Bayang-Bayang
Tren penurunan aktivitas Gunung Sinabung semoga terus berlanjut. Sehingga kelak gunung berapi ini akan turun lagi ke status Waspada (Level II) atau bahkan Aktif Normal (Level I), yang terakhir kali terjadi sebelum Agustus 2010 silam. Dengan kalemnya gunung berapi ini maka tersedia kesempatan bagi segenap penduduk untuk pulang kembali ke kampung halamannya untuk melanjutkan dan menata-ulang kehidupannya. Di saat yang sama Kabupaten Karo dan propinsi Sumatra Utara pun berkesempatan menghela nafas, memperbaiki segenap infrastruktur yang rusak, mendandani kembali dunia pertanian yang menjadi tulangpunggung utama penduduk, mempromosikan kembali keelokan dunia wisata setempat dan memulihkan roda perekonomian setempat. Arus transportasi udara keluar-masuk Sumatra Utara melalui bandara Kuala Namu semoga dapat berlangsung lebih intensif tanpa dibayangi kekhawatiran terhadap paparan debu vulkanik Gunung Sinabung.
[caption id="attachment_331387" align="alignnone" width="644" caption="Gambar 4. Kerusakan lahan pertanian penduduk (kiri) dan jalur transportasi (kanan) akibat hujan debu vulkanik pekat yang mengendapkan debu cukup tebal. Guyuran hujan deras membuat debu berubah menjadi lumpur. Menjadi pekerjaan rumah Kabupaten Karo untuk mendandani kerusakan-kerusakan ini pasca Gunung Sinabung turun status. Sumber: ESDM, 2014. "]
Namun begitu, suka atau tidak, rona kehidupan di Kabupaten Karo kini berada di bawah bayang-bayang Gunung Sinabung. Dalam jangka pendek, material vulkanik produk letusan 2013-2014 yang berpotensi berubah menjadi lahar hujan bilamana diguyur hujan deras tentu harus ditangani. Sementara dalam jangka panjang, kemungkinan letusan Gunung Sinabung mendatang juga harus diantisipasi. Hanya dalam empat tahun gunung berapi ini telah dua kali meletus dan ke depan tentu akan meletus lagi. Meski kapan waktunya, tak ada yang tahu pasti seiring banyaknya faktor yang mengontrol kejadian letusan sebuah gunung berapi. Di samping itu hingga saat ini kita hanya memiliki pengalaman terhadap dua peristiwa letusan Sinabung saja. Dan pengalaman letusan terakhir yang membikin Kabupaten Karo tergagap-gagap, semoga menjadi pelecut guna menyiapkan langkah-langkah antisipasi yang lebih baik ke depan. Jalur-jalur dan titik-titik evakuasi musti dibentuk dan dipertahankan. SOP (standard operating procedure) pengungsian untuk setiap desa dan dusun juga perlu dibentuk, disosialisasikan dan dilatih ke penduduk setempat. Di samping itu bagaimana kemungkinan letusan Gunung Sinabung mendatang pun perlu diperhitungkan melalui sejumlah skenario. Termasuk bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi melalui retakan memanjang di sisi utara-barat laut Gunung Sinabung. Apakah berpotensi longsor? Apakah berkemungkinan mengalami erupsi lateral?
Referensi :1. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2014. Evaluasi Aktivitas G. Sinabung, Januari 2014.2. Wittiri. 2013. Perilaku Baru Sinabung. Majalah Geomagz vol. 3 no. 4 Desember 2013, hal. 78-81.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2014. Penurunan Status Kegiatan G. Sinabung Dari Awas (level IV) Menjadi Siaga (level III), 8 April 2014.
4. Allen. 2014. Changed Landscape Around Sinabung. NASA Earth Observatory.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H