Mohon tunggu...
Muh Ma'rufin Sudibyo
Muh Ma'rufin Sudibyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Langit dan Bumi sahabat kami. http://ekliptika.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Duh, Sinabung!

3 Februari 2014   20:30 Diperbarui: 24 Mei 2016   20:26 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum tatkala kubah lava terus tumbuh, maka jumlah kejadian awan panas guguran pun bakal meningkat. Kejadian awan panas guguran bakal berhenti kala volume kubah lava telah mengecil demikian rupa sehingga keseimbangan terbentuk dan ia tak lagi longsor/gugur sebagian. Kapan itu terjadi? Sampai saat ini belum bisa diketahui. [caption id="attachment_320181" align="alignnone" width="646" caption="Gambar 3. Selain awan panas guguran, erupsi magmatik Gunung Sinabung juga menghasilkan leleran lava pijar yang membara di kala gelap. Berikut salah satu aliran lava pijar yang diabadikan Endro Lewa pada 15 januari 2014 silam dari titik observasi desa Tiga Kicat. Sumber: Lewa, 2014. "]

13914338061761599022
13914338061761599022
[/caption] Permasalahan pelik yang terkait dengan tumbuhnya kubah lava adalah semakin jauhnya jarak jangkau awan panas guguran yang terbentuk kala ia meluncur. Bertambah besarnya volume kubah lava membuat bagian kubah lava yang kelak akan longsor dan berubah menjadi awan panas guguran bertambah besar. Karenanya awan panas guguran yang terbentuk bisa menghempas hingga menjangkau jarak yang cukup jauh. Atas pertimbangan inilah maka radius bahaya di sekitar Gunung Sinabung diperluas dari semula 3 km terhadap puncak secara mendatar menjadi 5 km dari puncak mulai akhir November 2013. Perluasan ini terbukti tepat sebab pada awal 2014 hempasan awan panas telah menjangkau jarak 4 km dari puncak. Meski konsekuensinya lebnih banyak lagi desa yang harus dikosongkan sehingga jumlah pengungsi pun membengkak. Di akhir November 2013 itu terdapat 17 desa yang harus dikosongkan dengan jumlah pengungsi secara keseluruhan mencapai 20.270 jiwa. 

Kepatuhan Secara akumulatif hingga 15 Januari 2014 Gunung Sinabung telah memuntahkan 2,4 juta meter kubik rempah letusan. Untuk ukuran manusia, angka tersebut sangat besar. Jika suhu magma yang tepat keluar di kepundan mencapai 900 derajat Celcius, maka hingga 15 Januari 2014 itu Gunung Sinabung telah melepaskan eenrgi termal sebanyak 1.810 TeraJoule atau setara dengan 432 kiloton TNT. Dengan begitu, energi letusan Sinabung hingga saat itu menyamai energi yang dilepaskan kala 21 bom nuklir seukuran yang dijatuhkan di atas Hiroshima di akhir Perang Dunia 2 diledakkan secara serempak. 

Namun, untuk ukuran letusan gunung berapi sesungguhnya volume rempah letusan Sinabung masih tergolong kecil. Bandingkan dengan Letusan Merapi 2006 yang sama-sama berupa erupsi tipe Merapi namun menghasilkan 8 juta meter kubik rempah letusan. Jangan bandingkan dengan Letusan Merapi 2010, yang keluar dari kebiasaannya dan memuntahkan 150 juta meter kubik rempah letusan. Dengan demikian dalam skala letusan gunung berapi, erupsi Gunung Sinabung hingga saat ini masih bertahan pada skala 2 VEI (Volcanic Explosivity Index). [caption id="attachment_320184" align="alignnone" width="612" caption="Gambar 4. Kubah lava Sinabung yang masih berasap, pertanda ia masih cukup panas, nampak bertengger di puncak berdampingan dengan titik sumbat lava tua (SL) yang membatasi kawah I dan kawah II Gunung Sinabung. Kubah lava yang hampir meluap dari kawah III Sinabung ini diabadikan selatan-tenggara. Di latar depan nampak bagian lereng yang selama ini menjadi jalan untuk mengalirkan awan panas guguran dan lava pijar, sehingga berwarna keputih-putihan. Sumber: BNPB, 2014. "]

13914341411143902134
13914341411143902134
[/caption] Meski relatif kecil, letusan Gunung Sinabung kali ini berhadapan dengan kompleksitas masyarakat di sekelilingnya. Entah bagaimana ceritanya, Kabupaten Karo rupanya tak juga belajar dari Gunung Sinabung meski pada 2010 silam gunung berapi ini pun telah memancarkan sinyal-sinyal peringatannya. Peringatan itu berupa erupsi freatik, yang intensitasnya jauh lebih kecil dibanding erupsi yang sedang terjadi pada saat ini. Begitu erupsi freatik tersebut berhenti dan Gunung Sinabung terlihat tenang kembali, langkah-langkah mitigasi seharusnya segera dilakukan. Termasuk dengan membentuk organ BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). 

Tiadanya langkah tersebut tersebut membuat begitu Gunung Sinabung kembali meletus semenjak 15 September 2013, penanganannya menjadi serba kikuk. Apalagi Gunung Sinabung kemudian seakan mengajak semuanya untuk bermaraton dengan aktivitas yang tetap tinggi hingga kini, empat bulan setelah letusan bermula. Pada puncaknya pembentukan radius bahaya 5 km dari puncak membuat 28.715 orang menjadi pengungsi yang memadati 42 pusat-pusat pengungsian. Terlebih daerah bahaya tidak dijaga dengan baik sehingga siapa pun bebas keluar masuk mendekati gunung untuk alasan apa pun. 

Semoga peristiwa 1 Februari 2014 menjadi dasar untuk meningkatkan kepatuhan di sekujur Gunung Sinabung, tak hanya bagi penduduk setempat namun juga bagi warga masyarakat yang hendak mendekat ke gunung berapi ini. Rekomendasi PVMBG dibentuk bukan untuk mengekang aktivitas manusia, namun semata untuk menjaga keselamatan bersama selagi sebuah gunung berapi beraktivitas. Sebab tatkala sebuah gunung berapi meletus, bukan gunung itu yang harus menyeimbangkan diri dengan kita melainkan kita lah yang harus menyesuaikan diri terhadap gunung berapi tersebut. 

Biarkan Gunung Sinabung menjalani siklus hidupnya yang baru setelah sekian lama tidak memuntahkan magmanya. Begitu muntahan magma berhenti, radius bahaya pun akan dicabut dan setiap orang bebas kembali memasuki kawasan gunung. Jadi bersabarlah! Referensi: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi KESDM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun