Mohon tunggu...
MARWINDA NADEA FEBIOLANIA
MARWINDA NADEA FEBIOLANIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Geografi 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan Basah di Kalimantan Selatan

15 November 2022   19:35 Diperbarui: 15 November 2022   19:43 2902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pemanfaatan lahan basah sebagai lahan tanaman galam di Kecamatan Gambut (Dokpri)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan di teliti guna untuk mendapatkan data yang relevan. Dimana penelitian ini berisikan laporan tentang bentuk bentuk pemanfaatan lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dimana data dikumpulkan melalui observasi. Penelitian ini juga dilaksanakan melalui studi lapangan, dengan tahapan menentukan lokasi penelitian, pada tahan lanjut dilakukan pengolahan data atau pengutipan referensi. Dalam pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan pengamatan, dokumentasi, dan wawancara.

 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian lahan basah menurut Konvensi Ramsar adalah daerah rawa, lahan gambut, atau air, baik yang alami maupun yang buatan, bersifat tetap atau sementara dengan air landing atau mengalir, bersifat tawar, payau, atau asin, termasuk daerah air marin yang dalamnya pada waktu surut tidak lebih dari 6 meter (Dugan 1990). Lahan basah alami mencakup estuari, yaitu bagian hilir sungai, atau sungai pendek di daratan pantai, mangrove, jalur laut dangkal sepanjang pantai, dataran banjir, delta, rawa, danau, lahan gambut, dan hutan rawa. Sedangkan, lahan basah buatan manusia mencakup tambak perkolaman ikan pedalaman, sawah, lahan pertanian yang secara berkala terkena banjir, jaringan saluran irigasi, dan waduk (Dugan, 1990).

Kalimantan selatan merupakan daerah terkenal sebagai wilayah yang terdapat lahan basah. Berdasarkan Konvensi Ramsar (kesepakatan Internasional tahun 1971) lahan basah di Kalimantan Selatan meliputi lahan pasang surut, rawa lebak, lahan sawah irigasi, danau dangkal, dan sungai (Hadi 2013:8). Sebagian besar tanah yang membentuk lahan basah di Kalimantan selatan adalah tanah alluvial dan tanah gambut. Pada umumnya rawa pasang surut dan sawah irigasi mempunyai tanah yang berjenis alluvial, sedangkan rawa lebak dan danau dangkal mempunyai tanah yang berjenis alluvial serta sebagian tanah berjenis organosol/tanah gambut.

Pemanfaatan lahan basah harus di rencankan serta dirancang secara cermat dengan asas tataguna lahan yang berspektif jangka panjang. Dengan harus memperhatikan tiga aspek penting lahan basah yang menentukan nilainya, yaitu : fungsi, hasil, dan ciri khas, serta dapat menentukan sebab-sebab yang dapat merusak lahan basah dengan langkah selanjutnya dapat menghilangkan-nya dan harus dapat dicegah. Melalui pengetahuan lokal yang dimiliki oleh petani di lahan pasang surut, yang terbentuk melalui pengalaman dan pemahaman mereka terhadap lingkungan spesifik setempat, petani di lahan pasang surut mengelola sumber daya alam yang termasuk kedalam  kategori lahan marjinal. Berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara berkelanjutan. Tidak hanya pengetahuan dan keterampilan teknis semata, namun untuk merubah lahan pasang surut juga memerlukan pola hubungan sosial spesifik dalam kehidupan masyarakat.

Ketangguhan petani banjar dalam menaklukan lahan daerah rawa di Kalimantan Selatan adalah salah satu bentuk pemanfaatan yang telah dilakukan. Seperti yang terbukti, daerah rawa di Kalimantan Selatan dikenal memiliki kadar keasaam yang tinggi. Bukti dari pemanfaatan tersebut salah satunya adalah kemampuan petani banjar untuk mengembangkan sistem persawahan pasang surut dengan cara membuat saluran pembuangan air masam dari rawa-rawa ke kanal. Terdapat tiga macam kanal, yaitu anjir, handil, dan saka. Anjir/antasan merupakan semacam saluran primer yang menghubungkan antara dua sungai, berfungsi untuk kepentingan umum, dengan titik berat sebagai saluran irigasi dan jalur transportasi. Handil/tatah semacam saluran yang bermuara ke sungai atau anjir, dibuat untuk menyalurkan air ke lahan pertanian daerah daratan. Ukuran handil lebih kecil daripada anjir. Handil merupakan milik kelompok/bubuhan tertentu. Saka merupakan saluran tersier untuk menyalurkan air, yang biasanya diambilkan dari handil. Ukuran saka lebih kecil daripada handil, dan merupakan milik keluarga atau pribadi.

Berikut beberapa contoh bentuk-bentuk pemanfaatan lingkungan sosial pada lahan basah yang terdapat di Kalimantan Selatan:

1. Pemanfaatan lahan basah untuk lahan tanaman pohon galam

Gambar 2. Pemanfaatan lahan basah sebagai lahan tanaman galam di Kec. Liang Anggang (Dokpri)
Gambar 2. Pemanfaatan lahan basah sebagai lahan tanaman galam di Kec. Liang Anggang (Dokpri)
Di lahan rawa sangat beragam jenis tumbuhan yang tumbuh adaptif dilahan tersebut (Asikin 2012; 2015) . Tumbuhan adaptif adalah tumbuhan yang dapat tumbuh di daerah berair, seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan daerah yang mengandung air lainnya, biasanya disebut juga tanaman hidofit.  Salah satu tumbuhan yang tumbuh adiptif di lahan rawa pasang surut adalah tumbuhan galam. 

Galam  (Melaleuca cajuputi) merupakan jenis tumbuhan rawa yang banyak tumbuh pada lahan rawa pasang surut sulfat masam, tumbuhan galam termasuk famili Myrtaceae yang merupakan sebagai indikator lahan rawa pasang surut sulfat masam, dan tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Menurut Asikin dan Thamrin (2006), bahwa hasil penelitian pendahuluan ekstrak daun galam dapat digunakan sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan hama seperti ulat jengkal, ulat jengkal dan hama tanaman sawi (Pluella xylostella).

Berdasarkan gambar 1 pada hasil penelitian lahan basah yang telah diambil dan diamati langsung, pemanfaatan lahan rawa yang ditumbuhi/ditanami pohon galam pada daerah lahan basah di Kecamatan Gambut, Kalimantan Selatan terletak pada titik koordinat lat -3.369571° , long 114.702606°. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah ini di sepanjang jalannya terdapat dan dipenuhi tumbuhan galam  yang menghuni lahan di seluruh pinggiran Jl. Gubernur Syarkawi, Banyu Hirang, Kec. Gambut. 

Tanaman galam dapat ditemukan dimana saja terutama banyaknya terdapat pada daerah yang berair. Gambar 2 menunjukkan bahwa di Kecamatan Liang Anggang, Kalimantan Selatan tepatnya di Jl. A. Yani, Landasan Ulin Selatan banyak di tumbuhi tanaman galam, karena disepanjang jalan Kecamatan Liang Anggang kondisi tanah disana merupakan daerah lahan basah seperti rawa, yang pada umumnya galam memang tumbuh dan berkembang di daerah seperti rawa. Bagi masyarakat sekitar yang tinggal di kecamatan Liang Anggang, pohon galam/ tanaman galam dimanfaatkan sebagai mata pencaharian.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, umumnya masyarakat sekitar memanfaatkan tanaman galam sebagai mata pencaharian. Masyarakat sekitar menanam/memanfaatkan tanaman galam untuk dibesarkan setelah itu di jual ke berbagai konsumen. Setelah dari konsumen tanaman galam pun digunakan untuk berbagai sektor pembangunan baik yang besar maupun kecil. 

Biasanya kayu galam sering digunakan sebagai bahan konstruksi perumahan dan memiliki kekuatan kayu kelas II (Arifin, 2020). Galam memiliki banyak manfaat, kulitnya dapat dijadikan sebagai kertas, daun dari pohon ini digunakan sebagai obat, pada dunia konstruksi, kayu ini biasa digunakan sebagai perancah (scaffolding) untuk menahan beban beton dan tiang pancang sederhana (Giesen, 2015).

 2. Pemanfaatan lahan basah sebagai sumber air untuk mengairi persawahan

Gambar 3. Pemanfaatan lokasi lahan basah (jaringan saluran irigasi) di Kecamatan Gambut (Dokpri)
Gambar 3. Pemanfaatan lokasi lahan basah (jaringan saluran irigasi) di Kecamatan Gambut (Dokpri)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diamati pada Kecamatan Gambut, Kalimantan Selatan di Jl. Gubernur Syarkawi, Banyu Hirang terletak pada titik koordinat Lat -3.362499°, Long 114.699138° terdapat jaringan saluran irigari yang merupakan lahan basah buatan manusia, biasanya jaringan saluran irigasi ini berfungsi sebagai sumber air untuk mengairi persawahan, usaha dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan. Pengelolaan jaringan saluran irigasi yang efektif dan efisien bertujuan agar air dapat sampai ke areal persawahan serta digunakan sesuai fungsinya tentu sangat diperlukan.

