Kader partai PDI Perjuangan kerap kali menunjukan ekspresi menangis ketika menanggapi suatu hal dihadapan publik. Teranyar, Ketua DPP PDIP, Puan Maharani sambil tersedu sedan, meminta maaf ada kader PDI-P tak beretika dan langgar konstitusi.
"Sehubungan dengan adanya perilaku kader Partai yang tidak menjunjung tinggi etika politik, tidak berdisiplin, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ideologi partai, serta melakukan pelanggaran konstitusi dan demokrasi Rakernas V Partai menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia," ujar Puan Minggu (26/5/2024) dikutip dari chanel Youtube PDI Perjuangan, Senin (27/5/2024).
Besar kemungkinan apa yang dibicarakan Ketua DPR RI tersebut berkaitan dengan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Bukan hanya Puan, hal serupa juga pernah dilakukan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Seperti dilaporkan oleh Kompas, pada 2008 Pemerintahan dibawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikan harga BBM yang kemudian mendapat penolakan dari berbagai unsur termasuk dari PDI Perjuangan.
Megawati bereaksi keras menolak kenaikan harga BBM tersebut. Bahkan, presiden kelima Indonesia ini menangis saat memberikan sambutan dalam rapat kerja nasional PDI Perjuangan di Makassar, Sulawesi Selatan pada 27 Mei 2008.
"Banyak rakyat lapar karena tingginya angka kemiskinan, tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik," ucap Megawati dengan suara parau menahan tangis.
"Saya sedih melihat rakyat banyak yang menderita, padahal kita punya banyak kekayaan alam, namun angka kemiskinan tinggi," lanjutnya.
Kala itu, bertepatan pula dengan pencalonan Megawati dalam Pemilihan Presiden tahun 2009.
Sementara, dikutip dari Antaranews, Hasto Kristiyanto menangis ketika memberikan keterangan kepada wartawan mengenai pengunduran diri Abdullah Azwar Anas dari pencalonan sebagai wagub di Pilgub Jatim, di kediaman Megawati Soekarnoputri, Jalan Tengku Umar, Jakarta, Sabtu (6/1/2018). Hasto Kristiyanto mengatakan, ada pihak yang sengaja menggunakan "cara-cara kotor" untuk mengagalkan Azwar Anas maju mendampingi bakal Cagub Jatim Saifullah Yusuf di Pilkada Jatim tahun 2018.
Murray Edelman dalam bukunya "The Symbolic Uses of Politics" (1964) menjelaskan bagaimana tindakan simbolik, termasuk ekspresi emosional seperti menangis, digunakan oleh politisi untuk mempengaruhi persepsi publik. Sementara, menurut Jeffrey C. Alexander dalam buku "The Performance of Politics: Obama's Victory and the Democratic Struggle for Power" (2010) mengatakan bahwa performa dan penampilan politisi memainkan peran penting dalam membentuk narasi politik serta mendapatkan dukungan publik.
Namun, apa yang dilakukan oleh petinggi PDIP itu belum tentu salah. Apalagi jika hal tersebut datang dari hati nurani. Bahkan dalam politik, terdapat idiom yang terkenal dari Niccol Machiavelli dalam karyanya "The Prince" (Il Principe) bahwa tujuan politik dapat menghalalkan segala cara sebagai prinsip dasar dalam strategi politiknya.
Sudah seharusnya politisi harus menunjukan keberpihakannya terhadap kepentingan masyarakat luas. Namun, apa yang ditunjukan dan dikerjakan haruslah tindakan yang subtantif bukan hanya sekedar mempengaruhi persepsi publik apalagi semata-mata agenda lima tahunan menjelang Pemilu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H