Mohon tunggu...
Marwan Djalim
Marwan Djalim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

YNTKTS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Islam: Gerakan Perubahan Sosial

22 Desember 2024   14:20 Diperbarui: 24 Desember 2024   21:28 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: Pixabay) 

"Jangan kenali kebenaran berdasarkan individu-individu. Kenalilah kebenaran itu sendiri, otomatis kau akan kenal siapa yang berada di pihak yang benar." (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Dalam sejarah islam terlihat jelas bahwa setelah Rasul saw wafat terlihat arah gerakan perubahan yang beliau lakukan telah mengalami penyimpangan, disusupi oleh orang-orang yang memanfaatkan dan kemudian mendapatkan kesempatan itu untuk memperoleh kekuasaan, dan bekas musuh-musuh islam di masa lalu (sekalipun kemudian telah memeluk islam) masihlah menyimpan dendam, serta melalui mereka, gerakan perubahan yang dilakukan Rasulullah saw mengalami banyak penyimpangan. dapat diketahui bahwa gerakan perubahan, berubah menjadi bersifat rasial dan bernuansa kearaban. Alih-alih meneruskan perjuangan rasul, mengikuti prinsip dan standar yang telah ditentukannya. Mereka Justru menunjukkan hal yang sebaliknya bahwa bangsa Arablah dan bukan Islam yang telah melakukan penaklukan dan memerangi dan mengalahkan bangsa lainnya. 

Hal ini memang menimbulkan perpecahan dan pertentangan pendapat, sebab melalui islam kita mengetahui bahwa gerakan yang dilakukan Rasul saw adalah berdasar pada Agama, dan bukan terkait Bangsa Arab, sebab Islam tidak akan membenarkan persoalan rasial dan kebangsaan. Hal ini juga akan menimbulkan pertanyaan "kenapa harus bangsa arab?" Mengapa bukan bangsa lain saja yang harus memimpin? Sehingga dengan sebab-sebab tertentu yang menjadi pemicunya benih nasionalisme dan sikap rasial menyebar di tubuh umat islam. 

Dapat pula dipahami bahwa sejarah islam dalam dua atau tiga abad, penuh dengan perselisihan di kalangan bangsa Arab, Turki, Iran. dizaman Umayyah bangsa Arablah yang memegang kekuasaan. Dan melalui perubahan arah gerakan politik dan pemerintahan islam, Khalifah-khalifah Abbasiyah yang merupakan musuh dan penentang kekhalifahan Umayyah, memilih membantu Iran dan menjadikan bahasa dan tulisan Iran dipergunakan secara luas dikalangan umat. Meskipun kemudian di zaman Mutawakkil dari Dinasti Abbasiyah--yang melakukan pendekatan dan membina hubungan baik dengan Turki, kemudian memilih untuk menyelamatkan dirinya dari bangsa Iran dan menjunjung serta mengutamakan Turki, membuat Turki menjadi lebih superior ketimbang bangsa lain (sekalipun beragama islam) serta menempatkan Iran dan Arab berada dibawah kekuasaan Bangsa Turki. 

Setelah mengalahkan musuh-musuh islam dan telah menyingkirkan mereka, rasa takut umat islam terhadap yang lainnya telah hilang, namun kemudian dihadapkan kembali dengan timbulnya rasa takut dari dalam terhadap sesama muslim sendiri, rasa takut yang ditunjukkan ke dalam tubuh umat islam, rasa takut akan penyelewengan dan pembengkokkan terhadap gerakan perubahan yang telah dilakukan Rasul Saw. 

Mestinya bila kita menyikapi masalah gerakan perubahan yang dilakukan Rasul Saw, dengan penuh ketelitian dan memahaminya--bahwa mendekati masalah ini dengan sikap Fanatisme dan mengesampingkan Realita justru akan memperburuk keadaan, dan gerakan perubahan yang dilakukan Rasul Saw hanya akan menjadi sia-sia belaka. 

Patut dipahami bahwa mempertahankan status quo penguasa, dan gerakan perubahan umat islam memang lebih sulit ketimbang menciptakannya (meskipun telah terjadi penyimpangan atasnya). Seharusnya kita memang meyakini hal ini, membuat perubahan dan mempertahankannya adalah dua hal yang berbeda, adapun gerakan perubahan yang dibuat oleh rasul saw, memiliki ruang untuk terus melakukan perbaikan dan pembangunan terhadapanya. Seperti yang kita ketahui bahwa ketika umat islam telah selesai menghadapi musuh-musuh islam, sikap solidaritas yang mereka miliki menjadi melemah diantara umat, serta menimbulkan perpecahan, sehingga lupa akan menghadapi musuh dari dalam tubuh islam sendiri, seolah-olah gerakan perubahan yang dilakukan oleh Rasul saw telah berhenti saat ketika musuh islam berhasil ditumbangkan, hal ini menjadi gejala sosial dimana ketika umat islam terlena akan kemenangan, dan rasa superioritas, serta kesenangan, mereka kehilangan sikap solidaritas karena telah dibuat nyaman oleh hal-hal remeh duniawi. Semestinya gerakan perubahan yang digalakkan oleh Rasul saw, tidak berhenti saat musuh dari luar islam dikalahkan. Kita harus melihat dan menganalisis  gerakan perubahan yang dilakukan oleh Rasul saw dari berbagai aspek, hanya dengan mengenal dan menganalisis kembali gerakan perubahan yang dilakukan oleh Rasul saw dengan baik kita dapat memperkokoh, menjaga, dan melestarikannya. 

Landasan terciptanya Gerakan Perubahan

Mesti dipahami bahwa proses terjadinya berbagai gerakan Perubahan dilandasi Keinginan akan Perubahan yang didambakan oleh penciptanya, ataupun karena kemarahan, dan ketidakpuasan terhadap situasi dan keadaan yang dialami. Untuk belajar dan memahami bagaimana sebuah gerakan perubahan terjadi, maka kita harus terlebih dahulu mengenali faktor-faktornya, baik itu bentuk ketidakpuasan ataupun cita-cita yang diidealkan. Dasarnya perubahan sosial yang pernah terjadi memiliki kesamaan sifat dan esensi meskipun berbeda bentuk, meskipun gerakan perubahan tersebut mengatasnamakan budaya, politik, ataupun agama (kecuali Islam) , karena esensi dan sifatnya mengarahkan pada persoalan materiil dan ekonomi. Melalui hal ini pula gerakan perubahan tampil menjadi pemberontakan orang-orang tertindas, mereka yang dirampas hak-haknya. Sehingga kita bisa memahami bahwa mereka yang melakukan perubahan adalah mereka yang telah mengalami kemarahan dan putus asa akan situasi dan tidak pernah merasakan keadilan. 

Adapula yang memahami bahwa gerakan perubahan sosial tidak semata terkait kasus materi dan ekonomi, sebabnya bila pemberontakan dilakukan dengan berakar pada faktor ekonomi dan materil semata, maka mereka melihatnya sebagai bentuk pembangkangan mirip binatang, karena lapar maka memberontak, hanya karena binatang tidak diberi makan ia menggigit Manusia. Sebab bagi yang lain faktor perlawanan hanya karena rasa lapar tak ada bedanya dengan sifat binatang. 

Gerakan perubahan sosial yang lebih manusiawi bisa terjadi bila tidak bersifat materialistik, dan watak perubahan sosial manusiawi adalah politis dan liberalis, hal ini dapat dipahami bahwa dalam gerakan perubahan sosial, penting untuk memastikan agar masyarakat tetap Kenyang, dan menghilangkan kelaparan mereka, namun tidak membatasinya pada materi, dikarenakan penting untuk tetap menjaga dan membuat mereka aman, mempertahankan hak kebebasan mereka serta hak mereka dalam menyampaikan pendapat dan kemampuan mereka dalam menentukan nasibnya sendiri, kita memahami hal seperti ini, bersifat liberal dan demokratis. 

Gerakan Perubahan sosial pun bisa saja disulut melalui Ideologi tertentu, apabila mereka yang mempercayai aliran pemikiran tertentu dan merasa ideologi mereka terancam diserang atau disingkirkan, maka para penganutnya akan menjadi Marah, dan untuk melindungi ideologi mereka mereka memberontak, dan bagi mereka hal ini tidak terkait dengan Faktor ekonomi, Rasa lapar karena ketidakadilan sosial, ataupun kebebasan politik, melainkan karena gejala yang timbul dari sikap yang lainnya, yaitu tidak menghormati ideologi mereka. 

Sifat Gerakan Perubahan Dalam Islam

Terdapat perbedaan yang melatarbelakangi terjadinya Perubahan Sosial antar Islam dan Aliran Pemikiran lain, Islam menyandarkan gerakan perubahannya pada Kesadaran umat muslim, bahwa gerakan perubahannya tidak didasarkan pada faktor ekonomi, ataupun keinginan meraih kekuasaan. Gerakan perubahan yang tidak memaksa untuk menghadapi musuh dalam tubuh umat Islam sendiri. Melainkan kepada kesadaran mereka untuk memihak kepada kebenaran, sehingga melalui hal ini umat yang bangkit melawan tidak lagi mengalami kegalauan, berat hati, dan resah, karena menghadapi (musuh) sesama muslim sendiri. Dan melalui hal ini pula nampak jelas nilai dari gerakan perubahan yang mereka lakukan, Didasarkan Pada Kesadaran dan Keberpihakannya pada kebenaran. 

"Jangan kenali kebenaran berdasarkan individu-individu. Kenalilah kebenaran itu sendiri, otomatis kau akan kenal siapa yang berada di pihak yang benar." (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun