Mohon tunggu...
Ma'ruf M Noor
Ma'ruf M Noor Mohon Tunggu... -

Patriot Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral | Nunukan - Kalimantan Utara | Kaimana - Papua Barat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Traveler Pasir Pulau

28 Mei 2016   07:09 Diperbarui: 28 Mei 2016   07:52 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2016 mungkin akan menjadi tahun bersejarah bagi ambisi petualangan pulau dan pasir pantai dalam hidup saya. Tahun ini, syukur tiada henti di dalam hati, sebab beberapa keinginan untuk menikmati wisata bahari Indonesia satu persatu mewujud nyata. Lima tahun terakhir saya terus bertualang mencari dan memenuhi ambisi itu. Ambisi petualangan itu mulai tumbuh sejak tahun 2011, tahun itu menjadi titik awal saya ingin mengenal lebih dekat wisata bahari Indonesia.

tanjung tinggi
tanjung tinggi
Tahun 2011 saya berhasil menyaksikan sendiri keindahan Pantai Tanjung Tinggi di Pulau Belitung. Siapa yang tidak kenal dengan pantai yang diperkenalkan oleh Andrea Hirata dalam novelnya yang fenomenal, Laskar Pelangi yang kemudian difilmkan di lokasi yang sama dalam novel. Pantai ini, selain pasir putihnya yang menawan, pantai ini juga populer dengan batu-batu besar yang menjadi keunikan tersendiri untuk menarik wisatawan. Tahun 2011 itu, saya tidak hanya ke Belitung, melalui kegiatan Sail Belitong yang menggunakan KRI 590 Makassar, saya diperkenankan melihat keindahan wisata bahari Indonesia bagian barat, mulai dari Kepulauan Natuna, Batam, Dumai, dan Pulau Bangka. Saat itu, kami berlayar selama hampir sebulan lamanya. Dan pengalaman berlayar bersama TNI AL itu berhasil menyadarkan saya betapa luar biasanya potensi bahari negeri ini.

Tahun 2013, untuk ketiga kalinya saya kembali ke pantai  Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tahun 2013 itu saya kembali dengan membawa perasaan dan sensasi berbeda dari kedatangan saya sebelumnya. Pantai ini adalah pantai dengan pasir putih terhalus yang pernah saya temui. Pemandangan sekitar pantai pun tak kalah eksotisnya, termasuk air laut yang nampak biru kehijau-hijauan. Saya menduga, siapapun yang pernah ke pantai ini, mungkin akan datang lagi untuk kedua, ketiga dan kesekian kalinya.

Akhir tahun 2013, untuk kali pertama saya nekat melakukan perjalanan roda dua dari Pulau Jawa hingga ke Pulau Sumbawa selama 9 hari. Pada saat itu, total saya mendatangi lima pulau. Saya mulai dari Kediri, Jawa Timur lalu berleha-leha di Pulau Bali sambil menikmati keindahan pantai-pantai yang membuat saya penasaran dengan apa yang membuat sedemikian terpikatnya para turis dari luar negeri seluruh dunia nekat-nekatan datang ke Pulau Dewata ini. Di situ saya paham, bahwa pantai-pantai di Bali memang menawarkan pemandangan bertaraf dunia. Pasirnya yang putih, ombaknya yang tepat menjadi arena selancar, sunset-nya yang begitu indah, dan kearifan lokal yang memang layak dikunjungi untuk menambah khasanah pengetahuan kebudayaan Indonesia. Semua terangkum di Pulau Bali. Dan jangan pernah mengaku penikmat pantai kalau belum pernah ke Pulau Bali, mungkin begitu kesimpulan saya pada keindahan pantai di Pulau Bali.

pantai pink lombok
pantai pink lombok
Setelah bersenang-senang dengan pantai Bali, saya melanjutkan ke Pulau Lombok. Tebak kemana saya menuju? Pastilah ke Pantai Pink. Siapa yang tidak terpikat dengan pemberitaan media sosial sebegitu gemparnya memamerkan pantai yang begitu berbeda dengan pantai lainnya. Dan memang begitulah adanya, pantai ini luar biasa indahnya. Saat itu akses menuju kesana terbilang sulit, sehingga bayarannya memang pantas dengan keindahan yang saya dapatkan.

IMG_3051
IMG_3051
Setelah Pantai Pink, ada Pantai Senggigi masih di Pulau Lombok. Tidak jauh dari pusat kota Mataram. Panorama senja di sini tidak mungkin bisa dilupakan. Sungguh pengalaman batin yang mengesankan. Pantai ini tidak sepenuhnya pantai yang ditutupi pasir putih, melainkan sebagian ditutupi bebatuan yang tersusun rapi oleh kehendak Sang Pencipta.

Gili Trawangan
Gili Trawangan
Kemudian menjadi rangkaian perjalanan saya di akhir tahun itu adalah mengunjungi Pulau Gili Trawangan. Di pulau ini, seakan-akan kita tidak sedang di Indonesia. Saking indah dan ramainya oleh wisatawan mancanegara. Pantai di pulau ini juga begitu indah dengan pasir putih di seluruh tepian pulau. Pulau Gili Trawangan adalah pulau terakhir dari rute panjang perjalanan saya di akhir tahun 2013. Dimulai dari Pulau Jawa, ke Pulau Bali, lalu ke Pulau Lombok, terus ke Pulau Sumbawa, dan kembali lagi ke Pulau Lombok dan menyeberang ke Pulau Gili Trawangan dan akhirnya kembali lagi ke Surabaya.

Dan tahun 2016 ini, saya kembali menuntaskan satu ambisi pasir pantai terindah di Indonesia yakni di Pulau Derawan. Sebelum ke Pulau Derawan, bulan januari lalu saya juga sempat ke Pulau Sebatik, pulau kecil di Kalimantan Utara. Pulau kecil yang dimiliki oleh dua negara, yaitu separuh pulau pada bagian selatan adalah milik Indonesia dan separuh pulau di bagian utara dimiliki oleh Malaysia.

derwan
derwan
Lalu pada bulan maret lalu, bermodalkan kenekatan dan berhasil mengajak beberapa kawan untuk berbagi biaya perjalanan. Akhirnya saya sampai dengan selamat di Pulau Derawan, Kalimantan Timur. Ternyata di Pulau Derawan, saya tidak hanya mendapatkan keindahan pasir putih namun ada begitu banyak sensasi yang mungkin tidak akan terlupakan sepanjang hidup saya. Di Pulau Derawan-lah untuk pertama kalinya saya berenang bersama dengan penyu liar yang tidak dalam wilayah penangkaran. Lalu snorkeling untuk menyaksikan pemandangan bawah laut dengan karang dan ikan-ikan yang sangat mempesona.

drawan
drawan
Dan pengalaman yang tiada tandingannya adalah pengalaman berenang dan “bermain” bersama ikan hiu-paus di laut lepas. Hiu dengan panjang lebih dari empat meter begitu bersahabat meskipun di alam bebas. Berenang bersama hiu-paus itu mengajarkan saya untuk senantiasa mengendalikan rasa panik dan juga tentang bagaimana melawan rasa takut yang terpelihara di dalam diri saya.

DCIM100MEDIA
DCIM100MEDIA
Penaklukan Pulau Derawan di tahun ini bukanlah akhir dari petualangan saya mengunjungi dan mengenali tempat-tempat terbaik di negeri ini. Raja Ampat di Papua, Pantai Ora di Maluku, Pantai Nihiwatu di Sumba dan tak kalah penasarannya saya dengan Pulau Weh di Sabang, Provinsi Aceh, pulau di titik terbarat Indonesia yang terkenal dengan Tugu Nol Kilometer.

Namun, sebelum ke Sabang tentu saya musti mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, masjid dengan menara setinggi 35 meter dan 7 kubah, yang arsitektur bangunannya menjadikan masjid ini menginspirasi banyak masjid di Indonesia hingga ke Semenanjung Malaysia.

Lalu mengapa Pulau Weh di Sabang masuk dalam ambisi penaklukan pulau saya, tidak lain karena Sabang sendiri adalah kata kunci untuk sektor pariwisata di Aceh. Terutama sektor wisata bahari. Lalu apa yang bisa dinikmati di Sabang? ada banyak sekali pesona bahari di Sabang, mulai dari kegiatan wisata yacht, dive, snorkeling, dan masih banyak lainnya. Sehingga layaklah disebut bahwa Sabang-lah jantung pariwisata bahari di Aceh. Selain itu ada Gua Sarang di kawasan Iboih yang baru-baru ini menggemparkan dunia, dan recomended untuk dikunjungi

.

Sedangkan di Pulau Weh, seorang petualang bahari belum afdhol dan sempurna rasanya jika belum pernah mengunjungi Tugu Nol Kilometer tersebut dan memiliki sertifikat Kilometer Nol Indonesia. Di Pulau Weh juga terdapat sebuah danau air tawar bernama Danau Aneuk Laot yang tepat untuk para penikmat wisata air.

Berkunjung ke Sabang adalah ambisi terkuat petualangan saya tahun ini. Ambisi menembus jantung pariwisata Aceh. Saya merasa ada magnet yang sedemikian kuat yang menarik saya untuk sampai kesana. Serupa ada misi hidup yang harus tunai tahun ini di Sabang. Bila berhasil menuntaskan ambisi petualangan pulau tahun ini, bukan berarti menjadikan saya berhenti menjelajahi Indonesia. Sebab semakin kita mengenali negeri ini, maka semakin cinta kita pada bumi pertiwi ini. Jangan berhenti bertualang, Indonesia masih sangat luas dan masih banyak tempat-tempat indah yang belum terekspose. Dan jangan lupa terus posting cerita perjalananmu agar semakin banyak orang yang menyadari bahwa negeri ini lebih layak dikelilingi terlebih dulu sebelum travel keliling dunia. Oleh karena itu, gunakanlah jaringan 4G LTE untuk mendukung kebutuhan internetmu, dan jadilah bagian dari generasi 4G yang diperkenalkan oleh Smartfren sebagai salah satu vendor terbaik di Indonesia. Salam blogger, salam traveler.

 

Catatan:
Foto-foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali pada foto diving diambil dari situs http://www.bisnisaceh.com, foto Kilometer 0 Indonesia dari situs http://www.rakanwisata.com dan foto paling bawah diambil dari akun instagram @lumitrip_.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun