Saya tertarik dengan buku karya Ahmad Sarwar L.C, M.A yang berjudul "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Buku yang menceritakan tentang perjalanan menulis yang dia lakukan mulai dari masih menggunakan mesin tik sampai menggunakan alat canggih seperti hp sekarang ini. Sehingga sekarang dia sudah bisa menulis puluhan buku.
Satu hal yang menjadi titik tekannya adalah sangat disayangkan jika seseorang yang menuntut ilmu jauh ke negeri orang, membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak sedikit. Dengan alasan pulang ke negara asal, tempat mengamalkan ilmunya yang tidak tersedia sehingga ilmunya tadi karena tidak diamalkan maka tentu saja penyakit lupa yang akan datang.
Padahal membagi ilmu itu tidak selalu identik dengan perkantoran, pengajian, sekolah tapi ilmu yang diperoleh tersebut bisa dibagi kepada orang lain dengan menuliskannya di media sosial. Karena zaman sekarang hampir semua orang menghabiskan waktunya di media sosial.
Saat menulis di media sosial, jangan sibuk mencari komentar orang lain. Tapi bagi penulis pemula seperti saya, yang perlu  dilakukan adalah menulis....menulis.....dan menulis.
Pisau tumpul saja kalau di asah bisa tajam, apalagi otak dan pikiran kita jika terus diasah dengan cara dilatih maka hasilnya juga luar biasa.
Jangan malu jika isi tulisan kita tidak di baca orang, tapi malulah jika kita belum mulai mencoba......
Jangan bandingkan tulisan kita dengan tulisan orang yang memiliki jam terbang banyak karena kita baru mulai belajar.
Jangan mundur bila tulisan kita di kritik karena itu awal kita menghasilkan tulisan yang berkualitas.
Kadang ada orang yang bilang saya bingung mulai menulis dari mana?
Kalau boleh saya kasi saran. Mulailah menulis dari bagian yang paling mudah. Tidak perlu berpikir itu apakah termasuk pembukaan, isi, penjelasan ataukah penutup yang terpenting mulai menulis.
Banyak juga yang bertanya, apa yang harus saya tulis?
Paling gampang tulis kegiatan yang sedang kamu lakukan atau kamu senangi. Tulislah menggunakan bahasamu sendiri, jangan takut ditertawakan. Kalau ada orang tertawa membaca tulisanmu. Itu menandakan orang senang membacanya, karena tertawa itu identik dengan kegembiraan
Tidak jarang saya temukan orang mengeluh dengan mengatakan "bahwa menulis itu sulit". Yang perlu kita lakukan adalah  merubah cara pandang kita sendiri.
Menulis itu hampir sama dengan berbicara. Bukankah setiap hari kita berbicara. Merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat dan bahkan sepanjang hari kita habiskan untuk berbicara dan kita tidak mengalami kesulitan.
Menulis pun sebenarnya seperti itu. Merangkai kata demi kata yang akhirnya menjadi kalimat. Bedanya kalau berbicara, rangkaian kata-kata tersebut kita ucapkan sementara kalau menulis rangkaian kata-kata itu kita tuangkan ke dalam tulisan.
Tidak ada hal yang sia-sia jika kita mau mencoba.
Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras.
Tidak ada tertawa tanpa dibarengi dengan air mata.
Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.
Dibalik kelemahan tuhan menitipkan kekuatan.
Dibalik kegagalan telah menunggu kesuksesan karena seyogyanya kegagalan adalah kesuksesan yang tertuda.
Ayo mulai menulis satu lembar, dua lembar, tiga lembar, empat lembar yang akhirnya akan menjadi banyak lembar alias berlembar-lembar.
Selamat mencoba.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H