Ya sudahlah, saya benar2 dalam kondisi pasrah pada Allah, karena memang tak ada yang dapat saya banggakan bankan tabungan saya pun sebenarnya takkan cukup untuk walimah yang layak Saya sudah berfikir dia akan menolak saya, setidaknya itu akan membuat jauh lebih mudah bagi saya untuk membuang harapan itu selamanya, toh saya belum pernah berinteraksi langsung dengannya, bahkan mendengar suaranya langsung dar jarak dekat pun saya belum pernah Setelah 3 hari di luar dugaan, bukannya dia menjawab ajakan taaruf saya, tapi akhwat itu justru meminta saya melamar ke bapaknya jika memang serius.
Ternyata dalam 3 hari itu dia minta in kepada Ayah-ibu-nya untuk monikah Tapi akhirnya kami tetap melakukan tearuf sekaligus nadzor di rumah guru ngajinya, dan itu adalah pertemuan pertama dan satu-satunya yang kami lakukan sebelum menikah, setelah itu saya langsung melamar ke orang tuanya Alhamdulillah akhirnya kami menikah dengan acara walimah yang sederhana namun cukup meriah, bagi kami itu begitu indah. Setelah menikah itulah sebenarnya kami mulai melakukan taaruf yang sesungguhnya, kita menyebutnya taaruf dan pacaran seumur hidup. Hari itu kami bersanding di pelaminan, akhwet sholihah yang pertama kali saye ihat 3 tahun lalu itu kini sah menjadi striku.Â
Sambil melingkarkan tangan di lengan dan menyandarkan kepalanya di pundak ca berkata lirih, "kenapa Mas baru datang sekarang, padahal aku sudah menunggumu sejak pertama kita bertemu.
Sejak itu kami jadi bucin tak terpisahkan, tiap hari kencan, ngobrol di warung kopi sampai warungnya tutup. kemana-mana selalu bergandengan tangan, Sampai dilihat orang pas naik bus atau sedang di mall, ada yang nanya "baru jadian ya mas?, kita hanya jawab dengan senyuman. Ada yang mengira kami mahasiswa yang sedang pacaran, memang benar sih lebih tepatnya, kami adalah mahasiswa yang sudah menikah dan menjadi pacar yang halal.Â
Kini selain kuliah, saya harus bekerja lebih keras untuk masa depan kami berdua. Tapi baru saja sampai kantor, pacar halalku itu sudah mengirimkan SMS, "Masaku kangen.Â
Ya salam, rasanya pingin langsung pulang balik lagi ke rumah "Ya Allah tolonglah hambamu ini bagaimana aku bisa konsentrasi bekerja, jika hatiku selalu merindukan kamu, sesaat kemudian istriku membalas "bianin aja, ini hukuman buat Mas, karena dulu nyuekin aku, coba kalau 3 tahun lalu langsung melamarku, gak akan kena hukuman gini hehehe" "Baiklah, kuterima hukuman ini dengan ikhlas), biarlah hatiku terbelenggu rindu dan tersandera cinta padamu.. selamannya. Akhirnya saya tahu, saat dulu saya jatuh, hati pada pandangan pertama, temyatu istri saya ini juga punya simpati yang sama, dan saat itulah kami sama-sama saling mencari tahu nama.
Tapi rasa itu kita anggap tak ada dan tak pernah terkata, tak juga bertegur sapa, tak perman bicara meski sering jumpa tak ada cerita antara kita, hingga rasa itu bermetamorfosa terselip dalem doe.Â
Ternyata banyak momen-momen yang membuat rasa simpati itu makin tumbuh, misalnya ketika dulu saya harus menghadapi preman dalam sebuah kegiatan, diam-diam dia memperhatikan apa yang saya lakukan, begitupun sebaliknya Jadi sejak pandangan pertama itu sebenarnya kami saling memperhatikan, tapi kami juga saling menyimpannya rapat-rapat. Bahkan teman saya yang satu kamar kos dan satu organisasi pun tak menyadannya Kini kami telah menyatu, merangkai masa lalu ketika saling membisu.
Saat hati beradu rindu walau tak saling tahu, ketika cinta tak terkata meski hat telah merasa, hanya saling mendoa semoga kita bisa bersama hingga ke JannahNya Ternyata Allah memang punya rencana indah, agar kami terlebih dahulu belajar tentang hidup dengan lebih matang. agar mampu menyandarkan hati padaNya sebelum mengikatkan hati membangun rumah tangga.Â
Allah memang maha mengatur segalanya, termasuk hari ketika saya memutuskan untuk mengutarakan niat menunang calon istil saya itu seperti keputusan tiba-tiba yang bahkan saya sendiri heran, kenapa saya bisa senokat stu, hampir tanpa persiapan.Â
Padahal saya mahasiswa ilmu komputer, sambil kerja jadi programmer, saya berprinsip setiap keputusan penting dalam hidup harus melalui perhitungan yang matang, tapi kali ini sepertinya saya hanya mengandalkan naluri dan keyakinan saja.Â