Abstrak
Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan dan sangat terkena dampak kecanduan narkoba. Faktor-faktor seperti tekanan teman sebaya, kurangnya pengawasan orang tua, dan kurangnya pemahaman tentang risiko pengobatan dapat memperburuk situasi. Dalam konteks ini, penting untuk memahami perilaku sosial remaja pengguna narkoba dengan menggunakan perspektif analilis konseptual dramaturgi Erving Goffman. Analisis konseptual Goffman tentang drama memandang interaksi sosial sebagai pertunjukan panggung, di mana individu memainkan peran tertentu. sesuai dengan kebutuhan, keadaan sosial, dan lingkungannya. Dalam konteks penggunaan narkoba remaja di Surabaya, konsep drama Goffman memberikan informasi berharga untuk memahami dinamika perilaku sosial mereka.
Saat dalam situasi menggunakan narkoba, remaja dapat mengambil banyak peran berbeda tergantung kebutuhannya. dan tuntutan lingkungan sosialnya. Mereka mungkin bertindak sebagai "pengguna" ketika berinteraksi dengan teman sebaya di lingkungan yang mendukung penggunaan narkoba. Sebaliknya, ketika berinteraksi dengan orang tua atau anggota masyarakat yang tidak menyetujui penggunaan narkoba, mereka mungkin bertindak sebagai "penyangga" atau bahkan "penipu" untuk menyembunyikan perilakunya. Memahami cara remaja beradaptasi dalam pergaulan sosial. Peran Dalam konteks penggunaan narkoba, hal ini dapat memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mereka serta strategi intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena itu, menganalisis konsep drama Goffman dapat memberikan kerangka yang berguna untuk memahami perilaku sosial remaja pengguna narkoba di Kota Surabaya.
Menelan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkotika). Generasi muda diyakini khawatir. penyalahgunaan narkoba adalah permasalahan mendesak di Indonesia;ditandai dengan peningkatan Ada banyak pecandu narkoba kasus kejahatan narkoba  Selain model dan jaringan, Distribusinya semakin beragam. Saat ini, narkoba juga berdampak pada anak-anak Generasi muda  memasuki usia remaja.
Pembahasan
Teori Dramaturgi Goffman Pada kenakalan Remaja
      Berbagai faktor mungkin terlibat dalam citra diri seorang pengguna narkoba. dan asumsi identitas yang terkait dengan definisi sesuatu  yang ingin menonjol. Berisi symbol simbol tertentu baik dalam bentuk komunikasi verbal ataupun non-verbal, sehingga memungkinkan dia untuk memperkuat identitas peran yang dimainkannya.
Pengguna narkoba dapat membuka diri dan menjadi dirinya yang sebenarnya ketika:
dia berada di peran lingkungan dengan visi dan misi yang sama, namun, Ketika berada di lingkungan yang berbeda, mereka berusaha menutup pikiran dan menunjukkan tingkat kepekaan yang tinggi. Goffman memandang hal ini dari perspektif dramaturgi. Manusia secara ilmiah mempunyai kekuatan untuk mengendalikan sikap dan tindakannya berdasarkan kebutuhan dasar kemanusiaannya. orang perlu mengidentifikasi dirinya dengan orang lain. Untuk itu ia memulai perjalanan membuat pertunjukan dan bertemu  orang lain yang  memproyeksikan diri mereka dalam peran yang mewakili kehidupan dan kehidupan di atas panggung dengan cara yang imajiner.
Goffman menyamakan interaksi sosial dengan pertunjukan teatrikal di mana individu memainkan peran tertentu di depan penonton dan menciptakan kesan yang diinginkan. Penerapan teori dramaturgi Goffman pada kenakalan remaja memberikan wawasan  menarik tentang kemunculan dan pemeliharaan perilaku  bermasalah di masa muda.
Di bawah ini adalah beberapa cara penerapan teori dramaturgi Goffman  pada kenakalan remaja.
- Peran Sosial:
Goffman berpendapat bahwa individu memainkan  peran sosial yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari dan peran ini dapat berubah tergantung pada situasinya. Seorang remaja nakal mungkin mengambil peran sebagai "remaja nakal" di antara teman-temannya, tetapi mungkin mengambil peran lain di rumah dan di sekolah. Mereka menggunakan kostum, bahasa tubuh, dan bahasa yang sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Manajemen kesan: Konsep ini mengacu pada upaya individu untuk mengontrol bagaimana dia dipandang oleh orang lain. Remaja yang terlibat dalam perilaku nakal mungkin menggunakan strategi manajemen kesan untuk menampilkan diri mereka sebagai "keren" atau "berani" di hadapan teman-temannya sambil berusaha menyembunyikan diri dari orang tua dan guru.
- Stigmatisasi:
Goffman mengembangkan konsep stigmatisasi untuk menjelaskan bagaimana individu yang karakteristik atau perilakunya dipandang negatif oleh masyarakat  mengalami diskriminasi dan penolakan sosial. Remaja yang melakukan kejahatan seringkali mendapat stigma dari masyarakat, dan perilakunya dianggap tidak pantas atau bahkan berbahaya.
- Panggung Depan dan Panggung Belakang:
Goffman membedakan antara "panggung depan", di mana individu tampil secara sosial  di depan penonton, dan "panggung belakang", di mana individu dapat bersantai dan menjadi diri mereka yang sebenarnya. Remaja yang menjadi penjahat mungkin berperilaku berbeda di depan teman-temannya (front stage) dibandingkan di depan orang tua dan gurunya (backstage).
- Kontrol Eksposur:
Goffman menyarankan bahwa individu cenderung mengontrol jumlah dan jenis informasi yang mereka berikan kepada orang lain tentang diri mereka sendiri. Remaja nakal cenderung membatasi informasi tentang perilaku bermasalah mereka hanya kepada teman sebaya yang melakukan perilaku serupa, dan berpotensi menyembunyikan informasi dari orang dewasa yang mungkin akan memaksakan konsekuensinya.
Dengan menerapkan konsep-konsep tersebut, kita dapat memahami bagaimana teori dramaturgi Goffman dapat memberikan wawasan yang berguna mengenai dinamika dan motivasi di balik perilaku kriminal remaja.
Kesimpulan
Bentuk Pengelolahan Kesan Panggung  Depan (Front Stage) Pengguna Narkoba  berurusan dengan kesan yang mereka dapat. Hal ini didasarkan pada kesadaran akan perilaku menyimpang mereka. Sebagai makhluk sosial, para remaja pengguna narkoba pun berusaha mencoba untuk meninggalkan kesan yang baik pada masyarakat. aktivitas ini Diwujudkan melalui penciptaan simbol-simbol  Bertujuan untuk menciptakan spekulasi positif di mata masyarakat  Simbol-simbol tersebut biasanya berbentuk sikap sosial. Empati, gotong royong, dan lain lain. Hal ini merupakan presentasi diri yang sengaja diciptakan oleh para remaja pengguna narkoba dalam memerankan panggung depannya guna untuk menutupi identitas mereka sebagai pengguna narkoba.
Penerapan teori dramaturgi Goffman dalam konteks pencegahan narkoba remaja memberikan perspektif yang menarik unutk dikaji. Dengan Memperkuat identitas positif, Mengembangkan program yang membantu generasi muda mengembangkan identitas positif di luar peran yang terkait dengan penggunaan narkoba. dan  mencakup aktivitas yang meningkatkan kepercayaan diri, keterampilan sosial, dan koneksi ke aktivitas yang sehat dan bermakna. Seta, Memberikan ruang yang aman bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri tanpa takut akan prasangka atau penilaian negatif.sehingga Kaum muda lebih sensitif terhadap kesan dan stigma yang cenderung mencari bantuan dan dukungan jika mereka mempunyai masalah narkoba.Â
daftar pustaka
Bachtiar, F. (2014). Kehidupan sosial remaja pengguna narkotika, psikotropika dan zat. The social life of youth users of narcotics, psychotropics, and addictive, 8.
JATI, R. P. (2023, march 2). Prevalensi Terpapar Narkoba Meningkat, Intervensi Berbasis Masyarakat Krusial. Prevalensi paparan narkoba di Indonesia meningkat. Pekerja dan pelajar menjadi kelompok masyarakat yang paling rentan terpapar. Karena itu, butuh regulasi yang tegas dan peran dari masyarakat menekan risiko tersebut, p. 2.
MUTTAQIN, M. D. (2019). PRESENTASI DIRI PENGGUNA NARKOBA DI SURABAYA. (Kajian Dramaturgi Mengenai Bentuk Pengelolaan Kesan Pengguna Narkoba di , 146.
Saleh*, N. (n.d.). Kajian Penyalagunaan Narkoba dikalangan Remaja dalam . Artikel Pendidikan Agama Islam, 6.
                             Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H