Sesampainya mereka di rumah sewa, Anto mulai mengunci semua pintu dan menutup setiap celah jendela. Mereka sedikit bisa bernapas lega karena rumah itu terletak di paling ujung, dekat perbatasan desa. Sehingga masih ada cukup waktu untuk menutup semua celah. Genta kembali mengulang pertanyaan Pram.
Anto yang merupakan penduduk asli desa mulai menjelaskan, "ta...tadi di atas bukit telah ditemukan empat mayat pekerja kilang. Mereka semua mati dengan tubuh yang tinggal tulang. Sedangkan tiga orang yang lain menghilang. Ladang-ladang di sekitar habis seperti di makan hewan-hewan pengerat. Dan...dan..."
Anto kembali melanjutkan setelah menghela napas, "tiba-tiba kami menyaksikan banyak muncul tikus-tikus kelaparan. Mereka sangat menakutkan, memakan setiap makhluk hidup yang ditemuinya."
"Bagaimana itu bisa terjadi? Apakah mungkin ada hewan pengerat semenakutkan itu?" Ungkap Genta heran.
"Cepat tutup semua lubang di rumah ini! Sebelum tikus-tikus kelaparan itu menyerang kita!" Sela Pram sembari bergegas mengambil benda apapun untuk menutup setiap celah yang tersisa.
Mereka semua bekerja sama menarik lemari, rak-rak buku bahkan mencopot pintu kamar mandi untuk menutup setiap lubang yang tersisa. Rumah sewa mereka gelap, menyisakan sebuah jendela kaca yang tidak terlalu besar. Berharap dari situlah sinar matahari bisa masuk dan mereka bisa melihat kondisi di luar. Setelah memastikan semua lubang dan celah tertutup, mereka tidur dengan bergantian. Baru saja Genta mendapat giliran memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah bukit. Akhirnya mereka semua terjaga sampai pagi dengan masih menyimpan rasa penasaran yang begitu besar.
***
Ketika secercah sinar matahari mulai masuk ke dalam rumah, Genta bergegas menuju depan jendela kaca. Satu-satunya akses untuk bisa melihat ke luar. Betapa terkejutnya Genta, ketika ia melihat banyak mayat bergelimpangan. Tumbuhan-tumbuhan hijau yang sebelumnya begitu subur hampir habis dimakan hewan pengerat itu. Matanya kembali membelalak ketika menyaksikan bukit hijau yang kemarin masih bisa dilihatnya telah berubah. Bukit itu hanya menyisakan warna coklat dari tanah. Namun yang dia herankan sebagian dari tanah itu berubah warna menjadi coklat cerah kekuningan, menyerupai tanah padas.
"Bagaimana mungkin tanah yang begitu subur telah berubah menjadi tanah padas yang kehilangan semua mineralnya?" Ucap Genta sedikit berteriak.
"Apa maksutmu?" Susul Pram melihat ke arah bukit.
"Lihatlah! Kita harus mencari tahu apa yang terjadi! Karena tidak mungkin hanya dalam waktu semalam tanah-tanah itu telah kehilangan mineralnya," ajak Genta menggebu-gebu.