Mohon tunggu...
Marvelin Ang
Marvelin Ang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi

Saat ini sedang menempuh pendidikan strata 1 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fashion Androgini: The Genderless Fashion

21 Maret 2021   23:12 Diperbarui: 22 Maret 2021   09:32 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, muncul sebuah fashion dimana tidak lagi menekankan perbedaan antara pakaian perempuan dan laki-laki. Perempuan bebas untuk berpakaian seperti laki-laki dan sebaliknya, laki-laki juga bebas berpakaian seperti perempuan. Fashion seperti ini dikenal sebagai androgini. Androgini adalah istilah dalam identitas gender dimana seseorang tidak termasuk dengan jelas ke dalam peran maskulin dan feminin yang ada di masyarakat (Amriani, 2015). 

Androgini sebagai salah satu bentuk fashion termasuk ke dalam subkultur. Subkultur sebagai bentuk tantangan terhadap hegemoni kebudayaan induk atau kebudayaan yang lebih besar (Wilujeng, 2017). Jika biasanya kita melihat kalau heels identik dengan wanita berbeda dengan fashion androgini. Dalam fashion androgini laki-laki juga boleh menggunakan heels. Di Indonesia, ada seorang influencer yang bernama Jovi Adhiguna Hunter yang juga merupakan seorang androgini. 

Terlahir sebagai seorang laki-laki, tidak menghalangi Jovi untuk mengekspresikan sisi feminimnya. Di instagram pribadinya, Jovi selalu tampil dengan gaya yang menarik perhatian. 

Gambar 2. Jovi Adhiguna (@joviadhiguna)
Gambar 2. Jovi Adhiguna (@joviadhiguna)

Gambar 3. Style Jovi Adhiguna (@joviadhiguna)
Gambar 3. Style Jovi Adhiguna (@joviadhiguna)

Jovi yang merupakan seorang laki-laki kerap kali menggunakan make-up, heels, serta pakaian perempuan. Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan cara berpakaian yang seharusnya. 

Biasanya cara berpakaian laki-laki identik dengan penggunaan celana yang menonjolkan sisi yang maskulin. Dengan adanya fashion androgini, fashion tidak lagi terbatas pada gender atau jenis kelamin, orang menjadi lebih bebas untuk mengekspresikan dirinya dalam berpakaian.

Fashion androgini yang berbeda dengan fashion biasanya tentu saja menimbulkan pro dan kontra di lingkungan masyarakat. Dalam wawancara dengan Ussy Andhika (2020), Jovi menyatakan bahwa ia sudah sering dibully, bahkan pembullyan ini terjadi sejak dia masih kecil. Pembullyan ini terjadi karena sisi feminim yang Jovi miliki. 

Dalam wawancara dengan VICE Indonesia (2018), Jovi menyatakan 'Orang tuh selalu ngeliat aku sebelah mata just because of my appearance. Ah ini mah apa si Jovi mah banci gak akan jadi apa-apa'. Hal ini menunjukkan kalau ternyata dengan cara berpakaian kita, orang bisa merendahkan kita. Orang menganggap kalau kita tidak bisa bekerja dan melakukan hal yang sesuai dengan keinginannya. Padahal ini hanya merupakan bentuk dari bagaimana kita mengekspresikan diri kita, bukan menggambarkan diri kita sepenuhnya. 

Bagaimana tanggapanmu mengenai fashion androgini ini? Apapun jawabanmu, semoga kita selalu bisa menghargai orang-orang di sekitar kita bagaimanapun keadaannya. Semoga artikel ini bisa menambah pemahaman teman-teman mengenai budaya populer dan subkultur. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun