Sekarang, di tingkat elit tengah diperbincang kurikulum pendidikan untuk diterapkan di negeri kita, Indonesia. Terkesan setiap ganti pemerintah (mentri), kurikulum pendidikan juga ikut diganti. Inilah yang terjadi sekrang. Terjadi bongkar pasang kurikulum pendidikan. Pemerintah sekarang tiba-tiba secara mengejutkan mengganti kurikulum pendidikan yang digunakan oleh pemerintah sebelumnya. Konsekuensinya terjadi kebingungan dan ke’kacauan’ di tingkat pelaksanaan.
Terlepas ideal atau kurang idealnya kurikulum pendidikan yang diberlakukan dan tengah diperbincangkan saat ini, saya masih yakin dengan metode kedua orang yang dibicarakan di atas (gayatri dan kawan yg kutemui). Bahwa setiap pribadi manusia punya ruang sendiri untuk bermanuver belajar untuk memahami sesuatu tanpa harus tergantung pada sistem/kurikulum pendidikan. Lagi pula kurikulum pendidikan tidak menjamin semua siswa akan merasa cocok dengannya.
Sejatinya, kurikulum pendidikan apapun, sebaiknya memberikan ruang kreatif bagi siswa untuk mencipatkan metodenya belajarnya sendiri. Karena setiap individu punya metode, pola, teori, strategi, kurikulum atau sistem belajar (pendidikan) sendiri yang kadang hanya di ketahui oleh pribadinya sendiri. Yang demikian saya menyebutnya “kurikulum individu”. Mari belajar pada gayatri dan kawan saya di atas.
~Kesunyianlah yang membuatku menulis saat ini. Makassar, pukul 11:37, 13 Desember 2014