Mohon tunggu...
Marwan
Marwan Mohon Tunggu... Penulis - Analis sosial dan politik

Pembelajar abadi yang pernah belajar di FISIP.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Serangan Houti, Minyak, dan Amerika

17 September 2019   16:02 Diperbarui: 17 September 2019   16:24 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"If you would understand world geopolitics today, follow the oil." ~Deep Stoat

Jika anda ingin memahami geopolitik dunia hari ini, ikuti (aliran) minyak.

Ketengangan kembali terjadi di timur tengah. Hal itu dipicu oleh ledakan tangki penyulingan minyak milik perusahaan minyak Arab Saudi Aramco akibat serangan drone yang dilakukan oleh kelompok Houti di Yaman. Kelompok yang didukung oleh Iran ini mengklaim serangan itu beberapa saat setelah terjadi ledakan. Meksipun oleh Amerika serikat menganggap serangan itu dilakukan oleh Iran.

Apa targetnya?

Serangan ini dilaukan di tengah harga minyak dalam keadaan menurun. Sehingga tidak salah jika tujuan akhir dari serangan itu adalah untuk mempengaruhi harga minyak. Pada saat yang sama beberapa negara anggota organisasi produsen minyak dunia (OPEC) berencana melakukan pertemuan untuk membahas atau pengendalian harga minyak dunia.

Rendahnya harga minyak dunia tentunya cukup menyulitkan negara-negara produsen minyak dunia yang tergabung dalam OPEC. Beberapa anggota organisasi ini ialah musuh Amerika Serikat dan Sekutu dekatnya Arab Saudi, misalnya dan terutama adalah Iran. 

Negara ini merupakan aktor penting dalam percaturan politik Timur Tengah yang juga merupakan rival Arab Saudi dalam perebutan pengaruh di kawasan ini. Dan salah satu instrument yang mereka gunakan dalam menentukan dinamika kawasan bahkan global adalah minyak.

Tak ayal, harga minyak dunia melonjak setelah serangan tersebut. Setidaknya Iran yang tengah dalam kepungan sanksi ekonomi Amerika setelah mundurnya Amerika secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) tahun 2015 sangat membutuhkan harga minyak yang tinggi untuk mentalangi krisis ekonomi dalam negerinya.

Peringatan Iran dan Houti

Selain memberi dampak minyak, serangan terhadap fasilitas kilang minyak tersebut juga menimbulkan dampak geopolitik lain. Klaim yang dilakukan oleh Kelompok Houti sebagai pelaku penyerangan mengirim pesan kepada Amerika dan Arab Saudi bahwa kelompok ini punya kemampuan yang harus diperhitungkan. 

Apalagi selama ini kelompok ini sedang berperang melawan koalisi militer beberapa negara yang dipimpin oleh Arab Saudi dan didukung oleh Amerika Serikat namun tidak mampu mengalahkannya.

Keberhasilan kelompok houti ini menunjukan bahwa mereka punya aktor yang penting di Timur Tengah. kelompok yang berbasisi di Ibu Kota Yaman Sana'a dan menguasai beberapa wilayah di Yaman ini beraliansi kuat dengan Iran. Bahkan dianggap sebagai proxy Iran yang cukup merepotkan rival Iran dan membantu Iran dalam melebarkan pengaruhnya di Kawasan Timur Tengah. 

Kelompok ini sewaktu-waktu akan terlibat dalam meramaikan perang di Timur Tengah jika Iran ikut terlibat. Proyeksi kekuatan kelompok ini dikonfirmasi oleh mentri Luar negeri Iran dalam tulisannya di media sosial twitter tentang ilusi Amerika dengan yang menganggap keunggulan kekuatan militernya akan menghasilkan kemenangan militer.

Cuitan Mentri Luar Negeri Iran Javad Zarif | twitter.com/JZarif
Cuitan Mentri Luar Negeri Iran Javad Zarif | twitter.com/JZarif
Amerika Pemasok Minyak Terbesar di Dunia

Pasca serang terhadap kilang minyak milik Arab Saudi tersebut, pasokan minyak global diprediksi akan terganggu. Pihak Arab Saudi seperti yang dilaporkan oleh media-meda internasional menyatakan bahwa pasokan minyak global akan mengalami gangguan sebanyak 5 barel perhari. Pada saat yang sama Amerika mengatakan siap menjadi alternatif pemasok minyak di tengah gangguan kilang minyak Arab Saudi.

Seperti yang dilaporkan oleh harian kompas (16/9), Amerika kini menjadi pemasok minyak terbesar dunia. Negara ini memiliki SPR, fasilitas penyimpana minyak terbesar di bumi dengan kapasitas 645 juta barel minyak. Belum lagi cadangan minyak serpih miliknya. 

Fasilitas SPR sebenarnya didirikan akibat embargo minyak dari kawasan Timur Tengah di tahun 1970-an dimana ekonomi Amerika cukup berdampak karena sangat tergantung pada minyak.

Bagaimanapun kedekatan Amerika dengan Arab Saudi hingga saat ini salah satunya disebabkan karena keberadaan minyak negeri tempat dua kota suci umat islam ini berada . Namun, kondisi perlahan berubah dengan kepemilikan minyak melimpah Amerika. Dengan minyak ini pula, Amerika akan semakin mudah memperluas pengaruh dan mengendalikan sekutu serta rival-rivalnya di panggung perpolitikan global.

Dalam cuitannya, President Amerika Donald Trump menuliskan:

"Plenty of Oil", Banyak minyak.

Cuitan Donald Trump | twitter.com/realDonaldTrump
Cuitan Donald Trump | twitter.com/realDonaldTrump
Presiden yang selalu bermain media sosial ini menjadikan twitternya sebagai alat untuk menyatakan sikap politiknya terhadap suatu isu. Melalui cuitan tiwitter tersebut dapat terbaca bahwa Amerika semakin percaya diri dengan minyak yang dimilikinya. Nantinya, akan menjadi instrument politik yang penting dalam meraih kepentingan-kepentingannya.

Tidak salah perkataan pakar geopolitik Deep Stoat: "If you would understand world geopolitics today, follow the oil."
 Jika anda ingin memahami geopolitik dunia hari in, ikuti (aliran) minyak.

~Makassar, 17 Sepetember 2019

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun