Mohon tunggu...
Marvadillah Rachel Laksmita B
Marvadillah Rachel Laksmita B Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya Marvadillah Rachel Laksmita Baroyo adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Air Bersih dan Sanitasi terhadap Stunting

21 Mei 2022   10:43 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:49 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Indonesia masih dikenal dengan kasus stunting yang tinggi. Stunting adalah masalah kekurangan gizi akibat kurangnya asupan gizi makanan ibu hamil dan anak yang terjadi pada 1000 HPK (270 hari setelah terbentuknya janin dan 370 hari setelah kelahiran).

Berdasarkan dari data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, stunting saat ini masih berada pada angka 24,4%/5,33 juta balita. Saat ini stunting mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14% di tahun 2024 (KEMENKO 2022).

Selain akibat kurangnya asupan gizi pada makanan, ternyata stunting dapat dipengaruhi oleh kelayakan dan keamanan air minum dan sanitasi. Menurut WHO, penyediaan air minum dan sanitasi yang aman menentukan hidup dan kehidupan manusia. Kedua kebutuhan pokok ini dapat mengurangi indeks penyakit sebesar 0,39%. Tanpa air dan sanitasi yang aman, anak-anak menjadi rentan terhadap stunting.

Kemarin, tepatnya pada 18 Mei 2022 menteri dan pejabat tinggi dari luar negeri dan organisasi intrenasional mengadakan perkumpulan di Jakarta pada pertemuan Sector Minister's Meeting (SMM), Sanitation And Water For All (SWA). Diketahui bahwa pertemuan ini diselenggarakan guna menemukan jalan keluar untuk masalah air dan sanitasi di seluruh dunia.

Secara global, terdapat sekitar 2 miliar manusia tidak dapat mengakses air minum yang aman, dan lebih dari 3 miliar orang tidak dapat mengakses sanitasi yang aman. Di Indonesia, akses terhadap air minum layak telah menjangkau lebih dari 90% penduduk, tetapi capaian akses air minum aman baru sekitar 11% penduduk, dan akses terhadap sanitasi layak telah menjangkau 80% penduduk, tetapi capaian akses sanitasi aman baru sekitar 7% penduduk (KEMENSETNEG 2022).

Sejauh ini masih banyak warga Indonesia terutama penduduk pedalaman yang meremehkan pentingnya asupan gizi pada anak dan wanita hamil. Seharusnya wanita hamil menyisihkan waktu untuk memeriksakan kondisi janin secara berkala. Alangkah baiknya apabila dokter juga memeriksa kondisi gizi wanita hamil sebagai upaya preventif dalam mencegah terjadinya stunting. Untuk masalah kekurangan air seharusnya Indonesia membuat sistem air bersih bukan dari perantaran galon, melainkan membuat sistem air sama seperti sistem gas terbaru. Jadi, akan ada meteran air sebagai penentu harga. Memang ada kekurangannya seperti bisa terjadi kasus pemalsuan harga pada meteran. Namun, hal ini dapat diatasi dengan memberikan lembaran mengenai harga air. Selain itu, diharapkan adanya pemberian alat pembersih air untuk daerah pelosok agar tetap mendapatkan air bersih sembari menunggu kiriman bantuan air bersih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun