Mohon tunggu...
Dyah Astiti
Dyah Astiti Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Menyampaikan opini

Selanjutnya

Tutup

Horor

Teror Jin Penghuni Bambu Kuning

15 Agustus 2023   12:06 Diperbarui: 15 Agustus 2023   12:23 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : Kliktimes.com

Aku Angger, seorang wanita yang umurnya hampir menginjak kepala empat. Hidup sebagai seorang keturunan Jawa telah membuatku terbiasa dengan berbagai tradisi dan budaya kejawen. Apalagi aku besar di salah satu daerah di Jawa Tengah, yang sangat kental dengan berbagai tradisi dan kepercayaan. Jawa memang tak pernah bisa dipisahkan dengan hal-hal berbau mistis. Banyak beredar berbagai cerita horor dan misteri, bahkan berbagai tradisi, kepercayaan dan ritual yang dianggap sangat identik dengan dunia tak kasat mata.

Meskipun sekarang aku sudah tidak lagi tinggal di kota kelahiranku. Namun, kepercayaan, budaya bahkan tradisi itu terus ku bawa sampai hari ini. Salah satunya adalah kepercayaanku tentang bambu kuning. Dulu sebelum kepindahanku, ibu yang sering kupanggil mak, terus mewanti-wanti agar aku menanam bambu kuning di pojok rumah. Katanya untuk memberikan keselamatan dan menghindarkan keluargaku dari mara bahaya, akupun sangat mempercayainya. Namun,  suatu kejadian menghilangkan kepercayaanku itu. Sebuah teror dan cerita yang ku anggap menakutkan menimpa keluargaku. Awalnya aku tidak mengira sama sekali bahwa rumpun bambu kuning itulah penyebab teror yang terjadi.

Malam itu aku dan suami kebetulan sedang duduk santai di luar rumah sambil berbincang. Kebetulan teras rumahku berhadapan langsung dengan rumpun bambu kuning yang tidak terlalu rimbun di pojokan. Ketika kami tengah terlarut dalam setiap obrolan dan kenikmatan secangkir kopi. Tiba-tiba tercium bau yang sangat busuk. Bahkan aku tidak bisa menggambarkan seperti apa baunya, saking busuk-nya.

"Mas, bau apa ini ya ?'' tanyaku pada suami dengan terus menutup rapat hidungku.

"Ia baunya busuk sekali, apa jangan-jangan bau bangkai tikus?" suamiku terus menggumam sambil mencari-cari sumber bau.

"Ndak mungkin lo mas, orang bau bangkai kok datangnya tiba-tiba. Lagian bau bangkai tikus itu tidak sebau ini, "aku berusaha menjelaskan dengan tetap mencari sumber bau.

Belum lama kami berkeliling mencari sumber bau, tiba-tiba lampu teras kami padam. Padahal kami lihat lampu-lampu tetangga masih menyala. Akhirnya kami putuskan untuk masuk karena kondisi yang gelap. Mungkin bohlam-nya rusak, pikirku.

Malam harinya ketika kami tidur, tiba-tiba terdengar suara menjerit dari kamar Rea, anakku yang berusia enam tahun. Aku hafal betul, itu suara jeritan Rea. Sontak, aku dan suami berlari menuju kamarnya. Namun kulihat dia masih tidur dengan tenangnya. Apa dia mengigau ? aku kembali berpikir positif. Meskipun sebenarnya ada rasa takut juga yang muncul dalam diriku. Apalagi besok mas Heru harus keluar kota karena suatu urusan.

Keesokan paginya setelah mas Heru berangkat ke luar kota. Aku mengantar Rea untuk berangkat ke TK-nya. Kebetulan kami berjalan kaki karena memang jarak TK yang tidak jauh dari rumah. Aku hanya mengantar sampai dia berhasil ku seberangkan jalan raya yang lumayan ramai. Ketika aku berjalan pulang, tiba-tiba ada tetangga yang bertanya padaku.

"Bu Angger, kenapa kok semalem di teras sambil siul-siul? Aku ngeri lo bu liatnya," ucapnya sambil mengelus bulu kuduk-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun