Mohon tunggu...
Ma'ruf M Noor
Ma'ruf M Noor Mohon Tunggu... -

Patriot Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral | Nunukan - Kalimantan Utara | Kaimana - Papua Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Magis Manggris

1 Juni 2016   14:12 Diperbarui: 1 Juni 2016   14:55 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam keempat itu, perut Suroto nampak ada perbedaan dari semula. Perutnya perlahan membesar dan ada warna biru seperti yang nampak pada luka memar. Perut Suroto semakin hari semakin membengkak bukan lagi membesar, semakin mirip perut perempuan yang sedang mengandung. Suroto masih bisa berbicara, tapi suaranya seperti orang berbisik. Dia sangat tersiksa dengan apa yang sedang dideritanya. Suroto pasrah, pikirannya kembali ke beberapa hari terakhir yang dialaminya sebelum dia diserang penyakit aneh ini. Sama sekali dia tidak menghubungkan sakitnya dengan hal magis dari manggris yang ingin sekali dia tumbangkan. Suroto kuat menduga sangka, sakitnya adalah keracunan minuman air tapai yang disajikan di tempayan. Minuman dari air tapai dalam tempayan adalah minuman lokal sekaligus menjadi warisan budaya masyarakat Dayak hulu sungai batas negeri. Minuman ini mengandung alkohol dengan kadar tertentu tetapi sangat bisa membuat teler orang yang meminumnya di atas takaran. Meskipun sebenarnya minuman ini memang ditujukan untuk bisa memabukkan, semakin memabukkan maka semakin itu yang diinginkan. Namun memang kadangkala dalam beberapa kasus, ada kesalahan pemilihan ubi sebagai bahan dasar minuman ini. Ada jenis ubi yang dianggap mengandung zat tertentu yang membuat orang keracunan.

Dalam wasangka Suroto itu, dia ingin tegas mengatakan bahwa dia sakit begitu bukan karena kalah dari kekuatan penunggu manggris yang ingin sekali dia tebang. Dokter yang menangani Suroto juga dibuat bingung, sebab nampak jelas perut Suroto biru membengkak tapi hasil rontgen tidak memperlihatkan bukti apa-apa bahwa ada “sesuatu” di dalam perut Suroto. Orang kampung yang prihatin dan punya kesempatan yang disempat-sempatkan untuk menjenguk Suroto atas nama kemanusiaan, mendengar pengakuan dokter itu lalu menarik benar merah seolah ada satu kata yang bisa mewakili apa yang dialami Suroto kini adalah kata “magis”, magis dari si pohon manggris. Beberapa hari setelah kebingungan dokter tentang penyakit Suroto yang juga berarti kebingungan menyembuhkannya, Suroto berpulang ke rahmatullah masih di dalam rumah sakit.

Dulu peristiwa terbaliknya pohon itu, lalu muncratnya cairan serupa darah, dan kini Suroto meninggal dalam kondisi perut yang membengkak, menjadi korban magis dari pohon manggris. Sedangkan si manggris masih terlihat sangat kuat menunggu kiamat. Bertahun-tahun setelah “korban”-nya meninggal, manggris masih “sehat” meski tak ada yang merawat.

Memasuki era baru dunia yang makin modern, manusia juga semakin meningkat kebutuhannya. Anggaplah dengan generalisasi yang sedikit keliru bahwa manusia semakin membutuhkan uang untuk hidup. Digaraplah apa yang bisa menjadi uang. Maka pepohonan di hutan Borneo masih sangat luas untuk menjadi uang. Gamblangnya, hutan Borneo tidak hanya kaya ragam biodiversitas hayatinya, tetapi di bawah tanah hutan Borneo terkandung mineral yang selama ini digunakan untuk menyalakan dunia. Batubara di sana sini. Cuma sayangnya, batubara itu diangkut ke luar pulau Kalimantan, dan muncul ironi bahwa tanah itu mampu memandikan cahaya pulau lain sementara banyak kampung di pulau ini masih berselimut gulita yang mencekam. Seperti di Sumentobol dan masih banyak sekali kampung lainnya yang belum tahu apa itu cahaya.

Potensi hutan Borneo melimpah ruah, bahwa hanya orang malaslah yang akan mengeluh atas hidupnya. Dan menebang pohon bukanlah satu-satunya cara untuk mempertahankan atau memajukan kehidupan. Di wilayah Kalimantan bagian utara, manusia tak pernah tepat untuk mendefinisikan dirinya sebagai warga miskin. Hutan menyediakan kekayaan yang luar biasa dan tidak akan habis kalau hanya digunakan seperlunya untuk hidup yang sederhana. Tentunya harus terlebih dahulu memahami, bahwa di pedalaman Kalimantan, kemiskinan yang mungkin ada hanyalah kemiskinan harta, tetapi kemiskinan makanan adalah sebuah kemustahilan.

Maka cukuplah pohon manggris yang diyakini magis itu menjadi penanda bahwa alam juga punya kekuatan yang tidak boleh diremehkan manusia. Kebutuhan hidup manusia memang sangat wajar mengalami peningkatan, tetapi tidak berarti bahwa apa saja menjadi boleh untuk ditaklukkan. Kadangkala kebodohan dan ambisi berada dalam satu bilik pikiran yang sama dan sulit dibedakan. Manusia musti berpikir panjang untuk kelangsungan hidup generasi berikutnya. Manusia bisa saja merasa kuat tetapi tidak bisa berbuat apa saja terhadap apa yang ada di hadapannya. Di sekeliling manusia banyak dimensi kehidupan, ada yang nampak mata ada pula yang tak kasat oleh mata. Tugas manusia hidup berdampingan secara harmonis dengan segala dimensi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun