Sebagai oase dan dian, guru juga dapat mengambil keputusan yang berani dan bertanggung jawab apabila memiliki kemampuan komunikasi sebagai manajer. Jika ada kasus-kasus dilematis, guru dapat menggunakan model penyelesaian masalah secara restitutif, yaitu keputusan diambil bersama sehingga keputusan itu win-win. Murid atau rekan sejawat didorong untuk memiliki motivasi intrinsik sehingga keputusan yang diambil menjadi keputusan kolektif yang dapat diterima oleh semua pihak.
Dengan restitusi, sekolah sungguh-sungguh menjadi kawah candradimuka pembentukan manusia beretika, artinya orang-orang yang selalu menjunjung nilai-nilai kebajikan. Itulah jiwa sekolah. Aristoteles mengatakan, setiap pikiran dan tindakan manusia selalu terarah kepada kebaikan (Aristotle, 1999). Dengan demikian, manusia adalah pemuja dan penjunjung tinggi kebaikan (goodness). Implikasi logisnya adalah guru terikat etika dan moral dalam mengambil keputusan yang berpihak pada murid.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H