Mohon tunggu...
Marvell Viona Gabrielle
Marvell Viona Gabrielle Mohon Tunggu... Lainnya - not graduated yet from atma jaya yogyakarta university, so still learning!

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Perjalanan Industri Perfilman Indonesia, Seperti Apa?

22 Desember 2020   00:57 Diperbarui: 22 Desember 2020   01:03 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi kreatif lebih banyak digerakkan oleh industri-industri kreatif yang lebih mengutamakan kekuatan atau kekayaan intelektual (Suryana,2013).

Industri kreatif adalah industri yang lebih mengedepankan kreativitas, keterampilan, talenta, dan pengetahuan sebagai elemen utamanya yang berpotensi  meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual (Suryana,2013).

Pelaku dari industri kreatif kebanyakan adalah usaha kecil dan menengah yang sangat banyak menyerap Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu industri kreatif dalam ekonomi kreatif ialah industri perfilman. 

Industri perfilman sendiri di Indonesia sudah sangat berkembang dan dunia film sendiri sudah banyak diminati masyarakat. Masyarakat Indonesia lebih cenderung memilih sebuah tayangan yang menampilkan gambar bergerak (video) beserta audio sehingga dunia perfilman membutuhkan pengembangan.

Film adalah gambar-hidup yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. 

Definisi Film Menurut UU No.8 Tahun 1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi, direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Dapat disimpulkan bahwa film adalah sebuah kisah tentang seorang tokoh tertentu dalam sebuah cerita yang dibuat secara terstruktur.

Marcel Danesi dalam buku Semiotik Media, menuliskan tiga jenis atau kategori utama film, yaitu film fitur, film dokumenter, dan film animasi. Film fitur adalah karya fiksi yang terstruktur dalam bentuk narasi. Kemudian, dokumenter adalah film non-fiksi yang memperlihatkan situasi kehidupan nyata dengan semua orang dan memperlihatkan perasaan serta pengalamannya dalam situasi tersebut sehingga dapat memotret langsung ke kamera tanpa persiapan atau pewawancara. Yang terakhir adalah Animasi. Animasi  adalah teknik yang menggunakan pembuatan film ilusi gerakan serangkaian gambar dari dua atau tiga dimensi.

Sejak awal abad ke-19, di tahun 1888, saat Thomas Alfa Edison menemukan mesin sinema pertama yang bernama kinematografi dan pada saat itu industri perfilman dunia terus berkembang. Pada awalnya, pembuatan film Prancis menjadi kekuatan pendorong kebangkitan film dunia yang ditandai dengan adanya film besar pertama Charles Pathe. Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, Industri film Hollywood mendominasi pasar film dunia.

Sementara itu, Indonesia mengenal film pada 5 Desember 1990 di Batavia atau sekarang disebut sebagai Jakarta. Pada masa itu film disebut "Gambar Idoep". Pemutaran film pertama kali di Tanah Abang dengan tema film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Raja dan Ratu Belanda di Den Haag. Dengan alasan harga tiketnya yang dinilai terlalu mahal, pertunjukan pertama menjadi tidak terlalu berhasil. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1901, harga tiket diturunkan 75% untuk merangsang minat penonton pada saat itu juga film mulai banyak peminat.

Industri film pun berkembang dari zaman ke zaman. Perubahan tersebut tidak secara langsung, cepat, dan, instant, namun ada proses atau tahapan dalam industri film. Memang awalnya, saat Indonesia mengawali industri film Indonesia masih menayangkan film bisu saat negara lain sudah menayangkan film audio. Namun, seiring berjalannya waktu Indonesia menyusul negara-negara lain menggunakan audio. Butuh tahapan agar Indonesia dapat berkembang dengan baik.

Film merupakan salah satu bidang industri kreatif  karena memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi kreatif. Sheila Timothy, produser dari Lifelike Pictures sekaligus Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), mengatakan bahwa film adalah benda budaya yang punya nilai ekonomi, film terlihat seperti soft power tapi super power (Rulianto, 2013).  Hal tersebut dapat terjadi karena film merupakan salah satu penyumbang besar dalam ekonomi di Indonesia. Apalagi dengan banyaknya penikmat film seperti pada saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun