini bertentangan dengan istilah yang sering disebutkan selama ini yaitu "banyak anak, banyak rezeki". Bagi mereka ketika mereka memiliki anak rezeki itu datang begitu saja, tetapi harus disiapkan sedari awal.

2.Faktor Mental
Bagi mereka yang memilih Childfree kesiapan mental menjadi hal utama untuk bisa menjadi orang tua. Karena menjadi orang tua tentu bukanlah hal mudah.

3.Faktor Personal
Banyak yang merasa bahwa kehadiran anak akan menjadi beban dan penghambat kesuksesan karir bagi sepasang suami istri. Ada juga yang merasa bahwa anak-anak itu merepotkan dan bahkan ada juga yang beralasan mengapa memilih Childfree dikarenakan mereka memiliki pengalaman buruk di masa kecil, sehingga membuat mereka khawatir tidak akan bisa menjadi orang tua yang baik.

4.Faktor Budaya
Kehadiran seorang anak sangat dinanti-nanti dalam budaya Indonesia. Namun tidak jarang akibat budaya yang menganggap kehadiran anak justru membebani pasangan suami istri dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan menyudutkan ketika mereka tidak kunjung memiliki anak, yang akhirnya mereka memutuskan untuk memilih Childfree agar masyarakat tidak lagi bertanya.

Dengan alasan apapun Childfree itu bertentangan dengan tujuan dari pernikahan sebagaimana dianjurkan dalam ayat-ayat Al-Quran. Sebagai contoh, faktor ekonomi yang kerap dijadikan salah satu alasan Childfree terjawab dalam surat An-Nahl ayat 72,


72.

Artinya :
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?".
Ayat diatas menyebutkan bahwa Allah akan mengatur dan memberikan rizki kepada hambanya sehingga alasan itu tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Demikian juga dengan faktor-faktor lainnya, sesungguhnya hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena Allah selalu memberikan solusi dan jalan keluar.
Islam addalah agama rahmatan lil'alamin, yang didalamnya diatur berbagai hal dalam kehidupan dari hal yang terkecil hingga yang terbesar. Salah satu tujuan menikah yang disyariatkan Islam adalah guna mendapatkan keturunan. Keturunan ini dimaknai dengan memiliki anak kandung dari hasil pernikahan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 1,


1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun