Mohon tunggu...
Dyah Astiti
Dyah Astiti Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Menyampaikan opini

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Teror Lelaki Bercaping

17 Oktober 2023   15:00 Diperbarui: 17 Oktober 2023   15:05 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Uzone.id

"Cah ayu, kamu sudah besar sekarang dan akhirnya kembali ke sini," ucap seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dengan sapaan hangat.

Laki-laki itu adalah orang yang sudah ia anggap paman. Meski seorang anak angkat, keluarga Naura sangat berhutang budi pada paman Pambudi. Dialah yang menggantikan peran ayah Naura untuk mengurus eyang sampai meninggal dunia. Setelahnya, Naura diajak masuk dan ia memilih kamar di pojok. Itu adalah kamar orang tuanya dulu.

Ketika malam tiba, wanita berambut ikal ini kembali mengeluarkan laptopnya. Belum genap satu halaman dia menulis, tiba-tiba dia mendengar suara dari arah depan. Suaranya seperti hentakan kaki kursi goyang. Karena penasaran, ia mencoba melihat ke depan. Benar saja, ia melihat kursi di pojokan teras tengah bergoyang. Naura kembali berpikir positif, bahwa itu hanya tertiup angin. Ia bergegas kembali menutup tirai, namun belum sampai tertutup sempurna terlihat seorang laki-laki tinggi besar berdiri menatapnya di depan rumah. Laki-laki itu memaki sebuah caping yang menutupi separuh wajahnya. Hanya terlihat sebagian bibirnya yang samar tersungging. Tak lupa parang besar yang di bawa laki-laki itu membuatnya terlihat lebih menakutkan. Karena ketakutan, Naura segera kembali ke kamar. Tidak lama kemudian terdengar pintunya di gedor. Semakin lama, gedoran itu semakin keras. Setelahnya ia mendengar pintu depan terbuka dan suara jejak kaki semakin mendekat. Sampai giliran pintu kamarnya yang digedor, Naura benar-benar ketakutan. Namun ia kembali tenang setelah terdengar suara pamannya.

"Naura kamu kenapa cah ayu?" ucap Pambudi sambil terus menggedor pintu.

"Paman, tadi ada orang aneh di depan rumah," jawab Naura masih dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya.

"Kamu tenang ya, mungkin perampok. Kamu tidur saja, biar paman tidur di depan untuk jaga. Nanti paman panggil bulekmu untuk menemanimu," ucap lelaki itu menenangkan.

***

Bukan hanya sekali, laki-laki bercaping itu selalu datang setiap malam. Hanya berdiam dan menggedor, kemudian pergi ketika paman Pambudi datang. Kejadian yang terjadi setiap malam, bukan satu-satunya kejadian aneh yang menimpa Naura. Suatu pagi di hari ke tujuh, Naura menemukan secarik kertas dengan tulisan berwarna merah seperti darah. Dalam kertas itu hanya ada beberapa huruf yang di jajar 'ATRAHAT UBIDUB MAPKAPAB MUITAM'. Naurapun tidak mengerti maksutnya. Karena penasaran ia mencoba mengutak-atik huruf yang berjajar itu. Namun masih saja gagal. Hingga dua hari kemudian dia baru bisa menyusunnya. Betapa terkejutnya Naura, setelah melihat deretan huruf yang telah berubah menjadi susunan kata 'HARTA BUTA PAMBUDI BAPAKMU MATI'. Namun ia tidak mau terlalu memikirkan, lagi pula dia juga tidak mengerti maksutnya. Naura tidak mau terlalu banyak berprasangka.

Di hari ke sebelas, Naura melihat sebuah keanehan lagi. Ketika ia hendak berkeliling Desa mencari udara segar. Tidak ada seorangpun yang dia temui di jalan mau menjawab sapaannya. Mereka hanya diam, seolah menganggap Naura tidak pernah ada. Sampai di persimpangan ia melihat seorang lelaki tinggi besar tengah mengangkut kayu. Lelaki itu adalah orang yang beberapa malam berdiri di depan rumahnya. Sontak, Naura berteriak memanggil. Karena tidak mungkin jika lelaki itu perampok, ia masih menampakkan batang hidungnya di siang bolong dengan penampilan yang sama.

Namun bukannya berhenti, lelaki itu justru bergegas pergi dan meninggalkan kayu-kayunya. Naura sedikit berlari mengejarnya, sampai mereka tiba di pinggir hutan jati. Lelaki itu terus menerobos masuk, dan tanpa pikir panjang Naura masih saja mengikuti. Tiba-tiba laki-laki itu berhenti, berbalik dan justru menghampiri Naura. Tangan Naura sudah gemetar, ingin rasanya dia berlari dan berteriak. Namun tubuhnya kaku, diam di tempat. Kemudian, tangan Naura ditarik paksa sampai mereka menjumpai sebuah rumah kecil di tengah hutan. Setelah sampai di dalam, lelaki itu membuka capingnya. Samar-samar dia sedikit mengingat wajah laki-laki itu. Namun dia benar-benar lupa siapa lelaki berperawakan tinggi besar itu. Karena bekas sayatan yang mengering, menyamarkan wajahnya.

Laki-laki itu membuka mulutnya, "tenanglah, jangan takut, aku bukan orang jahat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun