Mohon tunggu...
Muh Ma'rufin Sudibyo
Muh Ma'rufin Sudibyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Langit dan Bumi sahabat kami. http://ekliptika.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Discovery, A Last Journey

1 Maret 2011   05:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:10 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah tertunda selama berbulan-bulan sejak rencana peluncuran November 2010 akibat berbagai gangguan, utamanya kebocoran bahan bakar, akhirnya pesawat antariksa ulang-alik Discovery pun lepas landas dari menara peluncuran 39A Kennedy Space Center, Cape Canaveral (Florida, AS) pada Jumat 25 November 2011 pukul 04:53 WIB. Inilah perjalanan terakhir Discovery setelah 39 kali diluncurkan ke langit sejak 30 Agustus 1984 dan menjadikannya sebagai pesawat antariksa ulang-alik tertua yang masih aktif. Tercatat 40.000 pasang mata manusia menjadi saksi akan peluncuran terakhir ini. [caption id="attachment_93792" align="alignnone" width="629" caption="Peluncuran terakhir."][/caption] Usia yang terus menua membuat Discovery harus dipensiunkan beserta jajaran armada pesawat ulang-alik lainnya, mengingat kian besarnya ongkos perawatan sekaligus kian meningginya potensi patah fatik (patah akibat kelelahan logam) pada komponen-komponennya. Padahal pesawat antariksa ulang-alik amat rentang terhadap kegagalan komponen, meski dimensinya kecil. Pesawat ulang-alik Challenger misalnya, hancur saat diluncurkan pada 28 Januari 1986 ketika karet-gelung penyekat (ring-O) di dasar salah satu roket pendorong berbahan-bakar padatnya rusak akibat paparan suhu dingin ekstrim. Sementara pesawat ulang-alik Columbia hancur berantakan di ketinggian 60 km saat mencoba kembali ke Bumi setelah penyekat karbon padat (RCC) yang ada di ujung sayapnya bolong akibat hantaman busa penyekat panas tanki bahan bakar eksternal saat peluncuran, yang menjadikan arus plasma bersuhu tinggi saat memasuki atmosfer Bumi masuk ke dalam sayap dan melelehkan semua yang ada di sana. [caption id="attachment_93793" align="alignnone" width="201" caption="emblem misi antariksa terakhir"]

12989540301374962851
12989540301374962851
[/caption] Discovery akan menjalani misi STS-133 selama 11 hari dengan berlabuh di stasiun ruang angkasa ISS untuk memasok aneka bahan kebutuhan dan mengantar muatan Permanent Multipurpose Module (PMM) Leonardo dan Johannes Kepler ATV-2 buatan Eropa serta Robonaut-2, robot humanoid antariksawan pertama sepanjang sejarah. Selepas misi STS-133 ini, Discovery akan disumbangkan ke museum Smithsonian Institution untuk dipamerkan ke publik sebagai pesawat antariksa yang pernah menjadi tulangpunggung misi antariksa NASA dan koleganya sekaligus salah satu simbol abad ke-20. Hingga misi STS-133 berakhir, Discovery telah mencatat jarak tempuh sejauh 227 juta km (setara dengan jarak Matahari-Mars) dan telah mengantar 252 orang ke langit dengan durasi terbang 362 hari. Sepanjang sejarahnya Discovery telah mengantar 31 buah satelit ke langit, termasuk teleskop ruang angkasa Hubble yang fenomenal. Discovey juga telah berlabuh di stasiun ruang angkasa, yakni di MIR (milik Russia) sebanyak 1 kali dan di ISS sebanyak 12 kali. Discovery bersama armada pesawat ulang-alik lainnya (yakni Columbia, Challenger serta Atlantis dan belakangan masuk Endeavour di tahun 1991) semula digadang-gadang sebagai misi antariksa berbiaya murah pasca misi Apollo yang dikenal kelewat mahal (meski berhasil mendaratkan manusia di Bulan). Seluruh pesawat ulang-alik memiliki rancangbangun yang sama, yakni terdiri dari sebuah pesawat pengorbit bersayap delta yang dimensinya menyamai Boeing-747, sebuah tanki bahan bakar eksternal dan sepasang roket pendorong berbahan bakar padat. Dari perspektif ilmu peroketan, pesawat ulang-alik pada hakikatnya adalah roket bertingkat 2 yang hampir sama dengan roket Saturnus INT. Dalam setiap penerbangannya, baik sepasang roket pendorong maupun pesawat pengorbit akan kembali lagi ke Bumi untuk digunakan lagi, sehingga hanya tanki bahan bakar eksternal saja yang terbuang. Semula NASA merancang armada ini bisa diluncurkan ke langit setiap 2 minggu sekali baik untuk misi polar (melintas dari kutub-ke-kutub) maupun ekuatorial (melintas sejajar khatulistiwa). [caption id="attachment_93795" align="alignnone" width="645" caption="kru misi antariksa terakhir"]
1298953826547898618
1298953826547898618
[/caption] Namun realitasnya berbeda. Armada pesawat ulang-alik ternyata hanya bisa meluncur setiap 2 bulan sekali yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan teknis. Meski dirancang untuk menghemat biaya, dengan bobot peluncuran mencapai 2.000 ton (bandingkan dengan misi Apollo yang 2.500 ton) dimana 100 ton-nya adalah bobot pesawat pengorbit membuat ongkos peluncuran tetap mahal. Musibah Challenger membuat NASA membatasi penerbangan armadanya hanya untuk meluncurkan satelit-satelit ataupun misi-misi antariksa AS serta membatasi penerbangan hanya dari kennedy Space Center (dan membatalkan Pangkalan Udara Vandenberg di California yang sedianya untuk misi polar). Sementara musibah Columbia membuat NASA lebih memperketat lagi dengan membatasi misi hanya ke stasiun ISS. Discovery telah mencatat sejumlah sejarah. Dialah yang pertama kali membawa senator AS ke angkasa, yakni Jake Garn. Dia pula yang pertama kali meluncur ke angkasa pasca musibah Challenger (yakni pada misi STS 26 29 September 1988 atau hampir 1,5 tahun pasca musibah) dan musibah Columbia (yakni pada misi STS 114 26 Juli 2005 atau hampir 2,5 tahun pasca musibah). Dia pun membawa John Glenn, astronot tertua yang masih tersisa dari Project Mercury dan saat itu merupakan salah satu senator AS. Discovery pula yang mengantarkan astronot muslim pertama, yakni Salman al-Saud dari Saudi Arabia, ke angkasa pada 17 Juni 1985 selama seminggu kemudian. Dengan semua pretasi dan sejarah perjalanannya, bagaimanapun, dunia telah berubah. Kecenderungan misi antariksa pun berubah, dari yang semula berambisi mengirim manusia maupun satelit besar ke angkasa, kini menjadi lebih suka menerbangkan misi tak berawak yang membawa satelit-satelit berukuran lebih kecil. Dalam misi antariksa berawak yang masih aktif, realitas menunjukkan wahana antariksa berbentuk kapsul seperti Soyuz relatif lebih disukai karena murah, awet dan lebih sederhana (dan lebih aman) dibanding pesawat antariksa ulang-alik. Realitas inilah, disamping umur yang kian menua, yang mendorong NASA memensiunkan Discovery dan kawan-kawannya meski kelanjutan misi antariksa berawak AS pasca ulang-alik masih gelap pasca pembatalan Project Constellation oleh Obama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun