Mohon tunggu...
Marwa Ulfa
Marwa Ulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Membaca dan menulislah karena itu salah satu cara untuk mendapatkan ilmu

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyyah Prof Dr HAMKA Peminatan Hubungan Masyarakat / Publik Relation

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi "Perempuan di Titik Nol"

4 Juli 2022   14:06 Diperbarui: 4 Juli 2022   14:11 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Firdaus hidup di keluarga patriarki, Lebih-lebih ayahnya yang sebagai petani miskin, yang tak dapat membaca &menulis, sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Sedari kecil firdaus telah dituntut untuk hidup mandiri mulai dari ke ladang, mengambil air, membuat roti dan lain-lain. Firdaus sejak kecil juga pernah dilecehkkan oleh temannya dan pemannya Sendiri Singkat cerita pada suatu saat firdaus melihat tangan pamannya pelan-pelan bergerak dari balik buku yang sedang ia baca menyentuh dan meremas paha firdaus dan pelecehan aibnya seperti tempat bioskop setelah firdaus tamat sekolah dasar, pada akhirnya hal tersebut menjadi pengalaman traumatik sampai dewasa. 

Firdaus kecil merasakan musim dingin di gubuk kecil tersebut justru Ayah menggeser tikar jerami saya beserta bantalnya ke bilik kecil yang menghadap ke utara, dan menempati sudut tempat saya di dalam ruangan tungku. Dan bukannya tetap tinggal di sisi saya untuk membuat firdaus hangat di tambah ibu membiarkan saya sendirian dan pergi ke Ayah untuk membuat dia hangat, sedangkan di musim panas Ibu membasuh kaki Ayah firdaus dengan sebuah mangkuk timah dengan air dingin. 

Pernah suatu ketika firdaus dan ibunya kelaparan sedangkandengan rakusnya makan dekat perapian. Intinya dalam novel ini suami selalu memiliki derajat yang lebih tinggi dari istri Bak seorang raja. Ketika beranjak dewasa firdaus benci terhadap bentuk fisik yg ia terima (sadar ketika becermin) Sejak saat itulah firdaus tak pernah bercermin lagi.

Dari segi pendidikan pun perempuan Mesir hanya boleh mengenyam pendidikan setingkat SMA, etika ia bersekolah firdaus jin baca buku mengenai penguasa. Ia mengetahui bahwa semua yang memerintah adalah laki-Iaki. Persamaan di antara mereka adalah kerakusan dan kepribadian yang penuh distorsi, nafsu tanpa batas mengumpul uang, seks dan kekuasaan tanpa batas. Setelah lulus firdaus tidak diperbolehkan untuk dan keluarga pamannya tidak memiliki uang Ika firdaus kuliah dan akhirnya ia menikah dengan syekh kaya raya tetapi punya penyakit bisul di wajahnya. Firdaus kerap mengalami KDRT Muka dan badan firdaus menjadi bengkak dan memar. Lalu firdaus meninggalkan rumah dan pergi ke rumah Paman. Tetapi Paman mengatakan kepadanya bahwa semua suami memukul isterinya, dan isterinya menambahkan bahwa suaminya pun seringkali memukulnya. Istri pamannyapun menjawab, bahwa justru laki-Iaki yang memahami agama itulah yang suka memukul isterinya. Aturan agama mengijinkan untuk melakukan hukuman itu. Seorang isteri yang bijak tidak layak mengeluh tentang suaminya. Kewajibannya ialah kepatuhan yang sempurna. 

Singkat cerita firdaus bertemu Namanya Bayoumi, seorang lelaki yang memperkenalkan Firdaus kepada profesi pelacur. Firdaus merasa dirinya dijajah laki-laki, dia tidak tahan dan memilih kabur. Ia bertemu seorang perempuan yang ternyata seorang germo. Berkat perempuan itu lah Firdaus mengetahui ia memiliki harga tinggi sampai pada akhirnya seorang Germo yang kemungkinan dari kalngan bangsawan menggunakannya dan sempat nantangnya /meremehkannya perihal membunuh dan akhirnya karena maerasa benar dalam perang mulut tersebut firdaus benar menusukan pisau kepada pemuda tersebut dan akhornya di tangkap oleh polisi ."Saya bukan seorang pelacur. Tetapi sejak sernula, Ayah, Paman, suami saya, mereka semua, mengajarkan untuk menjadi dewasa sebagai pelacur

Harapannya dengan membaca novel perempuan di titik nol ini mampu membuka  hati dan pikiran akan masalah dan kedudukan perernpuan Indonesia, dalam novel tersebut tedapat atasi Tidakkah kata perempuan itu sendiri berasal dari kata Nempu" yang penuh dengan pengertian penuh kehormatan dan kesaktian? Akan tetapi tidakkah pula dalam praktek-nya rnasih banyak perempuan Indonesia yang benar-benar hidup hanya untuk melayani dan mengabdi pada sang suami belaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun