Gereja Katolik memiliki konsep atau gagasan istimewa yang menjadi ‘ajaran resmi’ dalam menjalani hidup di dunia yang diwarnai oleh kebinekaan, khususnya kemajemukan agama. Dokumen Konsili Vatikan II Nostra Aetate yang diterbitkan pada 1965 merupakan landasan penting untuk memahami dan mempraktikkan semangat moderasi serta membangun hubungan yang lebih baik dengan agama-agama lain.
Moderasi beragama adalah sebuah konsep yang sangat relevan dalam dunia yang terus berubah dan semakin terhubung. Perkembangan teknologi informasi secara masif telah menyibak sekat pembatas relasi antarbangsa. Dunia terasa semakin dekat. Pergerakan manusia dan aneka pemikirannya yang heterogen bergerak lancar melewati ruang-ruang eksklusif. Tak ada pilihan lain, kecuali berdamai dengan perbedaan.
Dalam konteks Indonesia, bukan sebuah kebetulan apabila Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui Kementerian Agama hari-hari ini terus menggaungkan semangat moderasi beragama. Tak bisa dipungkiri, natura bangsa kita lahir dan bertumbuh dalam keanekaragaman agama dan aliran kepercayaan. Kebinekaan itu mungkin bukan pilihan kita. Namun, melarikan diri dari kenyataan ini pasti kemustahilan.
Nostra Aetate, yang berarti “Pada Zaman Kita”, merupakan buah permenungan Gereja di dunia masa kini. Dokumen ini adalah sebuah deklarasi yang bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih baik antara Gereja Katolik dan agama lain. Selama berabad-abad, hubungan antara Gereja Katolik dan agama-agama lain sering kali diwarnai oleh konflik dan ketegangan. Dokumen ini menjadi oase yang memberi kesegaran.
Jalan-jalan Moderasi
Nostra Aetate mengandung beberapa prinsip yang menjadi dasar untuk memahami dan mempraktikkan moderasi beragama dalam Gereja Katolik. Menurut dokumen tersebut, moderasi bukan hanya sekadar jalan tengah untuk menghindari ketegangan dua ekstrem, melainkan mengambil langkah proaktif untuk membangun jembatan di antara perbedaan. Jalan-jalan moderasi beragama yang ditawarkan lengkap dan tuntas.
Pertama, adanya pengakuan kesamaan asal-usul manusia (NA 1). Nostra Aetate menekankan seluruh umat manusia memiliki asal-usul yang sama dan Tuhan sebagai penciptanya. Ini dasar teologis untuk memahami persaudaraan universal. Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki martabat dan nilai yang sama. Sesama diterima dengan penuh penghargaan dan cinta kasih, serta menjauhi segala bentuk diskriminasi.
Kedua, mendorong pencarian kebenaran dan kekudusan dalam agama lain (NA 2). Gereja Katolik mengakui bahwa agama lain juga memiliki jalan mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai keselamatan. Pengakuan ini tidak mengurangi keyakinan pada kebenaran Injil, tetapi justru memperkaya pemahaman kita akan kebesaran Tuhan yang bekerja dalam berbagai cara dan melalui berbagai tradisi keagamaan.
Ketiga, membuka dan mendorong dialog dan kerja sama antaragama (NA 2). Nostra Aetate mendorong dialog yang tulus dan konstruktif antara umat Katolik dan pemeluk agama lain. Dialog ini bukan hanya untuk memahami perbedaan, entah perbedaan dogma dan tradisi religius, tetapi juga untuk mencari titik-titik persamaan gagasan dan bekerja sama dalam mempromosikan nilai-nilai moral dan sosial yang luhur.