Mohon tunggu...
Muh Ma'rufin Sudibyo
Muh Ma'rufin Sudibyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Langit dan Bumi sahabat kami. http://ekliptika.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pagai 2010, Sebuah Perulangan Pangandaran 2006

29 Oktober 2010   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa penyebabnya? Jika kita melihat kontur dasar laut di sumber gempa, mungkin longsoran besar di area tersebut yang menjadi biang keladinya. Gempa Pagai 2010 ini terjadi di dekat palung laut yang menjadi tempat subduksinya lempeng Australia ke bawah lempeng Sunda (Eurasia), pada daerah yang disebut prisma akresi. Daerah ini merupakan akumulasi sedimen yang ditekan hebat dari satu sisi secara terus menerus, sehingga membentuk punggungan bawah laut memanjang dengan lereng yang cenderung curam. Gugusan Kepulauan Mentawai adalah puncak dari punggungan tersebut, yang dikenal juga sebagai busur luar. Dengan kecuramannya, maka stabilitas lereng disini rawan terganggu oleh usikan, khususnya gempa. Dan dengan intensitas sumber gempa mencapai 10 MMI (alias terjadi guncangan yang sangat hebat), sangat boleh jadi ada bagian dari lereng ini yang menjadi takstabil untuk kemudian merosot sebagai longsoran besar dan memicu tsunami demikian merusak.

Indikasi lain nampak dari kecepatan penjalarannya. Kompas (27/10/2010) melaporkan tsunami datang menerjang sekitar pukul 22:00 WIB, atau sekitar 15 menit pasca gempa utama. Dengan jarak antara Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan terhadap episentrum yang mencapai 30-50 km, maka kecepatan tsunami itu berkisar 120-200 km/jam. Menggunakan persamaan Huygens, jika tsunami ini benar-benar diproduksi gempa, maka kedalaman dasar laut yang menjadi sumber tsunami berkisar antara 110-310 m. Padahal dengan posisinya di dekat palung, kedalaman laut di tempat tersebut jauh lebih besar.

4. Perulangan Pangandaran 2006

Sebagai tsunami produk TsE, gelombang tsunami Pagai 2010 hanya berdampak besar pada jarak yang relatif dekat. Ini juga yang menyebabkan tidak dijumpainya kerusakan di pesisir Bengkulu dan Lampung Barat, meski kedua daerah itu langsung berhadapan dengan sumber tsunami tanpa penghalang alami apapun seperti halnya kepulauan. Perilaku tsunami Pagai 2010 sangat berbeda dibandingkan tsunami Aceh 2004, yang selain murni dihasilkan oleh gempa, juga merupakan gelombang koheren sehingga mengalami kehilangan (susut) energi sangat kecil meski telah menjalar jauh. Akibatnya tsunami Aceh 2004 masih sanggup merenggut korban-korbannya di pesisir timur Afrika, meski telah menempuh seperempat lingkaran bola Bumi.

Tsunami Pagai 2010 bisa diperbandingkan dengan kejadian tsunami Pangandaran 17 Juli 2006. Dasarnya, magnitude sumber gempanya sama (yakni Mw 7,7 SM) dengan mekanisme fokus pun sama dan karakteristik sumber tsunami yang hampir sama (Mt Pagai 8,2 sementara Mt Pangandaran 8,7). Penjalaran gelombang tsunaminya pun hampir sama, pada Pangandaran 2006 secepat 240 km/jam. Yang membedakan hanyalah waktu kedatangannya, dimana di Pangandaran tsunami datang 1 jam setelah gempa utama meletup. Maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa tsunami Pagai 2010 merupakan fotokopi (perulangan) dari kejadian sejenis di Pangandaran 4 tahun sebelumnya. Tsunami Pangandaran pun diyakini merupakan produk longsoran dasar laut, yakni akibat runtuhnya tebing curam di sepanjang perpanjangan patahan besar Sumatra yang menjulur di sebelah selatan Pulau Jawa saat bertemu dengan palung laut di Samudera Hindia. Tebing curam ini pernah dilihat langsung oleh para ilmuwan Indonesia ketika berlangsung ekspedisi Deep Java Trench 2002. Akibat longsoran besar itu, gelombang setinggi hingga 21 m menerjang pantai Permisan di Nusakambangan (Jawa Tengah) yang kebetulan tepat berada pada sumbu tegaklurus sumber gempa.

Secara global tsunami earthquake sebenarnya menempati porsi yang kecil, sekitar 1 % dari kasus-kasus tsunami yang terdokumentasi. Namun khusus untuk Indonesia, TsE tergolong cukup kerap terjadi. Tsunami Flores 1992, demikian juga tsunami Papua Nugini 1998, tsunami Pangandaran 2006 dan tsunami Pagai 2010 menjadi buktinya. Ini menunjukkan sebuah karakteristik dalam Indonesia yang spesifik sehingga mitigasi bencana tsunami ke depan seyogyanya memperhitungkan kekhasan ini.

Khusus untuk Kepulauan Mentawai, semoga gempa dan tsunami Pagai 2010 juga menjadi bahan pembelajaran untuk mempersiapkan diri menghadapi monster (gempa utama) yang belum terjadi di kawasan ini. Seperti diungkapkan pak Irwan Meilano dari ITB, segmen sumber gempa Pagai 2010 bukanlah segmen utama yang telah menimbun energi sepanjang 2 abad terakhir ini, yang letupannya telah diprediksi bakal sebesar gempa Aceh 2004 dan bakal terjadi kapan saja di antara saat ini hingga 2030 mendatang. Sehingga potensi gempa besar yang bersumber di Kepulauan Mentawai masih sangat terbuka.

Lebih dari itu, tentu bagaimana mengedukasi diri sendiri dan lingkungan sekitar agar lebih bersiap dalam menghadapi bencana sejenis. Semoga pengalaman tsunami Pagai 2010 bisa menjadi kaca benggala, bahwa kita hidup di Bumi yang dinamik, dengan kekhasan topografi lokal sehingga tsunami bisa datang menerjang dalam waktu cepat ketika sebuah gempa meletup dan bisa sangat besar meski dampaknya lokal. Disinilah loci-genius ala masyarakat Simeulue bisa diaplikasikan secara lebih luas mengingat kesederhanaannya : jika gempa terjadi, larilah ke bukit secepat mungkin ! Jangan pedulikan yang lain (kecuali anak istri dan sodara, tentunya) !

Duka kita untuk Pagai....

Referensi :

USGS. 2010. Magnitude 7.7 Kepulauan Mentawai Region, Indonesia (USGS PAGER, USGS Finite Fault Model, USGS WPhase & Harvard Centroid Focal Mechanism).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun