Mohon tunggu...
Dyah Astiti
Dyah Astiti Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Menyampaikan opini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksploitasi Anak Mengancam, Waspada!

9 Oktober 2023   13:35 Diperbarui: 9 Oktober 2023   14:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor ekonomi lagi-lagi membuat frustasi. Imbas ekonomi yang carut marut tidak hanya dialami para orang tua. Kini imbas ekonomi juga menyasar anak -anak. Dengan alasan ekonomi, anak diperjualbelikan, diajak mengemis, prostitusi bahkan dijadikan sarana untuk penggalangan dana.

Berita viral, seorang pengelola panti asuhan di Medan, memanfaatkan bayi dan anak-anak yang masih bersekolah di SD dan SMP sebanyak 41 anak dieksploitasi dengan mengemis melalui media sosial TikTok. Pengelola membuat konten anak-anak panti untuk mendapatkan tap dan gift (donasi) dari netizen. Donasi yang diperolehpun tak tanggung - tanggung, hingga mencapai Rp50 juta per bulan, baik dari dalam maupun luar negeri. (Detik, 23-9-2023). 

Hasil dari donasipun tidak digunakan untuk kesejahteraan anak-anak, namun untuk dibelikan sebidang tanah guna memperkaya diri pihak pengelola. Belakangan diketahui bahwa panti asuhan tersebut tidak punya izin dari Dinsos. Sungguh miris.

Ditambah lagi eksploitasi anak semakin mengerikan. Melalui patroli siber yang dilakukan oleh kepolisian, (Republika, 24-9- 2023), Polda Metro Jaya menangkap seorang mucikari pada kasus prostitusi anak atau tindak pidana perdagangan orang (TPPO) melalui media sosial. Korbannya adalah dua anak berumur 14 dan 15 tahun. Kedua korban mengaku melakukan hal tersebut karena faktor ekonomi. Pelaku menawarkan tarif Rp1,5 juta---Rp8 juta per anak per jam melalui aplikasi online. Pelaku mendapat bagian sebesar 50% yang dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Selamatkan Anak

Contoh kasus eksploitasi diatas menunjukkan bahwa anak saat ini perlu untuk diselamatkan. Mereka dimanfaatkan orang-orang tak bertanggungjawab demi mengalirnya rupiah di kantong mereka. Kemajuan teknologi digital menjadikan eksploitasi anak semakin variatif. Tidak hanya lewat whatsapp, namun bisa melalui Facebook, twiiter, instagram bahkan melalui tiktok.

Orang tua yang notabene bertugas melindungi anak-anak, seolah olah peran tersebut tidak bisa berjalan dengan baik. Orangtua sibuk dengan kebutuhan mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Masyarakatpun seolah tutup mata dengan keadaan anak-anak.

Melihat keadaan anak yang saat ini membutuhkan perhatian dan kasih sayang, menjadikan pelaku mengambil kesempatan untuk menargetkan anak-anak untuk melakukan eksploitasi.

Penerapan Sistem Kehidupan

Negara kita terkenal dengan semboyan gemah ripah loh jinawi yang berarti negara yang subur, yang tidak mungkin masyarakatnya mengalami kekurangan dalam hal ekonomi. Namun sayang, akibat penerapan sistem kehidupan yang salah, rakyat menjadi sulit baik secara ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan maupun kehidupan perpolitikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun