lomba dongeng yang diadakan oleh DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta. Pada laman instagramnya @layananjakarta tertera total rupiah yang akan diberikan kepada pemenang. "Wow, juara tiga saja sampai dua digit?!" Sontak mata saya berbinar melihat angkanya. "Dongeng? Zaman sekarang? Kek mana bentuknya mendongeng itu?", batinku yang terlalu meremehkan sebuah dongeng.
Beberapa waktu lalu, saya tertarik mengikuti sebuahSaya pun mengikuti lomba tersebut, bahkan hingga mengirimkan dua materi judul yakni "Dira Si Ikan Mungil" dan "Ita dan Sepeda Baru Kak Dito". Sayangnya, aku bukan seorang yang percaya diri untuk tampil depan layar kaca atau pun panggung. Saya memanfaatkan Canva, sebuah platform desain grafis online yang memungkinkan pengguna untuk membuat berbagai macam konten visual, seperti poster, presentasi, infografik, undangan, media sosial, dan banyak lagi, dengan mudah dan cepat. Saya gabungkan semuanya, edit melalui Capcut. Masukan voice over dan audio, menyesuaikan suasananya.
Terlalu meremehkan gaya authentic sebuah nilai dongeng, saya pun gagal lolos ke dalam 10 besar finalis. Tidak apa. Toh, saya ikut lomba tersebut karena saya anggap semuanya adalah sebuah proses pembelajaran. Tapi saya tetap penasaran dengan konstestan yang lolos ke dalam 10 final. Dari 88 peserta, mengapa mereka yang lolos? Setelah saya kepoin satu per satu, ternyata ada benang merah yang menurut saya, materi dongeng mereka punya nilai tersendiri. Sebuah karya yang perlu dijaga keasliannya serta dikemas dengan seni yang unik dan menyenangkan.
Lomba dongeng di masa kini bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan ruang pelestarian budaya dan alat pengasah kreativitas anak dan dewasa. Di tengah arus modernisasi yang cenderung memperkenalkan teknologi sebagai hiburan utama, dongeng tetap memiliki peran istimewa dalam menghubungkan nilai-nilai lama dengan kehidupan sekarang.Â
Dengan mengikuti lomba dongeng, generasi muda dapat memahami dan menghidupkan kembali kisah-kisah yang sarat nilai moral, petualangan, dan kebijaksanaan. Di sisi lain, lomba ini juga menjadi medium bagi peserta untuk mengembangkan kemampuan literasi, berbicara di depan umum, dan empati.
Pengertian Dongeng dan Indikatornya
Secara umum, dongeng adalah cerita yang dikisahkan secara lisan atau tertulis yang berisi pesan moral atau pelajaran hidup, sering kali disertai unsur fantasi dan tokoh-tokoh yang tidak realistis.Â
Dongeng berasal dari tradisi lisan, yang telah diwariskan turun-temurun. Cerita dongeng umumnya berakar pada kebudayaan setempat dan kerap kali disampaikan secara lisan oleh para pendongeng, yang kemudian berkembang menjadi cerita tertulis. Contoh klasik dongeng adalah kisah Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih, atau Si Kancil yang merupakan kisah populer dalam masyarakat Indonesia.
Dari sekian yang saya pahami dan perhatikan, sebuah dongeng dapat dikenali karena:
1. Tokoh dengan Karakter Stereotip
Tokoh-tokoh dalam dongeng sering kali memiliki karakter yang sudah jelas, seperti si baik dan si jahat, si cerdik dan si bodoh, atau si pemberani dan si penakut. Sifat-sifat ini membantu audiens, terutama anak-anak, untuk memahami pesan moral secara langsung.
2. Tema dan Latar Cerita yang Sederhana namun BermaknaÂ
Cerita dalam dongeng sering kali sederhana dan mudah dipahami, tetapi kaya akan makna. Temanya bisa berkisar dari persahabatan, kerja keras, hingga kebaikan hati yang membawa keberuntungan. Latar cerita juga umumnya sederhana, seperti di hutan, desa, atau kerajaan, yang memberi kesan klasik dan tak lekang oleh waktu.
3. Mengandung Pesan Moral atau Nilai KebijaksanaanÂ
Hampir setiap dongeng membawa pesan moral. Misalnya, kisah Si Kancil yang cerdik memberi pelajaran tentang kecerdikan dan strategi, sementara dongeng tentang Malin Kundang menyampaikan nilai tentang bakti kepada orang tua dan akibat buruk jika seseorang melupakan jasa orang tuanya.
4. Unsur Fantasi atau Keajaiban Â
Banyak dongeng mengandung unsur fantasi, seperti hewan yang bisa berbicara, makhluk ajaib, atau kejadian-kejadian luar biasa yang tidak bisa dijelaskan secara logis. Unsur fantasi ini memberikan daya tarik tersendiri bagi anak-anak dan membantu mereka mengembangkan imajinasi.
Makna Lomba Dongeng di Masa Kini
Lomba dongeng di masa kini tentunya memiliki arti penting sebagai upaya untuk membangkitkan kembali minat masyarakat pada kekayaan budaya lokal. Di masa kini, ketika gawai dan media sosial menjadi dominan, lomba dongeng mengingatkan kita bahwa mendongeng adalah cara alami manusia untuk berkomunikasi dan menyampaikan nilai-nilai yang baik.Â
Selain itu, lomba ini memotivasi generasi muda untuk tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pendongeng, sehingga budaya dongeng tetap hidup dan berlanjut ke generasi berikutnya.
Besarnya hadiah juga dapat menarik minat masyarakat untuk terus men-challenge dirinya mengikuti lomba dongeng. Seperti saya, yang masih awam banget dengan dongeng, akhirnya menulis artikel ini usai menyoba ikut lomba tersebut. Tentu saja karena besarnya hadiah yang ditawarkan.
Kendati demikian, melalui lomba dongeng, peserta dapat belajar untuk mengolah ekspresi, suara, serta alur cerita, yang tidak hanya meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri.Â
Dalam banyak kasus, anak-anak yang belajar mendongeng akan lebih berani untuk mengutarakan pendapat dan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.Â
Kompetisi ini mengajarkan bahwa mendongeng bukan sekadar bercerita, tetapi sebuah seni untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lama dalam kehidupan modern.
Dengan begitu, lomba dongeng di masa kini adalah salah satu jalan untuk melestarikan nilai-nilai luhur bangsa, mempererat hubungan antara generasi tua dan muda, serta memupuk rasa cinta kepada budaya sendiri.Â
Selain itu, lomba ini membantu kita merayakan kekayaan imajinasi dan kreativitas yang dimiliki manusia sejak masa kecil, serta menjadikannya bekal berharga untuk masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H