Secara umum tatkala kubah lava terus tumbuh, maka jumlah kejadian awan panas guguran pun bakal meningkat. Kejadian awan panas guguran bakal berhenti kala volume kubah lava telah mengecil demikian rupa sehingga keseimbangan terbentuk dan ia tak lagi longsor/gugur sebagian. Kapan itu terjadi? Sampai saat ini belum bisa diketahui. [caption id="attachment_320181" align="alignnone" width="646" caption="Gambar 3. Selain awan panas guguran, erupsi magmatik Gunung Sinabung juga menghasilkan leleran lava pijar yang membara di kala gelap. Berikut salah satu aliran lava pijar yang diabadikan Endro Lewa pada 15 januari 2014 silam dari titik observasi desa Tiga Kicat. Sumber: Lewa, 2014. "]
Kepatuhan Secara akumulatif hingga 15 Januari 2014 Gunung Sinabung telah memuntahkan 2,4 juta meter kubik rempah letusan. Untuk ukuran manusia, angka tersebut sangat besar. Jika suhu magma yang tepat keluar di kepundan mencapai 900 derajat Celcius, maka hingga 15 Januari 2014 itu Gunung Sinabung telah melepaskan eenrgi termal sebanyak 1.810 TeraJoule atau setara dengan 432 kiloton TNT. Dengan begitu, energi letusan Sinabung hingga saat itu menyamai energi yang dilepaskan kala 21 bom nuklir seukuran yang dijatuhkan di atas Hiroshima di akhir Perang Dunia 2 diledakkan secara serempak.Â
Namun, untuk ukuran letusan gunung berapi sesungguhnya volume rempah letusan Sinabung masih tergolong kecil. Bandingkan dengan Letusan Merapi 2006 yang sama-sama berupa erupsi tipe Merapi namun menghasilkan 8 juta meter kubik rempah letusan. Jangan bandingkan dengan Letusan Merapi 2010, yang keluar dari kebiasaannya dan memuntahkan 150 juta meter kubik rempah letusan. Dengan demikian dalam skala letusan gunung berapi, erupsi Gunung Sinabung hingga saat ini masih bertahan pada skala 2 VEI (Volcanic Explosivity Index). [caption id="attachment_320184" align="alignnone" width="612" caption="Gambar 4. Kubah lava Sinabung yang masih berasap, pertanda ia masih cukup panas, nampak bertengger di puncak berdampingan dengan titik sumbat lava tua (SL) yang membatasi kawah I dan kawah II Gunung Sinabung. Kubah lava yang hampir meluap dari kawah III Sinabung ini diabadikan selatan-tenggara. Di latar depan nampak bagian lereng yang selama ini menjadi jalan untuk mengalirkan awan panas guguran dan lava pijar, sehingga berwarna keputih-putihan. Sumber: BNPB, 2014. "]
Tiadanya langkah tersebut tersebut membuat begitu Gunung Sinabung kembali meletus semenjak 15 September 2013, penanganannya menjadi serba kikuk. Apalagi Gunung Sinabung kemudian seakan mengajak semuanya untuk bermaraton dengan aktivitas yang tetap tinggi hingga kini, empat bulan setelah letusan bermula. Pada puncaknya pembentukan radius bahaya 5 km dari puncak membuat 28.715 orang menjadi pengungsi yang memadati 42 pusat-pusat pengungsian. Terlebih daerah bahaya tidak dijaga dengan baik sehingga siapa pun bebas keluar masuk mendekati gunung untuk alasan apa pun.Â
Semoga peristiwa 1 Februari 2014 menjadi dasar untuk meningkatkan kepatuhan di sekujur Gunung Sinabung, tak hanya bagi penduduk setempat namun juga bagi warga masyarakat yang hendak mendekat ke gunung berapi ini. Rekomendasi PVMBG dibentuk bukan untuk mengekang aktivitas manusia, namun semata untuk menjaga keselamatan bersama selagi sebuah gunung berapi beraktivitas. Sebab tatkala sebuah gunung berapi meletus, bukan gunung itu yang harus menyeimbangkan diri dengan kita melainkan kita lah yang harus menyesuaikan diri terhadap gunung berapi tersebut.Â
Biarkan Gunung Sinabung menjalani siklus hidupnya yang baru setelah sekian lama tidak memuntahkan magmanya. Begitu muntahan magma berhenti, radius bahaya pun akan dicabut dan setiap orang bebas kembali memasuki kawasan gunung. Jadi bersabarlah! Referensi: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi KESDM.