Secara umum pengertian irigasi adalah pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok lenga sesensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk,1990). Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.23/1982 Ps.1, pengertian irigasi, bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukannya itu sebagai berikut:

· Irigasi usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.

· Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.

· Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

· Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

Dapat diartikan irigasi adalah suatu bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan irigasi. Dalam cakupan pengertian pengembangan irigasi berkelanjutan (sustainable irrigation development), pengertian pertanian harus diartikan bukan hanya pertanian tumbuhan dan tanaman pangan,tetapi mencakup pertanian ternak dan ikan (perikanan).

3. Pemanfaatan lahan basah sebagai area persawahan

 Gambar 4. Pemanfaatan lokasi lahan basah sebagai lahan Persawahan (tanaman padi) di Kecamatan Panyipatan (Dokpri)   
 Gambar 4. Pemanfaatan lokasi lahan basah sebagai lahan Persawahan (tanaman padi) di Kecamatan Panyipatan (Dokpri)   

Gambar 5. Pemanfaatan lokasi lahan basah sebagai lahan persawahan (tanaman padi) di Kec. Panyipatan (Dokpri)
Gambar 5. Pemanfaatan lokasi lahan basah sebagai lahan persawahan (tanaman padi) di Kec. Panyipatan (Dokpri)
Berdasarkan gambar diatas yang telah diambil dan diamati terdapat wilayah lahan basah di Kecamatan Panyipatan, Kalimantan Selatan tepatnya di daerah Batakan. Daerah ini pada umumnya merupakan daerah yang kondisi tanahnya rata-rata berair baik itu air tawar maupun asin. Seperti yang kita ketahui daerah Batakan memang terkenal sebagai daerah dengan sektor pariwisatanya berupa pantai. 

Namun, berdasarkan gambar diatas, sesuai dengan letak lokasi yang diteliti yaitu, di sepanjang jalan menuju wisata pantai batakan terdapat daerah permukiman yang rata-rata adalah lahan basah.

Salah satu daerah lahan basah yang terletak di Batakan ini, kebanyakan di manfaatkan sebagai lahan untuk areal persawahan. Mayoritas penduduk disana banyak yang berprofersi sebagai nelayan, petani, pedagang, petani, dan peternak. Areal persawahan di daerah sana umumnya banyak ditanami tanaman padi. Tak hanya untuk di perjual belikan padi juga dimanfaatkan bagi sebagian masyarakat untuk di konsumsi sendiri guna memenuhi kebutuhan sehari hari.

4. Pemanfaatan lahan basah sebagai sektor pariwisata 

Gambar 6. Pemanfaatan lokasi lahan basah sebagai Sektor pariwisata (Pulau Bakut) Dokpri
Gambar 6. Pemanfaatan lokasi lahan basah sebagai Sektor pariwisata (Pulau Bakut) Dokpri

Gambar 7. Tumbuhan nipah di Pulau Bakut (Dokpri)
Gambar 7. Tumbuhan nipah di Pulau Bakut (Dokpri)

bakut-3-637376c808a8b54bd64a32a2.jpg
bakut-3-637376c808a8b54bd64a32a2.jpg
                                                                                                             Gambar 8. Tumbuhan api-api                                

                                                                                                       (Acicennia officinalis) di Pulau Bakut 

 Gambar 9. Tumbuhan api-api (Acicennia officinalis) di Pulau Bakut. Dokpri
 Gambar 9. Tumbuhan api-api (Acicennia officinalis) di Pulau Bakut. Dokpri
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diambil dan diamati, terdapat pemanfaatan lahan basah pada sektor pariwisata, yang terletak di Pulau Bakut, Marabahan Baru, Kecamatan Anjir Muara, Kalimantan Selatan. Tepatnya berada di Kabupaten Barito Kuala, memiliki luas 15,58 ha di bawah Jembatan Barito yang menghubungkan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah. Jenis tanahnya termasuk alluvial berwarna abu-abu dan bertekstur lempung dengan kandungan humus tebal. 

Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut merupakan kawasan konservasi ber-ekosistem lahan basah yang tergolong pemanfaatan lahan basah-nya unik. Pulau Bakut memiliki potensi flora dan fauna yang beragam, menawarkan keindahan kawasan hutan mangrove dengan lantai tanah yang digenangi air serta dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. 

Potensi fauna yang menjadi tawaran unggulan adalah eksotisme Bekantan, karena seperti yang diketehui bekantan merupakan salah satu primata langka yang dilindungi dan seperti yang kita kenal, bekantan merupakan maskot Kalimantan Selatan, sehingga tidak heran orang-orang banyak yang datang ingin melihat keunikan Bekantan secara langsung. 

Tidak hanya untuk destinasi wisata, Pulau Bakut merupakan tempat konservasi penyelamatan populasi bekantan oleh pihak SBI. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai site monitoring spesies prioritas terancam punah sejak tahun 2012 dengan ditetapkan Surat Keputusan BKSDA Kalimantan Selatan Nomor : SK. 1653/IV-K.23/KKH/2012 tanggal 31 Juli 2012.  

Sebanyak 14 spesies prioritas utama terancam punah. Keanekaragaman flora dan fauna yang ada di pulau bakut dan cukup beragam. Jenis flora yang tumbuh di Taman Wisata Alam Pulau Bakut diantaranya adalah Jeruju (Acanthus ilicifolius), Piai (Acrostichum aureum), Api-api (Acicennia officinalis), Putat (Baringtonia asiatica), Kelampa (Cerbera manghas), Bakung (Crimum asiaticum), Buta-buta (Excoecaria agallocha), Beringin karet (Ficus retusa), Kayu bulan (Fragraea erenulata), Jingah (Gluta renghas), Waru (Hibiscus tiliaceus L.), Nipah (Nypa frusticans), Pandan (Pandanus tectorius), Rambai (Sonneratia caseolaris), dan Mirih (Xylocarpus granatum).

Sedangkan jenis fauna yang ada di Taman Wisata Alam Pulau Bakut cukup beragam untuk kawasan yang tidak terlalu luas diantaranya adalah Burung madu ekor merah (Aethopyga temminckii), Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis*), Wallet sapi (Collocalia esculenta), Layang-layang rumah (Delichon dasypus), Celadi belacan (Dendrocopus canicapillus), Cekakak sungai (Halcyon chloris*), Elang bondol (Haliastur indus*), Elang laut perut putih (Heliaeetus leucogaster*), Layang-layang batu (Hirundo tahitica), Bondol Kalimantan (Lonchura fuscans), Cinenen merah (Orthotomus sericeus), Pekaka emas (Pelargopsis capensis*), Trinil pantai (Tringa hypoleucos), Bajing kelapa (Callosciurus natatus), Bekantan (Nasalis larvatus*), Kalong besar (Pteropus vampyrus), Ular air (Cerberus rynchops), Kadal (Mabouya multifasciata), Ular sawah (Phyton reticulatus), Buaya sapit (Tomistoma schlegeli*), Biawak (Varanus salvator). Jenis fauna yang ada merupakan jenis fauna yang mudah didapat pada kawasan ekosistem hutan mangrove.

 5. Pemanfaatan lahan basah di hutan mangrove

Gambar 10. Lahan basah (Hutan Mangrove) Takisung, Kalimantan Selatan (Dokpri)
Gambar 10. Lahan basah (Hutan Mangrove) Takisung, Kalimantan Selatan (Dokpri)

Gambar 11.  Lahan basah (Hutan Mangrove) Takisung, Kalimantan Selatan (Dokpri)
Gambar 11.  Lahan basah (Hutan Mangrove) Takisung, Kalimantan Selatan (Dokpri)

Gambar 12. Lahan basah (Hutan Mangrove) Kec. Panyipatan, Kalimantan Selatan (Dokpri) 
Gambar 12. Lahan basah (Hutan Mangrove) Kec. Panyipatan, Kalimantan Selatan (Dokpri) 

mangrove-4-637378ab80e89f1390353f53.jpg
mangrove-4-637378ab80e89f1390353f53.jpg

Gambar 13.  Lahan basah (Hutan Mangrove) Kec. Panyipatan, Kalimantan Selatan (Dokpri)

Hutan mangrove merupakan lahan basah alami dan merupakan sebutan untuk sekelompok tumbuhan hidup pada habitat yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Fungsi dan manfaat mangrove bagi kehidupan manusia khususnya bagi masyarakat pesisir antara lain sebagai pelindung dari terjangan angin dan ombak, stabilisasi garis pantai, dan mendukung kegiatan perikanan (Lewis, 2005). Pada umumnya hutan mangrove terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta berkembang di lokasi yang mempunyai pengaruh air pasang surut yang merembes pada aliran sungai, terdapat di sepanjang pesisir pantai. Beberapa manfaat dari hutan mangrove adalah sebagai berikut :

  • Sebagai habitat perikanan
  • Mencegah erosi pantai
  • Menjadi katalis tanah dari air laut
  • Sumber pakan ternak
  • Mencegah pemanasan global
  • Sumber ekonomi bagi masyarakat sekitar
  • Menjaga kualitas air dan udara
  • Menjaga iklim cuaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun