Mohon tunggu...
Mahpudin
Mahpudin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Asisten Peneliti

Tertarik terkait topik sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Tengah Kenaikan Biaya UKT, Universitas Muhammadiyah Maumere Izinkan Mahasiswa Bayar Pakai Hasil Bumi

26 Mei 2024   07:25 Diperbarui: 26 Mei 2024   07:34 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Muhammadiyah Maumere. Foto: dok. muhammadiyah.or.id

Saat banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia menerapkan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), Universitas Muhammadiyah Maumere (UMM) justru mengadopsi pendekatan inovatif untuk membantu mahasiswa yang kesulitan secara ekonomi. Kampus yang terletak di Sikka, Nusa Tenggara Timur, ini memperbolehkan mahasiswa membayar biaya kuliah dengan hasil pangan seperti pisang, kelapa, hingga ikan laut.

Upaya Meringankan Beban Mahasiswa

Sejak beberapa tahun terakhir, banyak PTN yang meningkatkan besaran UKT, membuat mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah semakin kesulitan membayar biaya kuliah. Berbeda dengan tren ini, UMM atau yang dikenal sebagai Unimof, telah mencari cara untuk meringankan beban finansial mahasiswanya. Langkah konkret ini telah dilakukan sejak 2018, ketika kampus ini masih berbentuk IKIP Muhammadiyah Maumere.

Kebijakan Pembayaran dengan Hasil Pangan

Rektor UMM, Erwin Prasetyo, mengungkapkan dalam wawancara dengan Mojok.co bahwa kebijakan ini berawal dari pengalaman langsung dengan seorang mahasiswi yang mengalami kesulitan membayar biaya semesteran. Mahasiswi tersebut berasal dari keluarga petani yang memiliki banyak hasil panen seperti pisang dan kelapa, namun kesulitan menjualnya karena harga yang anjlok dan masalah distribusi.

"Setelah saya tanya dia bilang punya pisang dan kelapa cukup banyak di rumah," kata Erwin. Ia kemudian berdiskusi dengan beberapa pengambil kebijakan di kampus mengenai mekanisme pembayaran kuliah dengan hasil bumi. Keputusan diambil dan mahasiswi tersebut diizinkan membawa hasil kebunnya ke kampus.

Implementasi dan Dampak

Mahasiswi tersebut menempuh jarak sekitar 35 kilometer dengan truk yang membawa pisang dan kelapa. Sesampainya di kampus, Erwin bersama tim membantu menjualkan hasil bumi itu kepada sivitas akademika di UMM. Ternyata, kampus bisa membantu memasarkan barang tersebut dengan harga yang layak sehingga hasilnya bisa digunakan untuk membayar kuliah.

Sejak itu, kebijakan ini diterapkan dan hampir setiap tahun selalu ada mahasiswa yang membayar kuliah dengan membawa hasil bumi ke kampus. Selain hasil panen dari kebun, ada juga yang membawa hasil tangkapan laut.

Dukungan dan Beasiswa

Selain sistem pembayaran dengan hasil pangan, UMM juga menawarkan mekanisme angsuran biaya kuliah yang fleksibel. Mahasiswa dapat mengangsur biaya kuliah hingga enam tahun sejak awal masuk kuliah, bahkan setelah lulus. UMM juga menyediakan berbagai beasiswa, baik dari program KIP Kuliah yang kuotanya terbatas maupun dari lembaga LazisMu dan lembaga lainnya yang bekerja sama dengan UMM.

"Bahkan untuk beasiswa itu, terkhusus bagi mahasiswa yatim piatu, tidak hanya untuk yang muslim. Namun, juga mahasiswa beragam agama karena hampir 80 persen mahasiswa di sini itu nonmuslim," tambah Erwin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun