Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mendisiplinkan Diri dalam Menulis

9 Maret 2021   19:15 Diperbarui: 11 Maret 2021   13:15 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tidak terasa malam ini merupakan pertemuan kedua puluh dari WAG belajar menulis PGRI angkatan 17. Masih seputar motivasi menulis, yang menjadi Narasumber adalah seorang kepala sekolah yang luar biasa menginspirasi para peserta dengan target yang telah dicapainya selama lima bulan. Beliau mampu menerbitkan empat buku solo dan empat buku antologi. 

Dua buku solo beliau gunakan untuk persyaratan kenaikan pangkat. Bu Tini Sumartini yang lebih dikenal dengan Ambu ini memiliki prinsip never too old to learn.

 Beliau selalu memotivasi diri untuk selalu disiplin menulis walau saat tidak ada mood sekali pun. Hal ini disebabkan karena ibu yang pernah mengajar Bahasa Inggris ini menetapkan target untuk diri sendiri yang harus beliau wujudkan. Kesibukannya sebagai kepala sekolah tidak menyurutkan beliau untuk untuk rutin menulis.

Dalam kesempatan ini beliau berbagi tips dengan para peserta WAG bagaimana agar kita bisa disiplin dalam menulis walau saat tidak ada mood.
1. Bergabung di WAG blogger
Dengan bergabung di WAG biasanya ada tantangan menulis yang harus diselesaikan oleh semua peserta dan hal ini akan bisa membantu kita untuk tetap menulis setiap hari. Disamping itu di dalam WAG kita akan mendapatkan pengalaman unik dan hal-hal baru dari para narasumber yang bisa kita tiru sesuai dengan kondisi masing-masing.

2. Luangkan waktu menulis
Menulis tidak hanya bisa dilakukan saat waktu luang, namun yang paling penting ciptakan waktu luang. Bisa sebelum tidur, menjelang subuh atau pagi hari. Ambu Tini biasanya meluangkan waktu menulis satu jam sebelum tidur, satu jam setelah salat subuh. Kalau beliau tidak sempat di kedua waktu tersebut. Beliau tetap meluangkan waktu menulis setiap hari. Bagi Bu Tini menulis bisa digunakan untuk melepaskan kesuntukan, membuat rasa mumet jadi plong.

3. Tetapkan target
Bagi ibu dari empat orang putri ini, target merupakan jurus jitu untuk menghilangkan rasa malas dalam menulis.  Dalam kenyataannya tantangan yang datang dari luar justru bisa menjadi pemicu diri untuk bisa konsisten dalam menulis.

4. Banyak membaca
Setiap wanita yang pernah menjadi IN K-13 ini mengalami writer block atau kebuntuan ide menulis, maka beliau atasi dengan membaca buku atau membaca blog teman yang ada di gruf menulis yabg beliau ikuti. Bagi beliau banyak manfaat yang diperoleh saat membaca diantaranya menambah wawasan, referensi, kosa kata dan bisa memunculkan ide dalam menulis.

5. Seringlah bersilaturrahmi dengan blog orang lain atau blog walking. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi yang ditulis oleh teman. Bisa juga dijadikan ajang silaturrahmi antar sesama blogger serta saling memberi motivasi dan semangat. Seperti yang selalu dilakukan oleh Om Jay, walaupun beliau sudah menjadi blogger ternama namun beliau selalu menyempatkan membaca postingan di blog penulis pemula dan beliau selalu memberikan motivasi yang luar biasa agar tetap menulis dan berbagi.

Inilah karya Ambu Tini dalam lima bulan yaitu buku solo dengan judul
1. Buku pertama merupakan hasil resume saat beliau mengikuti WAG angkatan 16, beliau rangkum menjadi satu buku dengan judul "Catatan Ambu guru ngeblog"
2. Buku kedua merupakan buku konversi PTK yang dirubahenjadi buku dengan judul "Cara sukses belajar Bahasa Inggris dengan pendekatan CTL"
3. Buku ketiga merupakan konversi tesis beliau saat S2 yang beliau beri judul "Melejitkan kompetensi menulis teks Recount"
4. Buku keempat beliau berisi tentang perjalanan Bu Tini sebagai seorang guru dan kepala sekolah di daerah terpencil. Suka duka yabg beliau rasakan di rangkum dalam buku yang berjudul "Haru Biru Perjalananku"

Walaupun diusia yang sudah lima puluh tahun tidak menyurutkan semangat beliau untuk berkarya dan ini bisa menjadi teladan bagi generasi muda yang belum bisa menghasilkan karya sampai hari ini, agar mampu menghasilkan karya spektakuler.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun