Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah risiko. Dalam dunia bisnis maka ketidakpastian beserta risikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat diabadikan begitu saja, bahkan harus diperhatikan secara cermat apabila mengharapkan kesuksesan dalam berbisnis.
Risiko bisnis meliputi peristiwa yang timbul akibat perubahan, kompleksitas, atau gagal melihat kebutuhan untuk berubah. Contohnya, pengembangan produk baru yang gagal dan pangsa pasar yang tidak cukup besar. Risiko selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diduga/tidak diinginkan sehingga terdapat unsur ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu.Â
Dengan kata lain, risiko audit adalah risiko yang terjadi apabila auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Menilai Risiko Bisnis Klien
Dalam melaksanakan penilaian risiko bisnis maka auditor lebih banyak menggunakan prosedur analitis. Prosedur analitis dilakukan dengan cara memandingkan rasio keuangan dari perusahaan klien, dengan industri atau pesaing untuk mengindikasikan kinerja perusahaan. Prosedur analitis dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penjelasan yang masuk akal, menyangkut fluktuasi yang tidak diharapkan dari pengetahuan tentang klien dan industri sebelum mengajukan pertanyaan kepada manajemen perusahaan klien, serta mengevaluasi penjelasan manajemen secara cermat termasuk mempertimbangkan bagaimana setiap penjelasan itu mempengaruhi semua saldo akun yang meragukan.
Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko audit dapat diterima berkaitan dengan risiko penugasan. Risiko ini merupakan risiko bahwa auditor atau kantor akuntan public akan menderita kerugian setelah audit selesai walaupun audit sudah dilakukan secara benar dan berkualitas. Contohnya, jika klien mengumumkan pailit setelah audit maka kemungkinan diajukan gugatan hukum terhadap kantor akuntan public juga sangat besar.
Materialitas
Standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus mengenai materialitas sehingga auditor harus mempergunakan kehati-hatian profesionalnya. Materialitas bersifat relative bukan absolut. Auditor dalam menentukan besarnya materialitas pada perusahaan berorientasi laba biasanya mempergunakan laba bersih sebelum pajak, karena informasi ini sangat penting bagi pemakai atau pengguna laporan keuangan.
Dasar lain yang dipergunakan oleh auditor dalam menentukan besarnya materialitas adalah total asset dan total penjualan serta ada tidaknya kecurangan (faktor kualitatif). Pada saat auditor mengestimasi salah saji dan membandingkan dengan pertimbangan pendahuluan maka ada dua jenis salah saji yang dapat ditemukan dalam suatu akun yaitu salah saji yang diketahui dan salah saji yang mungkin terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H