Karakteristik pengembangan komunitas sekolah berbasis aset adalah sebagai berikut (PGP Modul 3.2):
- Mempraktikan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat. Bagaimana dialog berkelanjutan terjadi yang sekaligus mendorong perilaku yang menghargai keragaman antarwarga sekolah demi masa depan murid-murid.
- Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, yaitu perilaku akan memperkuat koneksi warga baik komunitas, lingkungan, dan ekonomi lokal mereka. Bagaimana memperkuat komitmen warga sekolah untuk saling bergotong royong  demi kemajuan murid-murid.
- Membangun koneksi dan kolaborasi. Bagaimana sekolah mendorong perencanaan dan tindakan dilakukan secara  Kolaboratif dan melibatkan warga sekolah, masyarakat sekitar, organisasi yang  ada, dan aset lainnya.
- Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada. Bagaimana sekolah bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, Â kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
- Membentuk masa depannya. Bagaimana sekolah menciptakan visi sebagai perwakilan dari cita-cita yang ingin  diwujudkan pada murid-muridnya.
- Bertindak dengan obsesi ide dan peluang. Bagaimana sekolah mendorong pencarian tanpa akhir untuk ide-ide baru dan tepat, kemungkinan pengembangan dan  sumber daya internal dan eksternal. Dari pada menanyakan "Ada masalah apa?" dan "Bagaimana memperbaikinya?",  lebih baik bertanya "Apa yang telah berhasil dilakukan?" dan "Bagaimana mengupayakan agar lebih baik lagi?"
- Merangkul perubahan dan bertanggung jawab. Titik awal perubahan pada sekolah selalu pada perubahan pola pikir  (mindset) dan sikap yang positif.
- Menghasilkan kepemimpinan. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan di sekolah adalah  kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu  secara terus menerus.
Komunitas Belajar
Tugas kepemimpinan di sekolah adalah mengembangkan komunitas sekolah berbasis aset, terutama aset manusia. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan aset manusia di sekolah. Sekolah dapat melakukan pelatihan di luar sekolah, mentoring, in house training, komunitas belajar, coaching, dan workshop. Komunitas belajar merupakan strategi pengembangan SDM yang sangat baik dilakukan di sekolah. Peran pemimpin sangat menentukan untuk menyukseskan komunitas belajar sebagai sarana pemberdayaan aset.
Ada tiga ide besar yang menjadi landasan dalam kegiatan komunitas belajar di sekolah, yaitu berfokus pada pembelajaran, membudayakan kolaborasi dan tanggung jawab kolektif, dan berorientasi pada hasil (pembelajaran murid). Untuk itu, pemimpin perlu membentuk tim kecil, menata lingkungan belajar yang ramah guru, merealisasikan belajar bersama dan berbagi praktik, melakukan penguatan, membuat komitmen bersama, dan menyepakati tata nilai, serta memasukkan jam wajib belajar di komunitas ke dalam jam efektif guru di sekolah.
Memberdayakan komunitas belajar para guru di sekolah saya yakini akan membuat sumber daya manusia di sekolah dapat menggunakan dan memberdayakan aset-aset lain di sekolah. Muaranya tentu saja terwujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sehingga murid tumbuh menjadi anak-anak yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat, sebagaimana disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (Dasar-Dasar Pendidikan, 1936).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H