Mohon tunggu...
Marwan Djalim
Marwan Djalim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

YNTKTS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta dalam Pemikiran Martin Buber: Mengalami Hubungan yang Autentik dan Berarti

9 April 2023   07:42 Diperbarui: 9 April 2023   07:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Martin Buber adalah seorang filsuf Yahudi dan teolog yang dikenal karena karyanya dalam bidang filsafat agama, terutama konsep dialogikal dan hubungan interpersonal yang autentik dan bermakna. Dalam pemikirannya, Buber menekankan pentingnya hubungan yang berarti antara manusia, terutama dalam konteks hubungan antara manusia dan Tuhan. Dalam konteks cinta, Buber menyatakan bahwa cinta yang autentik dan bermakna hanya mungkin terjadi ketika kita mengalami hubungan yang bersifat "Aku-Engkau" (I-Thou) bukan "Aku-Objek" (I-It). Dalam hubungan Aku-Engkau, kita mengalami satu sama lain sebagai individu yang unik dan memiliki martabat yang sama, sementara dalam hubungan Aku-Objek, kita melihat orang lain sebagai objek yang dapat dimanipulasi dan dimanfaatkan sesuai keinginan kita.

Buber juga menekankan bahwa cinta yang autentik melibatkan komitmen untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan hidup yang berarti. Dalam hubungan cinta yang autentik, kita memperlakukan pasangan kita dengan hormat dan menghargai integritas mereka sebagai individu yang merdeka. Buber juga menekankan pentingnya keberadaan Tuhan dalam hubungan cinta yang autentik. Baginya, Tuhan adalah sumber dari segala kebenaran dan kebaikan, dan hanya melalui hubungan yang autentik dengan Tuhan kita dapat mencapai kesempurnaan dalam hubungan kita dengan orang lain. 

Selain itu, Buber juga menegaskan bahwa hubungan cinta yang autentik tidak dapat dipaksakan atau diatur dengan aturan-aturan yang kaku. Hubungan yang bermakna harus tumbuh secara alami, berdasarkan kesadaran dan kebebasan masing-masing individu untuk terlibat dalam hubungan tersebut. Oleh karena itu, cinta yang autentik tidak dapat direncanakan atau diprogramkan, tetapi harus ditemukan melalui pengalaman pribadi dan kebersamaan yang terbuka dan jujur. 

Buber juga menekankan pentingnya kesadaran akan kehadiran yang lain dalam hubungan cinta yang autentik. Kesadaran ini membutuhkan kepekaan dan perhatian terhadap perasaan dan kebutuhan pasangan kita, serta kemampuan untuk berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Hanya melalui keberadaan kesadaran ini kita dapat menghindari jebakan egosentris dan membangun hubungan yang benar-benar bermakna dan saling memberi. Dalam pemikirannya, bahwa cinta yang autentik bukan hanya tentang kebahagiaan dan kesenangan pribadi, tetapi juga tentang tanggung jawab moral dan sosial. Dalam hubungan cinta yang bermakna, kita harus mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan orang lain, serta memiliki rasa empati dan kepedulian yang mendalam terhadap kebutuhan mereka.

Serta pentingnya keberanian dan kerendahan hati dalam hubungan cinta yang autentik. Keberanian diperlukan untuk membuka diri dan terlibat secara emosional dengan orang lain, sementara kerendahan hati diperlukan untuk mengakui kelemahan dan kekurangan kita sendiri, serta menerima dan menghormati keberadaan yang lain sebagai individu yang unik dan berharga. Cinta yang autentik harus didasarkan pada kesetaraan antara pasangan kita, di mana masing-masing individu dihargai sebagai individu yang merdeka dan memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan sendiri dalam hubungan tersebut. Dalam hubungan cinta yang autentik, tidak ada yang memiliki kekuasaan atau otoritas yang lebih besar dari yang lain, tetapi setiap individu diakui sebagai mitra yang setara dan memiliki hak yang sama dalam hubungan tersebut. 

Pemikiran Huber tentang cinta juga menekankan pentingnya hubungan cinta dalam konteks komunitas yang lebih luas. Menurut Buber, cinta yang autentik tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab sosial dan moral kita terhadap masyarakat di sekitar kita. Oleh karena itu, dalam hubungan cinta yang autentik, kita harus mempertimbangkan dan memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam komunitas yang didasarkan pada cinta yang autentik, setiap individu dihargai sebagai mitra yang setara dan saling mendukung dalam membangun hubungan yang bermakna dan saling memberi. 

Pemikiran Buber tentang cinta menunjukkan bahwa cinta yang autentik dapat membantu kita mencapai tujuan spiritual yang lebih tinggi. Menurut Buber, kehadiran Tuhan hadir dalam setiap hubungan cinta yang autentik, dan melalui hubungan tersebut, kita dapat merasakan kehadiran-Nya dan mencapai kesadaran akan kebenaran dan kebaikan yang lebih tinggi. 

Dalam kesimpulannya, pemikiran Martin Buber tentang cinta mengajarkan kita untuk membangun hubungan yang autentik dan bermakna dengan orang lain, yang didasarkan pada kesadaran dan kebebasan individu, perhatian terhadap kehadiran yang lain, tanggung jawab moral dan sosial, serta kehadiran Tuhan sebagai sumber kebenaran dan kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun