Mohon tunggu...
Marulam Nainggolan
Marulam Nainggolan Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh

Kementerian Agama Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pemimpin dalam Memberdayakan Aset Sekolah

16 Mei 2023   23:12 Diperbarui: 16 Mei 2023   23:15 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Roda proses pembelajaran dapat berputar dengan baik dan menghasilkan lulusan yang hebat apabila semua modal yang dibutuhkan tersedia. Ketersediaan secara mumpuni aset-aset yang disebut di atas tentu saja akan memudahkan sekolah membuat kebijakan, merancang program kerja, dan mengimplementasikannya dalam kegiatan riil. Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, misalnya, memungkinkan kadar pendidikan berjalan lebih maksimal dan bergerak efektif.

Ketersediaan lembaga-lembaga sosial atau asosiasi profesi, seperti asosiasi advokat, notaris, akuntan, dokter, dll, tentu dapat menggerahkan proses pembelajaran lebih menarik. Modal politik yang membuat kebijakan ada pada dinas pendidikan. Modal agama antara lain bisa diwakili oleh agama-agama melalui tokoh-tokohnya. Lembaga adat yang ada di lingkungan sekolah mewakili modal budaya. Peran aset ini dapat diwujudkan dalam program intra, ekstra, kokurikuler, dan non-kurikuler.

Modal fisik dan lingkungan alam penting sekali dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas. Ketiadaan ruang belajar yang terstandar dapat mengakibatkan defisit hasil belajar bagi murid. Sarana fisik dan lingkungan hidup yang baik memungkinkan bagi murid untuk memperoleh pengalaman belajar yang nyata atau aktual. Ditambah adanya modal finansial yang cukup, pengalaman belajar yang mengesankan dan meninggalkan dampak maksimal dalam diri murid lebih terjamin.

Akan tetapi, bagaimana apabila aset-aset yang dibutuhkan sekolah tidak serta-merta tersedia atau terjangkau sekolah, atau perlu upaya lebih kuat untuk memperolehnya? Di sinilah peran pemimpin menjadi krusial. Sebaik-baiknya aset fisik, finansial, alam lingkungan, politik, dan sosial yang dimiliki sekolah sangat tergantung pada keadaan modal manusia yang kuat dan berdaya. Demikian juga keadaan defisit aset sekolah juga dapat diatas dengan sikap dan pikiran positif manusia di dalamnya.

Kepala sekolah dan guru adalah pemimpin dalam komunitas ekosistem sekolah. Yang harus mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kepada murid sebagaimana diamanatkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara adalah menggunakan segala aset yang tersedia semaksimal mungkin. Kepemimpinan sekolah diharapkan menggunakan pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Pemimpin bukan mengeluh, bahkan menangisi, keterbatasan yang dihadapi sekolah untuk menjalankan proses pembelajaran (deficit-based approach).

Pengembangan sekolah menggunakan pendekatan berbasis aset dapat ditingkatkan apabila kepala sekolah dan guru yang melihat segala sesuatu sebagai peluang. Dalam berbagai sumber daya dicoba ditemukan hal-hal positif melalui pola berpikir ikuiri apresiatif. Inkuiri apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi, dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005). Guru dan kepala sekolah fokus pada kekuatan.

Proses berpikir, bersikap, dan bertindak yang mengandalkan kekuatan yang tersedia, alih-alih berdalih atas nama keterbatasan, akan mendorong kepemimpinan sekolah menciptakan komunitas belajar yang menggembirakan, positif, konstruktif, dan menyenangkan. Dalam memanfaatkan aset yang tersedia, pendidik dan tenaga kependidikan dapat membuat prakarsa menggunakan tahapan B.A.G.J.A: Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

Dapat dikatakan, kehendak kepemimpinan sekolah untuk menggunakan aset sedemikian rupa untuk sebesar-besarnya demi perbaikan proses pembelajaran yang berpusat pada murid merupakan visi pendidik dan tenaga kependidikan. Guru hendaknya senantiasa berpikir dan merasa bagaimana memberikan pembelajaran kepada muridnya yang dari hari ke hari semakin baik. Harapan itu tentu saja dapat terwujud apabila kepala sekolah, guru, dan karyawan berpikir berbasis aset.

Ciri-ciri kepemimpinan di sekolah sudah mengiptimalkan aset antara lain adalah aset manusia di sekolah fokus pada aset dan kekuatan bukan pada masalah; yang dibayangkan selalu masa depan dan bukan berkutat pada masalah utama, berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan bukan mengidentifikasi kebutuhan karena kekurangan, diutamakan mengorganisasi sumber daya atau kompetensi dan bukan fokus mencari bantuan; rencana dirancang berdasarkan visi atau kekuatan dan bukan membuat program untuk menyelesaikan masalah; rencana aksi yang sudah diprogram dilaksanakan dan bukan meminta orang lain melaksanakan program.

Selain visi, membuat perubahan di sekolah berbasis aset hanya dapat diwujudkan apabila kepemimpinan sekolah  menghayati budaya positif. Budaya positif harus menjadi paradigma setiap guru dan tenaga kependidikan. Budaya positif yang dapat mengantar guru tidak larut dalam kelemahan adalah menghayati nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Di sini terkandung karakter berpikir positif, optimistis, ulet, kerja keras, terbuka.

Pengembangan komunitas berbasis aset merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community driven development. Model ini menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Pendekatan ini berprinsip komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan     sebagai sekedar penerima bantuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun