Mohon tunggu...
Marwiyah Mahrun
Marwiyah Mahrun Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah kupang

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Kupang🎓 Marwiyah Mahrun Sapaan Marwah Gadis Desa Kelahiran September Kampung Baru Desa Sulamu Lulusan MAN Model Kupang Angkatan 2013 Kuliah Di Muhammadiyah Kupang Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia📚

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Khitanan Suku Bajo Sulamu

13 Juni 2019   22:27 Diperbarui: 15 Juni 2019   07:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi khitan atau sunatan Suku Bajo yang ada diSulamu ini terjadi di Kampung Bajo biasanya disebut "Samo".Tradisi ini dilakukan turun temurun pada acara sunatan diKampung kami (Bajo). Banyak sekali ritual yang harus dilakukan dari awal persiapan sampai berakhiranya prosesi. 

Khitan dalam bahasa bajo itu sendiri adalah Sunno'k,dimana banyak sekali proses ritual yang wajib dilaksanakan. Prosesi khitanan pertama diantaranya yaitu sehari sebelum menjelang khitan,anak-anak yang akan di disunat baik laki-laki maupun perempuan terlebih dulu dibacakan Doa oleh Mbo Pangatonang atau orang yang dipercaya mempunyai doa khasiat sebagai penyembuh  dan penghilang rasa sakit saat di sunat nanti

Gambar DiAmbil Sendiri
Gambar DiAmbil Sendiri

Tradisi khitan atau Sunno'k diKampung Bajo Sulamu sangat unik dan menarik. Anak-anak yang akan disunat memakai baju Adat Bugis dan Kebaya, mereka didandani bak seorang pengantin. Anak-anak yang sudah di dandani di kumpulkan pada sebuah rumah yang jauh dari tenda tempat khitanan.

Akan ada ritual yang sangat menarik, prosesi dimulai  dari pintu rumah, dibacakan Sholawat Nabi untuk melepaskan anak-anak menuju Tenda yang sudah disiapkan.

Masing-masing anak di gendong di kepala bapaknya, dengan di iringi pukulan Rabbana,Gendang sambil sholawat untuk menggiring selama di perjalanan. Dengan dentunam bunyi rabbana para Nenek-nenek akan bergoyang paling depan. Mereka menari mengikuti suara pukulan rabbana, selama perjalanan berlangsung.

Nenek yang menari bukan sembarang orang. Ia haruslah nenek yang di percaya  masyarakat kami mempunyai roh dalam dirinya. Ketika mereka mendengar bunyi gendang, maka mereka akan menari seperti kerasukan mereka akan berhenti kalau bunyi rabbana berhenti. Iringi rabbana dan sholawat sholawat  mengantarkan anak-anak dari rumah perkumpulan menuju tenda

dokpri
dokpri
Banyak sekali manfaat yang di dapat ketika berkhitan bagi laki-laki dari segi agama dan kesehatan, di suku bajo dia di katakan Islam dan sudah berumur tujuh tahun maka ia harus di sunat.

Setelah proses khitanan selesai, anak Laki-laki yang sudah di sunat di kumpulkan dalam satu rumah. Dengan hanya memakai sarung,mereka berbaring dengan kain yag di ikat seperti kerucut dengan ujung sarung di ikat ke atas. Hal ini agar tidak menyentuh luka yang sudah di sunat. Anak-anak akan di awasi  sampai pagi dengan di hibur acara joget, tiga hari-tiga malam hiburan itu agar anak-anak tidak merasa kesepian.

dokpri
dokpri
Setelah hari ketiga  pembacaan doa syukuran sebagai bentuk rasa bahagia  dari awal prosesi khitan sampai berakhirnya acara berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Tiba saatnya pada ritual yang terakhir sebagai ritual penutup yaitu Orant tua atau semua orang yang terlibat dalam acara tersebut akan di olesi arang dapur (dasar panci).

Orang yang memegang arang hitam ditanganya akan mengililingi  Kampung Bajo,  untuk mencari orang-orang yang mereka jumpai lalu mengolesi arang ke wajah orang tersebut. Kadang banyak orang yang bersembunyi di rumah masing-masing karena takut wajahnya akan di coreng arang. Biasanya orang yang sudah tercoreng berarti ia tidak diolesi lagi, ini dilakukan sampai jam 12 siang.

Tradisi dan ritual-ritual ini sangat mengikat, turun temurun harus di lestarikan dan wajib dilakukan sesuai adat dan istiadat nenek moyang suku bajo sulamu terdahulu, Kalau salah salah satu prosesi ritual di langgar dan tidak di lakukan sesuai ketentuan maka akan terjadi petaka di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun