Resensi
Novel dengan judul 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA, PERJALANAN MENAPAK JEJAK ISLAM DI EROPA ini ditulis oleh dua orang muslim Indonesia. Mereka adalah Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Perjalanan sepasang suami istri ini kemudian diabadikan dalam cerita nonfiksi (novel islami). Perjalananya kedua dimulai dari kota Wina, ibu kota dari Negara Austria sampai akhirnya kembali pada sebuah tempat yang disebutnya sebagai titik nol kehidupan. Atau titik (tempat) dimana Al-Quran diturunkan dan Islam dihadirkan yaitu di Makkah.
Di Austria sebagai tempat ekspansi terakhir kerajaan islam di Eropa, terdapat beberapa museum yang isinya terdapat hal-hal yang menggambarkan tentang adanya jejak islam. Lukisan Kara Mustafa Pasha misalanya, lukisan ini adalah seorang panglima perang Turki (dinasti Utsmania/Ottoman) yang ingin menaklukan kota Austria dalam misi penyebaran islamnya. Selain itu terdapat pula juba seorang raja Eropa yang dibordir dengan kalmiat Tauhid. Muncul keanehan, kenapa sang raja Eropa (Kristen) memakai juba kebesaran dengan bordiran kalimat tauhid? Apakah sang raja sesungguhnya seorang muslim? Di novel ini akan di bahas secara jelas. Tapi yang pasti, inilah bukti kemajuan peradaban islam.
Perjalanan selanjutnya adalah ke kota Paris. Seorang imam masjid di Austria memberikan mereka sebuah kartu nama. Dalam kartu nama tersebut tercantum nama Marion seorang peneliti sejarah islam disebuah lembaga penelitian. Dia juga pernah menjadi mahasiswa disebuah universitas ternama di dunia, Sorbone Univesity. Alhamdulillah pengembaraan ilmunya menyebabkan ia memeluk islam.
Mereka menuju sebuah museum yang sangat monumental. Museum yang setiap tahunnya lebih sepuluh juta manusia datang mengunjunginya. Di dalam terdapat tempat khusus peninggalan-peninggalan sejarah islam. Dengan bantuan Marion yang telah piawai menguasai tempat itu, dia memperlihatkan berbagai ornamen-ornamen yang bertuliskan kaligrafi islam yang memiliki pesan-pesan dakwa. Misalnya sebuah piring yang di bagian bawah tertulis kaligrafi yang melingkat ‘Al-ilmu murrun syadidun fil bidayah, wa ahla minal asali fin-nihayah’.  Namun muncul keanehan di piring ini, di tengah kaligrafi, terdapat lambang keseimbangan yin dan yang. Selain berbagai macam ornament, kramik dan peninggalan lainnya terdapat lukisan yang menggelitik untuk dipikirkan. Yah, itu adalah lukisan Bunda Maria yang sedang menggendong Jesus Putranya. Dalam lukisan bunda Maria, beliau memakai kerudung. Anehnya, kerudung yang dipakainya banyak tulisan-tulisan kaligrafi (kufic) yang ternyata bertuliskan kalimat ‘laa ilaa ha Illallah’. Apa maksudnya? Novel ini akan menjawabnya.
Perjalanan selanjutnya ke Negara bekas pusat islam di eropa. Negara ini adalah terdapat klub sepakbola raksasa dunia, Barcelona berada yaitu Spanyol (Andalusia). Di spanyol (dulu namanya Andalusia)dengan Ibu kota Cordoba terdapat masjid besar (kini namanya mezquita) yang membuktikan bahwa islam pernah Berjaya di sini. Sayangnnya, masjid ini telah berubah menjadi sebuah gereja setelah ditaklukan raja Ferdinand dan Isabella. Dan yang paling menyakitkan adalah penduduk muslim dan yahudi dipaksa untuk dibaptis memeluk Kristen.
Tidak jauh dari Cordoba terdapat kota Grana. Kota ini terdapat istana Al-Hambara, dimana istana terakhir ditaklukan sebelum kerajaan islam di Andalusia runtuh. Disinilah Sultan Boabdil menyerah akibat serangan Ferdinand dan Isabella dengan perjanjian agar umat muslim dihormati dalam menjalankan ibadahnya. Namun Ferdinand dan Isabella tidaklah menepati janjinya, karena umat islam harus dipaksa untuk memeluk Kristen.
Selanjutnya adalah ke Turki. Sebelumnya turki tepatnya di Istambul adalah pusat kristen byzantium Romawi Timur (konstatinopel). Karena kemenangan kaum muslim yang dipimpin oleh Muhammad Al-Fatih maka ditaklukanlah dan dijadikan sebagai pusat dinasti Utsmania atau Ottoman. Sebenarnya di Turki terdapat tiga bangunan bersejarah yaitu Hagia Sophia, Blue Mosque (Masjid Biru) dan Topkapi Museum.
Hagia Sophia adalah sebuah Museum. Ketika Byzantium Romawi berkuasa museum ini adalah sebuah gereja megah. Setelah dinasti utamania berkuasa gereja ini kemudian dirubah menjadi Masjid besar. Namun berbeda dengan Mezquita di spanyol yang berusaha membuka ikon-ikon masjid peninggalan kerajaan islam waktu itu, sedangkan Hagia Sophia ikon Kristen tetap dibiarkan (bergantungan) di dalam masjid oleh dinasti Utsmania. Setelah dinasti Ustmania runtuh maka Masjid ini berubah menjadi Museum sampai sekarang.
Blue Mosque adalah peninggalan dinasti Utsmania. Masjid ini lebih besar dari Hagia Sophia. Sultan Ahmed sengaja membangunnya sebagai bukti peradaban islam tidak kalah di banding Hagia Sophia yang dibangun oleh Byzantium Romawi. Kemudian bangunan penting lainnya di Turki adalah musem Topkapi. Musem ini adalah istana raja (sultan) islam dulu. Bentuknya sangat sederhana berbeda istana-istana raja di eropa. Museum Topkapi memberikan pelajaran bahwa para sultan islam dulu sangat suka dengan kesederhanaan.
Dan terakhir adalah Makkah. Ketika penulis melaksanakan rukun Islam ke lima yaitu menunaikan Ibadah haji. Disinilah puncak keharuan terjadi. Disnilah tempat Rasulullah Muhammad SAW menerima Al-Quran kitab umat manusia. Disinilah kiblat dan tempat berkumpulnya umat muslim dunia dari berbagai ras, suku serta golongan untuk lebih mendekatkan diri kepad Sang Khalik.
nb: jika tulisan ini bertendensi sektarian, tolong maafkan. Karna saya hanya meresensi
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra : Putri dan menantu bapak Amin Rais (mantan ketua MPR-RI)
Fatma Pasha : Keturunan (cucu) Kara Mustafa Pasha (panglima perang dinasti utsmania/Ottoman)
Marion: Mualaf paris (peneliti sejarah islam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H