Mohon tunggu...
Marulam Nainggolan
Marulam Nainggolan Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh

Kementerian Agama Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yesus dan Moderasi Beragama (2)

4 Juni 2024   14:26 Diperbarui: 25 Juni 2024   11:57 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moderasi Beragama merupakan satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2024. Gerakan ini bertujuan untuk memastikan seluruh rakyat Indonesia menghayati pola pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agamanya berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konsitusi sebagai kesepakatan bangsa.

Keberimbangan yang dikehendaki dalam moderasi beragama bukan mencoba mencari kesamaan ajaran agama-agama, melainkan adanya keterbukaan menerima perbedaan sehingga dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain. Sikap-sikap yang terlalu ekstrem, seperti bersikap eksklusif dan menutup diri terhadap perbedaan atau terlalu liberal dan melihat semua sama, bukan ciri-ciri sikap dalam moderasi.

Ada empat indikator yang menunjukkan seorang penganut agama di Indonesia sudah berjiwa moderat (moderatus = terkontrol, terkendali). Pertama, setia kepada komitmen kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, Bineka Tunggal Ika, dan NKRI. Kedua, menolak tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun. Ketiga, toleran terhadap perbedaan keyakinan. Keempat, adaptif terhadap budaya sepanjang sejalan dengan nilai agama.

Ajaran Moderat Yesus

Pertanyaannya, apakah nilai-nilai moderasi cocok dengan misi dan tujuan setiap agama dan aliran kepercayaan di Tanah Air? Bagaimana pun dogma setiap agama tentu berbeda-beda. Oleh karena itu, pada ulasan ini, saya hanya akan mencoba mengelaborasi kesesuaian nilai-nilai moderasi dengan ajaran Gereja Katolik. Uraian akan dibatasi hanya pada menelisik ajaran Yesus Kristus sehubungan dengan sikap moderat.

Yesus adalah tokoh dan teladan moderasi beragama. Jika moderasi beragama didefinisikan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agamanya -yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum- berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konsitusi sebagai kesepakatan bangsa, Yesus sudah melakukannya.

Memahami esensi ajaran agama sendiri merupakan syarat mutlak dalam moderasi. Mereka yang kurang moderat biasanya kurang mendalami doktrin agamanya dengan benar, jelas, dan tuntas. Namun, kedalaman pemahaman Yesus terhadap agama-Nya tentu tidak perlu diragukan lagi sehingga tidak perlu dibahas di sini. Cukuplah kita mencari tahu bagaimana pemikiran Yesus saat dihadapkan pada perbedaan.

Bagi Yesus, setia kepada negara dan pemangku jabatan negara adalah kewajiban. Sekalipun kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan prinsip 'mengasihi sesama seperti diri sendiri' (Mat 22:39), Yesus tetap taat kepada negara. Ketika menjawab pertanyaan orang-orang Farisi: 'Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak' (Mat 22:17), Yesus tegas menjawab wajib membayar pajak kepada Kaisar.

Melalui ajaran Yesus ini, semua pengikut-Nya diajak untuk mencintai negara dengan sepenuh hati. Gereja Katolik Indonesia pun selalu mengajak dan menghimbau umatnya agar setia kepada Pancasila, UUD 1945, Bineka Tunggal Ika, dan NKRI. Orang Katolik Indonesia dipanggil menjadi 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia. Itu berarti semangat orang Katolik Indonesia berpadu erat dengan jiwa nasionalisme bangsa.

Sebagai pribadi yang terbuka, Yesus mengajarkan kepada pengikut-Nya bersikap toleran. Kata-Nya, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:20). Ahli Taurat dan orang Farisi dikenal sebagai golongan orang Yahudi yang berhak menafsir dan menegakkan pelaksanaan hukum Taurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun