Sebut saja namanya, Siipon ( nama samaran saja) datang ke salah satu Praktek Dokter Gigi karena sejak kemarin sakit giginya sudah tak tertahankan lagi. Setelah mendata personal pasien maka dokter gigi tersebut mulai melakukan anamnese, pemeriksaan awal melalui tanya jawab dengan pasien, yang merupakan bagian dari SOP dalam menangani pasien.Â
" Dok...katanya...kalo gigi sedang sakit bila dicabut nanti mata saya jadi buta YAaaaa..."
" Dok... katanya...kalo gigi yang di rahang atas di cabut nanti urat matanya ikut ketarik dan mata saya jadi kabur..." terus...
" Dok... ada tetangga jadi lumpuh saya setelah cabut gigi!...menurut pihak keluarga katanya urat otaknya ikut tercabut..."
dari mana informasi seperti itu, Pak Ipon dapat? sambung dokter gigi yang memeriksa...
Katanya sih dok!!! saya dengar-dengar dari orang-orang... jawab Pak Ipon
Â
[caption caption="Gigi yang telah dicabut"][/caption]
Â
Â
Pendapat-pendapat yang dilontarkan pasien di atas sering sekali diterima oleh para tenaga dokter gigi lainnya, kala berhadapan dengan pasien yang membutuhkan terapi gigi dan mulut, selain itu fenomena di atas sudah cukup membuat sebagian besar masyarakat terperangkap dalam ketakutan ketika harus mendapatkan terapi gigi dan mulut yang layak dan benar.
Entah bagaimana dulu awalnya!! dan entah, siapa pihak yang menyebarkan informasi kabur itu, " kalo cabut gigi bisa membuat mata buta" sampai bisa beredar di masyarakat, dan akibatnya menciptakan kondisi ketakutan di masyarakat. Sehingga mereka yang tidak mendapatkan edukasi dari tenaga yang berkompetensi akan terus terperangkap dalam ketakutan dan memilih untuk membiarkan giginya yang telah berlobang menjadi semakin parah lalu beranjak menjadi penyakit lainnya yang ada di mulut dan rahang.
Â
Â
Istilah "urat mata" yang sering dilontarkan pasien mengacu pada saraf, karena tugas saraf lah yang mengantarkan informasi pengelihatan ke otak, sedang "urat" bila yang dimaksud adalah otot adalah organ yang bertugas sebagai motorik.
Secara garis besar, tubuh manusia terdiri atas susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi, dalam susunan saraf tepi terbagi lagi menjadi 2 garis besar yaitu susunan saraf sadar dan tak sadar, yang akan kita kupas untuk menjernihkan fenomena di atas adalah pada susunan saraf sadar terutama pada bagian 12 pasang saraf tepi kranial.
Dari duabelas susunan saraf tepi kranial akan dibatasi kupasannya hanya pada CN I sampai CN V, dimana CN VI sampai CN XII ada pihak yang lebih berkompeten untuk mengupas lebih detail. Bila dijabarkan fungsi dari CN I sampai CN V adalah sebagai berikut; CN I Olfaktorius, saraf ini penting untuk penciuman. CN II Opticus, saraf yang penting untuk mengirimkan informasi pengelihatan dari retina ke otak. Bagian inilah yang berperan penting dalam sensor pengelihatan. CN III Okulomotor, yang penting untuk mengendalikan sebagian besar gerakan bola mata, pupil dan kelopak mata. CN IV Troklearis, untuk mensarafi otot obliks superior dan menghasilkan gerakan mata depresi, rotasi internal, dan CN V Trigeminus, bagian saraf yang berperan dalam mengirimkan sensasi dari kulit bagian anterior kepala, rongga mulut dan hidung, gigi dan meninges(Lapisan otak).Saraf Trigeminus merupakan saraf campuran dimana sebagian besar merupakan serat saraf sensoris wajah, dan sebagian yang lain merupakan serat saraf motoris dari otot mastikasi. (sumber, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Saraf_trigeminus)
Untuk tata letak CN I sampai CN V akan lebih mudah difahami melalui gambar sambil melihat dan membuktikan..."Apakah memang betul bahwa saraf tepi kranial CN II Saraf untuk Mata dengan CN V saraf untuk gigi dan mulut bersatu atau lengket??? sehingga yang katanya!... akan turut tercabut "Urat Mata" saat pencabutan gigi khususnya gigi yang terletak di rahang atas". Mari kita lihat dan biarkan gambar yang berbicara.
[caption caption="Susunan Saraf Tepi Kranial"]
Â
[caption caption="Letak CN II dan CN V"]
Nah!! bila katanya ada hubungan saraf untuk mata dengan saraf gigi, hingga dalam pencabutan gigi akan mengakibatkan kebutaan, berarti pasien yang membutuhkan terapi gigi dan mulut dapat mengunjungi dokter spesialis mata??? untuk mendapatkan pemeriksaan serta tindakan gigi dan mulut atau sebaliknya para pasien yang membutuhkan terapi mata dapat mengunjungi dokter gigi...karena kan, katanya berhubungan...pernah kah anda mencobanya?.
Sekarang kita lihat pada organ Telinga, Hidung dan Tenggorokan dimana posisi tiap organ tersebut berbeda...tetapi bila ada pasien mengalami gangguan pada salah satu organ tersebut akan segera mengunjugi dokter spesialis THT, karena memang sudah terbukti secara evidence base medicine bahwa organ Telinga, Hidung dan Tenggorokan memang memliki keterkaitan ketiganya, sehingga dalam dunia kedokteran dimasukan kedalam satu ke-ahlian yaitu Spesialis THT.
Nah! bila katanya antara organ mata dan gigi serta mulut adanya saling keterkaitan bukankah seharusnya juga masuk kedalam satu ke-ahlian seperti Dokter Spesialis Mata, Gigi dan Mulut mungkin dapat disingkat dengan Sp. MGM selayaknya dokter spesialis THT. pernah kah anda melihat tenaga dokter dengan spesialisasi seperti itu....? Saya nyakin tidak! baik dibelahan negara mana pun, karena memang tidak ada hubungannya antara organ mata dengan gigi serta mulut hingga memang harus dipisah ke-ahliannya dengan ada dokter spesialis mata dan Dokter Gigi yang memiliki kompetensi masing-masing. Tapi bila orang-orang bilang, " kalo gigi ada hubungannya dengan mata pencaharian" ada benarnya, karena gigi dan mulut selain bidang pelayanan dokter gigi juga sebagai mata pencaharian para dokter gigi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan pencabutan gigi baik gigi yang terletak di rahang atas atau atau pun rahang bawah adalah aman untuk dilakukan terhadap pasien, selama tenaga dokter gigi melakukan pemeriksaan dengan teliti akan kondisi gigi dan umum pasien, dan tindakan pencabutan gigi dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi dengan standart peralatan yang sesuai dan tingkat sterilisasi yang maksimal.
Mungkin tidak saja pada rana kesehatan gigi dan mulut yang sering dirancukan, tapi masih banyak juga bidang-bidang kesehatan lainnya yang juga dirancukan dan beredar dimasyarakat akibat masih minimnya edukasi kesehatan untuk masyarakat secara baik dan benar. Selain menjadi tugas para tenaga medis untuk meluruskan setiap informasi miring seputar kesehatan. Juga sangat disarankan supaya masyarakat untuk menguji atau jejak pendapat akan setiap informasi kesehatan yang miring dan beredar kepada tenaga medis yang berkompetensi.
oleh, drg. Maruli Juara
artikel ini saya teruskan dari Blog:Â https://drglintasbatas.wordpress.com/2014/11/10/apakah-benar-yang-katanya-bila-dilakukan-pencabutan-gigi-akan-membuat-mata-jadi-buta/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H