Nama anda rusak olehnya. Oleh orang yang anda anggap akan bersama anda dalam perjuangan. Inilah apa yang kita kenal dengan isitilah "Penghianat/Musuh dalam selimut". Penghianat itu bukan hal yang baru. Dia ada dalam banyak cerita sejarah perjuangan.
Keuntungan PrabowoÂ
Tapi akhirnya, anda pun minta maaf kepada khalayak umum karena menyebarkan kabar yang menurut anda benar tapi belakangan anda baru sadar kalau itu palsu. Anda ikhlas untuk ikut menanggung kesalahan yang berawal dari penghianatan, meskipun mungkin di dalam dada terasa sesak atas penghianatan.Â
Namun, dengan sikap anda tersebut, sesungguhnya anda sedang menunjukan sikap kesatria, karena mengakui kesalah itu adalah hanya milik yang berjiwa besar. Tak banyak yang bisa melakukan ini. Tak banyak pejabat dan tokoh yang bisa melakukan ini.
Kasus Ratna ini juga justru menurunkan kredibilitas lembaga kepolisian kita. Kenapa? Masyarakat akan semakin curiga bahkan mendapat bukti dengan ketidaknetralan polisi sebagai alat negara dalam menciptakan keadilan.
Coba lihat kebelakang, banyak kasus yang menimpa pihak yang selama ini bersebrangan dengan pemerintah justru tidak menemukan titik terang. Kasus novel , buzzer jahat yang menyerang oposisi baik dari kalangan sipil maupun parlement atau pihak yang menfitnah sandi misalnya, adalah contoh yang harusnya menjadi beban kepolisian kita.Â
Sedangkan kasus Ratna yang kemunculannya menyudutkan pemerintah dengan cepat hasilnya terungkap. Belum lagi kasus-kasus yang menyinggung pemerintah lainnya, maka dengan gampang terselesaikan.
Terungkapnya perbuatan Ratna juga menguntungkan pihak prabowo. Orang yang merusak perjuangan akan lebih bagus kalau terdeteksi sejak awal sebelum membuat kerusakan yang lebih besar.Â
Belajar dari kasus ini juga, tim prabowo semakin meningkatkan kewaspadaan dan menyolidkan barisannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kasus Ratna dan sejenisnya. Hal itu dapat terlihat dengan keputusan ketua tim pemenangan Prabowo-Sandi untuk melakukan "screening" terhadap anggota tim sukses.
Kasus ini menunjukan siapa yang selama ini tokoh-tokoh yang dianggap bijak tapi sebenarnya tidak bijaksana. Kasus Ratna muncul dengan cepat mereka menyerang Prabowo namun ketika pejabat lain melakukan kebohongan, mereka diam.Â
Nalar kritis mereka lumpuh. Tidak usah saya menyebut kasus-kasus itu. Google sangat pandai akan hal ini. Silahkan bertanya padanya. Jangan heran, tokoh intelektual maupun agama atau tokoh-tokoh yang sejenis kini mengalamai degradasi kepercayaan. Mereka dikenal bijaksana dalam mengomentari sesatu tapi sayangnya hanya bijaksana dalam perspektif kepentingan pribadi atau kelompoknya.