Mohon tunggu...
Dyah Astiti
Dyah Astiti Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Menyampaikan opini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyiarkan Perundungan di Media Sosial, Bukti Hilangnya Moral Generasi

15 Mei 2024   20:16 Diperbarui: 15 Mei 2024   20:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi adalah penerus berjalannya sebuah Bangsa. Nasib bangsa ke depan bisa kita lihat dari kualitas generasinya. Mirisnya, kejahatan yang melibatkan generasi muda atau remaja masih sering terjadi. Diantaranya adalah perundungan.

Kasus yang terkuak beragam. Mulai dari kekerasan verbal seperti hinaan dan makian. Kekerasan fisik ringan sampai kekerasan fisik berat sampai menimbulkan luka, bahkan kematian. Aktivitas tidak terpuji ini terus mengalami penambahan jumlah dari waktu ke waktu.

Salah satu contohnya adalah aksi perundungan remaja di Kota Bandung viral di media sosial Instagram. Pelaku melakukan perundungan dengan cara memukul hingga korban menjerit, dan menyiarkannya secara langsung di akun Tiktok. Berdasarkan Informasi yang dihimpun, peristiwa itu berlangsung di daerah wilayah Mekarwangi, Kota Bandung (jabar.idntimes.com)

Sungguh miris, pelaku adalah seorang remaja namun sudah mampu melakukan tindakan yang begitu kejam bahkan diviralkan. Bukankah ini menunjukkan bahwa generasi kita tidak segan memamerkan kejahatan dengan bangga atas nama eksistensi. Selain itu ini menandakan bahwa kondisi generasi kita memang sedang tidak baik-baik saja. Berbagai tindakan kejahatan seringkali melibatkan generasi yang harusnya jadi harapan Bangsa. Sistem kapitalisme yang berlandaskan pemisahan agama dan kehidupan tidak mampu mencegah kondisi ini.

Kehidupan kapitalisme yang serba materi dan bebas menjadikan generasi tidak segan merundung, bahkan melakukan tindak kejahatan lain demi memuaskan kepentingan semata. Penyebabnyapun semakin beragam, mulai dari keinginan eksis hingga masalah asmara. Tidak jarang juga dipicu masalah sepele.

Semua ini terjadi karena kondisi remaja yang karakternya suka membebek, diarahkan untuk meneladani karakter-karakter yang tidak seharusnya diteladani. Hal tersebut dicontohkan melalui tayangan di berbagai media dan gambaran langsung di kehidupan. Mereka kehilangan sosok teladan yang ideal. Di tambah Islam yang di jauhkan dari cara pandang dan aturan dalam kehidupan, hanya diambil sisi spiritualitasnya saja. Membuat para generasi tidak segan bertindak tanpa batasan demi kepuasan dan kebahagiaan. Semua itu dibentuk dan diaruskan sistem kapitalisme. Potret rusaknya generasi yang kian hari kian mengkhawatirkan merupakan bukti lemahnya negara dalam mewujudkan sistem yang dapat melindungi rakyatnya, termasuk generasi mudanya.

Tak hanya itu, budaya-budaya Barat juga sangat gencar merasuk dalam gaya hidup generasi muda. Maka yang muncul adalah generasi muda yang emosian, serba bebas, apatis, apolitis, pragmatis dan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan).

Maka sudah saatnya para generasi menyadari perannya. Semua elemen harus berusaha mengembalikan idealismenya sebagai agen perubah. Namun, hal ini seolah jadi sesuatu yang mustahil selama sistem kapitalisme liberal masih mencengkeram.

Maka, kita butuh sistem Islam, yang mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cemerlang. Generasi cemerlang itu hanya akan terlahir dari sistem yang cemerlang pula. Karena Islam adalah sistem yang diturunkan oleh Allah telah begitu sempurna mengatur kehidupan. Mulai dari sistem pergaulan, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem hukum, sampai sistem politik dan pemerintahan, semuanya ada di dalam Islam.

Islam benar-benar menjaga akal, akidah dan kehormatan hingga tidak boleh sedikitpun sesuatu yang berpotensi menimbulkan kejahatan mendekat dalam tubuh umat sebab khalifah akan cepat-cepat membasminya dengan kekuatan syariat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun